Koin-koin Nusantara awal

Pada abad ke-10, Jawa merupakan salah satu perekonomian paling kompleks di Asia Tenggara. Terlepas dari pentingnya pertanian padi yang berperan sebagai pendapatan pajak utama bagi istana Jawa, masuknya perdagangan laut di Asia antara abad ke-10 dan ke-13 mendorong suatu mata uang yang lebih praktis bagi perekonomian Jawa. Pada akhir abad ke-8, logam batangan (ingot) yang terbuat dari emas dan perak diperkenalkan. Ini merupakan koin-koin Nusantara awal.[1]

Satu masa koin emas: diameter lima milimeter.

Perkembangan awal di Jawa Tengah

sunting

Di Jawa, pertanian padi masih merupakan pekerjaan utama sebagian besar rumah tangga di desa. Hal ini terus memberikan sebagian besar pendapatan pajak bagi istana Jawa. Kemudian pada periode tersebut, pantai utara Jawa dan Bali menjadi pusat utama perdagangan ekspor yang makmur dalam produk dan produksi pertanian lokal, serta rempah-rempah seperti cendana dari Nusantara bagian timur. Perdagangan ini membawa barang ke pasar yang jauh seperti Tiongkok dan India. Meningkatnya intensitas perdagangan membutuhkan suatu mata uang yang praktis dalam masyarakat Jawa.[2]

Pada akhir abad ke-8 uang itu berupa ingot yang terbuat dari emas dan perak. Ini merupakan koin yang paling awal tercatat di Nusantara. Mata uang di Nusantara berdasarkan berat; satuan yang paling umum adalah kati setara 750 gram (26 oz), tahil setara 38 gram (1,3 oz), masa 2,4 gram (0,085 oz), dan kupang 0,6 gram (0,021 oz). Satuan-satuan ini merupakan alat pembayaran yang sah untuk pembayaran pajak. Satuan kati, tahil, masa, dan kupang tetap digunakan hingga zaman Belanda. Beberapa istilah perdagangan diperkenalkan pada zaman ini, seperti bahasa Jawa wli, yang menjadi "beli" dalam bahasa Indonesia saat ini, dan bahasa Sanskerta wyaya, kata dalam bahasa Indonesia saat ini "biaya", muncul dalam dua prasasti yang bertarikh tahun 878 M. Koin-koin Jawa tidak memiliki persamaan dengan gaya koin-koin India. Sebagian besar koin-koin Jawa ditemukan dalam Kerajaan Syailendra Jawa.[1]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Christie 1996, hlm. 99.
  2. ^ Christie 1996, hlm. 98.

Kutipan karya

sunting
  • Christie, Jan (1996). "The Early Indonesian Economy". Dalam Miksic, John. Ancient History. Singapore: Didier Millet. ISBN 9813018267. 
  • Wicks, Robert S. (1992). Money, Markets, and Trade in Early Southeast Asia: The Development of Indigenous Monetary Systems to AD 1400. SEAP Publications. ISBN 9780877277101.