Kintsugi atau yang sering disebut juga dengan "kintsukuroi" adalah seni Jepang dalam memperbaiki tembikar yang rusak dengan memperbaiki bagian yang pecah dengan pernis yang ditaburi atau dicampur dengan bubuk emas, perak, atau platinum. Sebagai sebuah filosofi, kintsugi memperlakukan kerusakan dan perbaikan sebagai bagian dari sejarah suatu objek, bukan sesuatu yang patut disembunyikan.[1]

Dalam kehidupan manusia, falsafah kintsugi berarti merayakan sisi rapuh manusia. Praktik kintsugi yang berasal dari abad ke-15, secara literal bermakna 'menggabungkan (yang terpisah) dengan emas'.[2]

Sejarah

sunting

Kintsugi tersebar di Jepang pada sekitar akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Asal-usulnya berawal dari zaman Muromachi (sekitar 1336 M hingga 1573 M). Konon Ashikaga Yoshimitsu (1358-1408), shogun (pemimpin) ketiga yang berkuasa pada zaman itu, memecahkan mangkuk kesayangannya.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ Richman-Abdou, Kelly (2022-03-06). "Kintsugi: The Centuries-Old Art of Repairing Broken Pottery with Gold". My Modern Met (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-22. 
  2. ^ Sho, Terushi. "Kintsugi: Japan's ancient art of embracing imperfection". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-22.  memecahkan mangkuk teh kesayangannya dan sulit diperbaiki.
  3. ^ Tennant, Ella (2023-07-19). "Kintsugi: seni dan filosofi Jepang dapat membantu kita menghadapi kegagalan". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-06-24.