Kerak kerbau

spesies burung


Kerak kerbau (Acridotheres javanicus) atau juga dikenal sebagai jalak kebo, jalak hitam, jalak ungu, dan jalak penyu adalah spesies burung yang merupakan termasuk familia jalak.[1] Burung ini menyebar luas di Asia Timur, Asia Tenggara dan Kepulauan Indonesia bagian barat.

Kerak kerbau
Acridotheres javanicus Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Rentan
IUCN103871334 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
KelasAves
OrdoPasseriformes
FamiliSturnidae
GenusAcridotheres
SpesiesAcridotheres javanicus Edit nilai pada Wikidata
Cabanis, 1850
Tipe taksonomiAcridotheres Edit nilai pada Wikidata
Distribusi
EndemikPani Dihing Wildlife Sanctuary (en) Terjemahkan dan Indonesia Edit nilai pada Wikidata

Deskripsi

sunting

Berukuran sedang (25 cm). Diselimuti bulu berwarna abu-abu tua (hampir hitam)/ungu kehitaman (hampir hitam) pada kepala, sayap, dan ekor,[1] kecuali bercak putih pada bulu primer (yang terlihat mencolok sewaktu terbang), serta tunggir dan ujung ekor yang berwarna putih.[2] Jambulnya pendek. Mirip kerak jambul, perbedaan terletak pada lebar warna putih pada ujung ekor, yang mana kalau jalak hitam memiliki warna putih lebih lebar daripada kerak jambul,[3] warna paruh yang kuning, dan tunggir yang putih.[4] Burung remaja berwarna lebih coklat. Iris jingga; paruh dan kaki kuning.[2][5]

Postur tubuh burung jalak hitam jantan lebih panjang ketimbang betina. Tatapan matanya pun lebih tajam. Betina juga bisa berkicau sebagaimana pejantan.[6]

Kicauannya berbunyi parau dengan nada berkeriut “ciriktetowi“; juga berbagai siulan dan nada berderik “criuk, criuk” yang khas, terutama sewaktu terbang.[2] Kadang meniru kicauan burung lain. Belum tersedia rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia.[5]

Karena kicauannya yang bagus inilah, jalak hitam banyak dicari. Apalagi spesies bermata dan kaki putih, mentalnya amatlah berani dan jalak hitam pun termasuk hewan yang rajin berkicau dengan variasi yang harmonis.[1]

Persebaran dan habitat

sunting
 
Karena spesies jalak suren lebih sedikit daripada jalak hitam, maka harga jalak hitam lebih murah.

Burung ini menyebar luas di Asia bagian timur, mulai dari Bangladesh hingga ke Tiongkok selatan, Pulau Jawa, dan Sulawesi.[7] Merupakan jenis jalak yang paling umum di sekitar kota dan lahan garapan di Jawa dan Bali.[8] Tersebar di Asia Tenggara kecuali di Semenanjung Malaya; diintroduksi ke Sumatra.[9]

Diintroduksi ke Taiwan, Thailand tenggara, Singapura, Puerto Rico, serta juga ke Pulau Honshu, Jepang.[3] Kadang diperlakukan sebagai ras dari kerak india (Acridotheres fuscus), ada juga yang memasukkannya sebagai ras dari kerak besar (Acridotheres grandis).[2] Introduksi ke Singapura bermula pada tahun 1925, semenjak itu jalak hitam termasuk spesies jalak yang paling banyak di Singapura selain kerak ungu.[10][11]

Populasi di Sumatra, kemungkinan besar terbentuk dari burung peliharaan yang terlepas, terutama dari daerah Medan, dan saat ini telah tersebar di seluruh pulau Sumatra.[2]

Dikarenakan spesies ini lebih banyak daripada jalak suren, maka harga jalak hitam lebih murah daripada jalak suren.[1] Habitatnya di padang rumput, sawah, kebun, mangrove, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.[5] Jalak hitam berhabitat asli di lubang-lubang pohon besar.[12]

Kebiasaan

sunting

Jalak hitam hidup dalam kelompok besar atau kecil. Sebagian besar mencari makan di padang rumput, pemukiman, lahan pertanian, dan di kota.[13] Di alam bebas, jalak hitam sering mendatangi areal yang menjadi ladang penggembalaan kerbau. la senang bertengger di punggung kerbau, sambil mencari kutu yang menempel di tubuh kerbau tersebut.[14] Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai jalak kerbau.[6][1] la juga senang mencari makanan di tanah. Makanan apapun yang ditemukannya di tanah langsung disantap.[6]

