Konferensi Tingkat Tinggi Puncak Glassboro

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Puncak Glassboro, atau biasa disebut KTT Glassboro, adalah pertemuan 23–25 Juni 1967 dari para pemimpin Amerika Serikat dan Uni Soviet—masing-masing Presiden Lyndon B. Johnson dan Perdana Menteri Alexei Kosygin—untuk keperluan mendiskusikan hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet di Glassboro, New Jersey. Pada Perang Enam Hari Arab-Israel, kontak diplomatik dan kerjasaman meningkat, menimbulkan beberapa harapa untuk penunjangan dalam hubungan dua negara tersebut. Beberapa orang berharap untuk kerjasama bersama pada Perang Vietnam. Meskipun Johnson dan Kosygin gagal untuk mencapai kesepakatan pada hal berpengaruh apapun, atmosfer ramah tamah dari KTT tersebut disebut sebagai "Jiwa Glassboro" dan dipandang mempengaruhi hubungan Soviet–AS.

Konferensi Tingkat Tinggi Puncak Glassboro
Perdana Menteri Alexei Kosygin and Presiden Lyndon B. Johnson selama pertemuan di Glassboro.
Tuan rumah Amerika Serikat
Tanggal23–25 Juni 1967
TempatMansion Whitney
KotaGlassboro, New Jersey
PesertaUni Soviet Alexei Kosygin
Amerika Serikat Lyndon B. Johnshon
SebelumnyaKTT Wina (1961)
SelanjutnyaKTT Moskwa (1972)

Latar belakang

sunting
 
Mansion Hollybush di Glassboro State College, tempat pertemuan puncak.

Dengan Amerika Serikat secara bertahap kehilangan tempat dalam Perang Vietnam, pemerintah sedang mencari solusi lain untuk konflik tersebut.

Pada tanggal 5 Juni 1967, Perang Enam Hari dimulai antara Israel dan negara-negara Arab. Perang menyebabkan peningkatan kontak dan kerja sama diplomatik Soviet-AS; ada beberapa yang berharap ini dapat terus membantu AS menyelesaikan perang Vietnam dan masalah internasional mendesak lainnya.[1] Pada 10 Juni 1967, Perdana Menteri Alexei Kosygin menulis surat untuk menghubungi Presiden Lyndon B. Johnson. Pesan "hot line" tiba di Gedung Putih untuk mencari komunikasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Alexei Kosygin memberikan penjelasan singkat tentang apa yang harus dilakukan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat sehubungan dengan Krisis Timur Tengah. Dalam pesan tersebut Alexei Kosygin menulis:

Ke Gedung Putih

Kepada Presiden Lyndon B. Johnson

Bapak Presiden yang terhormat:

Peristiwa di hari-hari terakhir telah memaksa saya untuk mengungkapkan kepada Anda dengan jujur pandangan kami. Seperti yang ditunjukkan oleh situasi, resolusi Dewan Keamanan tidak valid. Israel benar-benar mengabaikan mereka. Seperti yang dapat Anda pahami, setelah banyak upaya yang diambil ke arah ini dan resolusi Dewan Keamanan tentang penghentian agresi Israel di Timur Dekat - upaya ini terbukti tidak efektif.

Saat yang sangat penting kini telah tiba yang memaksa kita, jika aksi militer tidak dihentikan dalam beberapa jam ke depan, untuk mengambil keputusan independen. Kami siap melakukan ini. Namun, tindakan ini dapat membawa kita ke dalam bentrokan, yang akan menyebabkan bencana besar. Jelas di dunia ada kekuatan yang akan diuntungkan.

Kami bermaksud agar Anda menuntut dari Israel untuk menghentikan aksi militer tanpa syarat dalam beberapa jam ke depan. Di pihak kami, kami akan melakukan hal yang sama. Kami bermaksud memperingatkan Israel bahwa, jika ini tidak dipenuhi, tindakan yang diperlukan akan diambil, termasuk militer.

Tolong beri saya pandangan Anda.

A. Kosygin[2]

Beberapa hari kemudian Uni Soviet mengirim Perdana Menteri Alexei Kosygin ke Kota New York untuk menyampaikan pidato tentang krisis Timur Tengah yang sedang berlangsung di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ketika pemerintah Amerika Serikat diberitahu tentang hal ini, orang Amerika dengan senang hati menyambut Kosygin dalam pertemuan antara dia dan Presiden Lyndon B. Johnson. Pada 13 Juni 1967 Johnson mencari J. William Fulbright, seorang Senator, di resepsi Gedung Putih. Llewellyn Thompson, Duta Besar AS untuk Uni Soviet, percaya bahwa sebuah konferensi dapat "memulai proses menuju pemahaman dengan Soviet". Fulbright bahkan percaya bahwa Johnson sedang mempertimbangkan kembali strateginya di Vietnam. Belakangan Fulbright menulis dua surat kepada Johnson tentang pentingnya pertemuan puncak antara kedua negara. Johnson setuju, dan menulis surat balasan, yang mengatakan bahwa mereka sedang menunggu tanggapan Soviet atas undangan AS. Walt Rostow, Penasihat Keamanan Nasional pada saat itu, mengatakan bahwa 20 persen kemungkinan konferensi akan berdampak baik pada hubungan Soviet-AS, dan hanya 10 persen kemungkinan konferensi akan kacau.[3]

Biro Politik Soviet (Politbiro) terbagi atas kegunaan KTT. Andrei Gromyko, Menteri Luar Negeri saat itu dan masih bukan anggota Politbiro, berhasil mendapatkan dukungan untuk itu. Gromyko mencatat bahwa dialog Soviet-AS yang telah ditangguhkan pada tahun 1963 harus diaktifkan kembali, meskipun Perang Vietnam memberikan tekanan besar pada hubungan kedua negara.[4]

Kosygin telah setuju untuk berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan karena itu, ingin mengadakan pertemuan puncak di New York. Johnson, waspada menghadapi pengunjuk rasa menentang perang di Vietnam, lebih suka bertemu di Washington, D.C. Jaraknya kira-kira sama, Hollybush, kediaman Presiden Glassboro State College (sekarang Universitas Rowan) di Glassboro, New Jersey dipilih sebagai kompromi.

KTT tersebut

sunting

Perang Vietnam

sunting
 
Alexei Kosygin bersama Presiden AS, Lyndon B. Johnson di KTT tersebut.

Dalam pertemuan pertama mereka yang diadakan pada tanggal 23 Juni 1967 hanya ada empat orang yang hadir yaitu Alexei Kosygin dan Lyndon B. Johnson beserta penerjemahnya masing-masing. Topik utama yang dibahas antara keduanya adalah krisis yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan perlombaan senjata Soviet-AS. Menjelang akhir pertemuan, Johnson mengatakan bersedia membahas penyelesaian damai terkait perang di Vietnam; secara harfiah berarti membagi negara menjadi dua, satu bagian komunis bagian lain kapitalis. Dia meyakinkan Kosygin bahwa satu-satunya alasan pemboman Amerika di Vietnam Utara adalah karena intervensi Vietnam Utara ke Vietnam Selatan. Johnson menawarkan Soviet untuk mengawasi pemilihan demokratis di Vietnam Selatan setelah perang. Kosygin menanggapi dengan kembali ke subjek aslinya; krisis di Timur Tengah. Selama pertemuan sore mereka, Kosygin memberi tahu Johnson bahwa dia baru-baru ini berhubungan dengan Phạm Văn Đồng, Perdana Menteri Vietnam Utara, dan bahwa mereka telah mendiskusikan kemungkinan untuk mengakhiri perang. Jawaban Vietnam Utara datang saat Kosygin makan siang dengan Johnson. Kosygin membandingkan Perang Vietnam dengan Perang Aljazair yang berakhir ketika Perancis di bawah Charles de Gaulle menandatangani perjanjian damai yang menandakan berakhirnya kolonisasi Perancis di Aljazair; dia yakin ini akan terjadi pada Amerika Serikat jika perang berlanjut. Dia juga memperjelas bahwa Vietnam Utara tidak akan melepaskan tujuan mereka untuk Vietnam bersatu dengan mudah.[5]

Johnson khawatir dengan pengkhianatan Vietnam Utara, mengatakan dia akan "disalibkan" secara politik di Amerika Serikat jika Vietnam Utara memutuskan untuk mengirim pasukan mereka ke Vietnam Selatan jika dan ketika Amerika Serikat berhenti membom mereka. Kosygin berkata, membebaskan Johnson dari kekhawatirannya, bahwa delegasi Vietnam Utara dapat bertemu di mana saja di dunia untuk membahas penyelesaian damai dengan Amerika.[6]

Semangat Glassboro

sunting

Kedua pemimpin dunia bertemu selama tiga hari, dari 23 Juni hingga 25 Juni 1967, di Hollybush Mansion, rumah rektor perguruan tinggi. Meskipun Johnson dan Kosygin gagal mencapai kesepakatan tentang pembatasan sistem rudal anti-balistik, suasana KTT yang umumnya bersahabat disebut sebagai "Spirit of Glassboro".

Referensi

sunting
Catatan
  1. ^ Gibbons 1995, p. 718.
  2. ^ "Translation" (PDF). LBJ Library. June 10, 1967. Diakses tanggal November 21, 2016. 
  3. ^ Gibbons 1995, p. 719.
  4. ^ Dunbabin, J.P.D. (2008). The Cold War: The Great Powers and Their Allies. Pearson Education. ISBN 978-0-582-42398-5. 
  5. ^ Gibbons 1995, p. 721.
  6. ^ Gibbons 1995, p. 722.
Daftar pustaka

Pranala luar

sunting