Kimilsungia adalah sebuah kultivar anggrek hibrida, Dendrobium 'Kim Il-sung'. Bunga lainnya, Kimjongilia, dinamakan menurut nama putera Kim Il-sung, Kim Jong-il. Bertentangan dengan kepercayaan khalayak ramai, Kimilsungia atau Kimjongilia bukanlah bunga nasional Korea Utara. Bunga nasional Republik Demokratik Rakyat Korea adalah Magnolia.[1]

Kimilsungia
Josŏn-gŭl
김일성화
Hanja
金日成花
Alih AksaraGimilseonghwa
McCune–ReischauerKimilsŏnghwa
Kimilsungia

Pemerintah Korea Utara berkata bahwa karakter Kim Il Sung yang tiada tara "tercermin seutuhnya di dalam bunga keabadian" yang "mekar di manapun di lima benua".[2]

Penamaan

sunting

Menurut buku yang diterbitkan Pyongyang Korea pada abad ke-20: 100 Kejadian Penting, Kim Il-sung pernah berkunjung ke Indonesia untuk menemui rekan sejawatnya, Soekarno. Kim diajak berjalan-jalan di Kebun Raya Bogor, ketika itu:

dia berhenti di depan sekuntum bunga tertentu, batangnya meregang lurus, daunnya membentang seimbang, memberikan tampilan yang cantik, dan warna merah mudanya pada saat mekar menunjukkan keanggunan dan martabatnya; dia berkata bahwa tumbuhan itu terlihat menawan hati, berbicara meluap-luap karena telah berhasil menemukannya. Soekarno berkata bahwa tumbuhan itu belum memiliki nama, dan dia akan menamainya menurut nama Kim Il Sung. Kim Il Sung menolak tawaran Soekarno, tetapi Soekarno tetap bersikeras bahwa menerakan nama Kim Il Sung bagi bunga itu adalah sebuah kehormatan yang besar, sebab Kim Il Sung telah menunjukkan penggalian yang besar demi manfaat yang diraih umat manusia.

Festival tahunan

sunting

Pertunjukan Bunga Kimilsungia diselenggarakan tiap tahun di Pyongyang. Biasanya, Kedutaan Besar dari negara-negara sahabat di Korea Utara turut mempertontonkan karangan bunga masing-masing untuk festival ini.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ Jurnal Bulanan Korea Today (edisi 627, September 2008), cover inset
  2. ^ Pertunjukan Kimilsungia ke-4 diselenggarakan di Pyongyang Diarsipkan 2015-06-07 di Wayback Machine.. Korean Central News Agency. 21 Maret 2002.
  3. ^ Ford, Glyn (2008). Korea Utara di tepi jurang: perjuangan untuk bertahan hidup. Pluto Press. hlm. 98. ISBN 978-0745325989. 

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting