Khouw Tjeng Tjoan
Khouw Tjeng Tjoan, Letnan-tituler Cina (Hanzi: 許淸泉; Pinyin: Xǔ Qīngquán; lahir pada tahun 1808 — meninggal pada tahun 1880) dulu adalah seorang tuan tanah berlatar belakang Tionghoa-Indonesia.[1][2][3]
Letnan Khouw Tjeng Tjoan | |
---|---|
Lahir | 1808 Batavia, Hindia Belanda |
Meninggal | 1880 Batavia, Hindia Belanda |
Pekerjaan | Letnan Cina, tokoh masyarakat, pebisnis, tuan tanah |
Tahun aktif | Pertengahan hingga akhir abad ke-19 |
Suami/istri | Lie Sek Nio |
Anak | Khouw Kim Po, Letnan Cina (putra) Khouw Kim Tjiang, Kapitan Cina (putra) Khouw Kim An, Mayor Cina (putra) |
Orang tua |
|
Kerabat | Khouw Tjeng Kee, Letnan Cina (saudara) Khouw Tjeng Po, Letnan Cina (saudara) Khouw Yauw Kie, Kapitan Cina (keponakan) O. G. Khouw (keponakan) Khouw Oen Hoei, Kapitan Cina (keponakan) |
Ia lahir pada tahun 1808 pada keluarga Khouw dari Tamboen yang merupakan bagian dari 'Cabang Atas' di Hindia Belanda. Khouw adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir pada Letnan Khouw Tian Sek (meninggal pada tahun 1843).[3] Mulai pertengahan abad ke-19 hingga meninggal, Khouw dan saudaranya, Letnan Khouw Tjeng Kee dan Letnan Khouw Tjeng Po, diakui sebagai Tionghoa terkaya di Batavia (kini Jakarta, ibu kota Indonesia).[4] Sebelum diangkat menjadi Letnan Cina, Khouw telah menyandang gelar turunan Sia, karena ia merupakan keturunan dari pejabat Cina. Ia diangkat pada tahun 1856, bersama saudaranya, Khouw Tjeng Kee, menjadi Letnan-tituler Cina, sehingga tidak memiliki wewenang apapun di pemerintahan.[4][5]
Letnan Khouw Tjeng Tjoan hidup bersama seorang istri, sepuluh orang gundik, dan 24 orang anak di Candra Naya, salah satu dari tiga kediaman milik keluarga Khouw dari Tamboen di Molenvliet.[3] Menurut koran, pemakaman Khouw pada tahun 1880 menarik ribuan pelayat yang berjajar di sepanjang Molenvliet hingga Kebon Jeruk.[6][4] Walaupun begitu, ada seorang penulis yang berkomentar bahwa Khouw nyatanya tidak populer di kalangan masyarakat karena "kecongkakan, kemurkaan, dan karakternya yang bengkok".[7]
Enam anak Khouw kemudian diangkat menjadi pejabat Cina, salah satunya adalah Khouw Kim An, yang diangkat menjadi Mayor Cina Batavia terakhir.[2][3]
Referensi
sunting- ^ Wisata kota tua Jakarta: panduan sang petualang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. ISBN 9789792263015. Diakses tanggal 16 February 2017.
- ^ a b Knapp, Ronald G. (2013). Chinese Houses of Southeast Asia: The Eclectic Architecture of Sojourners and Settlers (dalam bahasa Inggris). Singapore: Tuttle Publishing. ISBN 9781462905874. Diakses tanggal 16 February 2017.
- ^ a b c d Monique, Erkelens (2013). The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942 (dalam bahasa Inggris). Leiden: Leiden University. Diakses tanggal 16 February 2017.
- ^ a b c Sugiastuti, Natasya Yunita (2003). Tradisi hukum Cina: negara dan masyarakat : studi mengenai peristiwa-peristiwa hukum di Pulau Jawa zaman kolonial, 1870-1942. Jakarta: Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, Pascasarjana. ISBN 9789793115115. Diakses tanggal 16 February 2017.
- ^ Chen, Menghong (2013). De Chinese gemeenschap van Batavia, 1843-1865: een onderzoek naar het Kong Koan-archief (dalam bahasa Belanda). Amsterdam: Amsterdam University Press. ISBN 9789087281335. Diakses tanggal 16 February 2017.
- ^ "Begrafenis van den overleden Luitenant titulair der Chinezen Khouw Tjeng Tjoan. [The funeral of the late Luitenant-titulair der Chinezen Khouw Tjeng Tjoan]". Bataviaasch handelsblad. W. Bruining. 15 November 1880. Diakses tanggal 21 July 2017.
- ^ "NEDERLANDSCH-INDIE. BATAVIA, 18 OKTOBER". Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie. Bruining. 18 October 1880. Diakses tanggal 21 July 2017.