Apabila hewan ini dalam pemeliharaan kita, hendaknya diberi makan berupa voer dan serangga seperti jangkrik, ulat hongkong, atau ulat bambu.[1] Lubang atau pelepah pohon dijadikannya tempat untuk kawin di musim kawin. Apabila hendak tidur, ia mengeluarkan suara khusus.[15] Selain memakan kutu, ia juga memakan buah-buahan, seperti pisang dan pepaya, [16] serangga seperti belalang, jangkrik dan cacing tanah.[6][14] Sarangnya terdapat di lubang pohon. Telur berwarna hijau biru pucat, jumlahnya 2-3 butir. Berkembang-biak pada bulan Mei-November.[5]

Dalam kebudayaan dan pemanfaatan

sunting

Sebelum banyak dipelihara penggemar burung, ia biasa dijual di restoran sebagai menu burung goreng seperti halnya burung tekukur. Umumnya, jalak hitam digemari penggemar burung kelas bawah. Orang Sunda menyebut ini sebagai kerak,[15] tapi orang Jawa menyebut burung ini jalak kaleng karena bunyi teriakannya seperti bunyi kaleng yang dipukul-pukul.[1]

Untuk penyakit sesak nafas, bakarlah daging burung ini hingga benar-benar masak. Lalu tambahkan dengan sedikit asam, garam, lombok, merica/lada, serta gula jawa yang telah ditumbuk halus. Makanlah secara rutin ramuan daging jalak bakar ini 3 kali sehari.[17]

Jalak yang paling pintar adalah jalak hitam, ia dapat meniru suara manusia, suaranya tidak jauh beda dengan beo. Dikarenakan populasinya yang berkurang di Pulau Jawa, pedagang burung di Jawa mengandalkan populasi di Sumatra.[18] Penggemar burung menjadikannya sebagai burung rumahan. Tetapi ada juga yang memeliharanya untuk dijadikan burung master, atau pengisi suara burung-burung ocehan lainnya.[18][6]

Bahkan, pada tahun baru 2012 yang lalu, di sebuah kota kecil di Arkansas, Kota Beebe diketahui sebanyak 5000 ekor burung jalak hitam secara tiba-tiba jatuh dari langit. Kejadian ini merupakan kedua kalinya setiap kali pergantian tahun baru.[19]

Pada tahun 2011 yang lalu, Antara menulis penyebabnya adalah kembang api. Adapaun, penyebab lainnya adalah sambaran petir. Namun, pada saat itu tidak ada petir. Padahal, polisi telah berulang-ulang mengingatkan masyarakat supaya tidak menyalakan kembang api sewaktu tahun baru.[19]

Bahasa lain

sunting

Referensi

sunting

Catatan bawah

  1. ^ a b c d e f g Sudrajat 1997, hlm. 34.
  2. ^ a b c d e Kutilang Indonesia, Kerak kerbau.
  3. ^ a b Brazil 2009, hlm. 392.
  4. ^ FOBI, Acridotheres javanicus.
  5. ^ a b c d SBW, Javan Myna.
  6. ^ a b c d e ANF Bird Farm, Jenis-jenis Jalak.
  7. ^ King, B., M. Woodcock, E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to the Birds of South-East Asia. Collins, London. p. 410-411
  8. ^ MacKinnon, J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada Univ. Press. hal. 353-354
  9. ^ MacKinnon, J., K. Phillipps, B. van Balen 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. hal. 396
  10. ^ RMBR, Acridotheres javanicus:Cabanis, 1851.
  11. ^ Edumall.sg, Introduction.
  12. ^ Hermawan 2012, hlm. 99.
  13. ^ Ayat 2011, hlm. 93.
  14. ^ a b Hermawan 2012, hlm. 100.
  15. ^ a b Turut 2010, hlm. 80.
  16. ^ Turut 2010, hlm. 81.
  17. ^ Artikel Kesehatan, Jalak hitam.
  18. ^ a b Suara Merdeka, Jalak Hitam Bisa.
  19. ^ a b Ribuan jalak hitam, Bisnis Indonesia.
  20. ^ a b c d Avibase, Kerak Kerbau (Acridotheres javanicus).

Bibliografi