Ki Ageng Mirah adalah salah seorang yang berperan pada berdirinya Ponorogo. Ki Ageng Mirah mendampingi Raden Bathara Katong dan patih Seloaji dalam membuka daerah yang nantinya menjadi Kadipaten Ponorogo.[1]

Ki Ageng Mirah adalah penyebar agama Islam di wilayah Wengker, sebelum menjadi Ponorogo. Perjuangan yang dilakukan cukup berat karena masyarakat sekitar sebelumnya tidak memeluk agama Islam sehingga kurang menyukai keberadaan rombongan Raden Bathara Katong yang membawa pengaruh baru.[2]

Namanya diabadikan menjadi nama desa di Sukorejo, desa Mirah. Ada sebuah legenda yang antara Desa Mirah dan Desa Golan tentang dua sungai yang tidak pernah bersatu airnya akibat tragedi bermotifkan asmara yang terjadi di antara putri Ki Ageng Mirah dan putra Ki Honggolono.[3]

Catatan kaki

sunting