Kompleks Makam Tuan Titah
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2020. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Kompleks Makam Tuan Titah adalah sebuah kompleks makam Tuan Titah (Datuk Bandaro) yang merupakan salah satu dari Basa Ampek Balai semasa Kerajaan Pagaruyung. Datuk Bandaro Putiah yang bertugas sebagai Panitahan atau Tuan Titah mempunyai kedudukan di Sungai Tarab, dengan gelar kebesarannya Pamuncak Koto Piliang. Panitahan merupakan pimpinan, kepala atau yang dituakan dari anggota Basa Ampek Balai dalam urusan pemerintahan.[1] Bangunan makam ini mempunyai luas 49 m x 38 m (1862 m2) yang berada di atas lahan dengan luas 2023 m2.[2]
Sejarah
suntingMakam Tuan Titah ini diperuntukkan untuk Tuan Titah (Datuk Bandaro) beserta keluarganya yang telah bercampur dengan makam baru sehingga tidak diketahui dimana makam Tuan Titah itu berada. Tuan Titah merupakan salah satu dari Basa Ampek Balai pada masa kerajaan Pagaruyung. Basa Ampek Balai merupakan menteri pada Kerajaan Pagaruyung yang memegang peranan penting dalam sistem pemerintahannya.[3] Basa Ampek Balai sendiri terdiri dari Bandaro di Sungai Tarab, Andomo di Saruaso, Mangkhudum di Sumanik, dan Tuan Gadang di Batipuh yang merupakan pembesar pemerintah pusat.[1] Dalam struktur pemerintahan kerajaan Pagaruyung, Rajo Tigo Selo atau Raja Tiga Sila, dibantu oleh orang besar atau Basa yang kumpulannya disebut Basa Ampek Balai, empat orang besar yang mempunyai tugas, kewenangan-kewenangan dan tempat kedudukan atau wilayah sendiri pada nagari-nagari yang berada di sekeliling pusat kerajaan Pagaruyung.[4]
Lokasi makam
suntingKompleks Makam Tuan Titah berada di Nagari Sungai Tarab, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Aksessibilitas makam sangat mudah karena berlokasi dekat jalan raya yang menghubungkan Ibukota Kabupaten Tanah Datar, Batusangkar dengan Payakumbuh dan Kota Bukittinggi. Daerah ini membentang dari pinggang Gunung Marapi sampai jauh ke kaki Gunung Bungsu, selanjutnya ke arah selatan dari Nagari Tigo Batua akan tampak Gunung Talang yang terletak di Kabupaten solok dan dari sisi barat berdiri tegak Gunung Marapi, gunung yang dianggap sebagai tanah asal mula orang Minang.[5]
Deskripsi bangunan
suntingNisan pada makam Tuan Titah memiliki bentuk berupa motif keris yang juga terdapat pada Situs Indomo. Keris memiliki simbol yang melambangkan seorang pemimpin atau kesaktian seseorang. Dalam adat Minangkabau bentuk tersebut dituangkan kedalam batu tagak atau nisan berbentuk silindris yang pada ujung atasnya dipadukan dengan bentuk ikat kepala (destar/deta) seorang datuk, sehingga nisan menyerupai bentuk seorang penghulu. Motif keris ini menunjukkan adanya penggambaran terhadap orang yang dimakamkan di Minangkabau karena memiliki peran dalam memimpin daerah atau nagarinya.[3]
Referensi
sunting- ^ a b Navis, A.A. (1986). Alam Terkembang Jadi Guru : Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafitipers. hlm. 17.
- ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-09-25.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b dkk, Harry (2017). Sumatera Silang Budaya. Batusangkar: Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat. hlm. 234. ISBN 978-602-19007-5-8.
- ^ Taib, Reno. "Pemerintahan Rajo Nan Tigo Selo di Pagaruyung". padang media.
- ^ dkk, Nopriyasman (2015). Kerajaan Minangkabau dalam Pusaran Badai Zaman. Padang: UPTD Museum Adityawarman.