Kelly Puspito (27 Agustus 1930 – 19 Desember 2009) adalah musikus berkebangsaan Indonesia. Dia dikenal sebagai pencipta lagu Keroncong Tanah Airku.[1][2] Menyukai musik sejak masih duduk di bangku SMP. Di samping menciptakan lagu, mengaransemen, melatih paduan suara, keroncong, dan kolintang, ia juga mengajar beberapa matakuliah di Unnes Semarang sebagai dosen luar biasa. Kelly termasuk salah satu pencipta lagu yang ikut memengaruhi perkembangan musik keroncong Indonesia. Karya-karyanya sering menjadi materi lomba Bintang Radio dan Televisi (BRTV) dan dijadikan bahan kajian oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.[3]

Kelly Puspito
LahirKelly Puspito
(1930-08-25)25 Agustus 1930
Pati, Hindia Belanda Hindia Belanda
Meninggal19 Desember 2009(2009-12-19) (umur 79)
Semarang, Indonesia
PekerjaanMusikus
Tahun aktif1950 - 2009

Kehidupan pribadi

sunting

Kr. Tanah Airku

Mendalam lembah curam
Di sela gunung yang meninggi
Suatu pemandangan
Tanah airku Indonesia
Elok adi

Sungai-sungai mengalir berliku
Melalui hutan yang menghijau
Menuju ke laut biru
Serta padi berayun mendesah
Dihembus angin yang menderu

Indah tanah airku
Indonesia Raya pujaan bangsaku
Tanah airku yang kaya raya
Dengan pemandangan alamnya

Kelly Puspito

Sejak SMP Kelly Puspito sudah tertarik dengan musik dan mencoba memainkannya. Musik berirama Hawaiian, jazz, dan keroncong, saat itu sedang menjadi kecenderungan kebanyakan pendengar radio. Tapi akhirnya dia memutuskan memilih jalur keroncong sebagai nafas hidupnya. Ahasil, dari kemampuannya itu membuat dia diterima bekerja di kantor pos, sambil terus menjalani kegiatan seni, melatih, dan memimpin orkes keroncong milik Kodam IV Diponegoro (1961).

Melalui orkes keroncong inilah ia menempa kemampuan musikalitasnya dengan mencoba menerapkan berbagai gagasan musik untuk membuat agar musik keroncong selalu disukai oleh masyarakat. Di tangan Kelly, menurunnya gairah masyarakat terhadap musik keroncong berhasil dibangkitkan melalui upayanya yang elastis dan berusaha menjawab perubahan zaman.

Kali pertama Kelly Puspito menciptakan lagu keroncong pada dekade 1950-an dengan judul Cincin Tanda Setiamu. Seperti kebanyakan musikus keroncong lainnya, dia mengakui bahwa ia merupakan seorang yang perasa, romantis dan terkadang lebih menghargai rasa cinta terhadap seni dibandingkan terhadap materi. Kecintaannya terhadap seni ini pula sampai hari tuanya ia merasakan tidak mempunyai apa-apa dan terpaksa berpisah dengan istri pertamanya setelah merajut kasih selama sepuluh tahun, walaupun sangat disayangkan baginya karena dia mengenal sosok sang istri melalui musik. Namun kemudian kesendiriannya mulai terobati dengan kehadiran seoarang penyanyi keroncong yang lalu menjadi istri keduanya. Ia merasa istri keduanya lebih siap untuk hidup dengannya sebagai seorang musikus keroncong yang serba kekurangan[4] saya tidak setuju dengan cerita bahwa istri keduanya lebih siap untuk hidup denganya.sbg seorang musisi keroncong yang serba kekurangan.karena istri pertamanya minta cerai karena beliau punya istri lagi dg istri keduanya..sedang istri pertamanya tidak bersuami lagi membiayai hidup sendiri dg anak lima..sementara istri keduanya..menikah lagi meninggalkan beliau.tolong konfirmasi ke kedua belah pihak dulu kalau mau menulis.terima kasih.

"Musik keroncong perkembangannya dari yang asli atau asli Indonesia berawal dari keroncong tugu, musik ini terus masuk dan berkembang di Semarang. Ciri khas musik keroncong gaya Semarang ini dapat terdengar dari permainan cellonya, gaya ini berbeda dengan gaya di Solo, Yogyakarta, atau Surabaya" - Kelly Puspito

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Kelly Puspito". Suara Edukasi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-19. Diakses tanggal 19 Maret 2019. 
  2. ^ "Kelly Puspito". Journal Unnes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-10. Diakses tanggal 19 Maret 2019. 
  3. ^ "Kelly Puspito". Citeulike. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-19. Diakses tanggal 19 Maret 2019. 
  4. ^ "Konser Keroncong Tribute to Kelly Puspito". Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-19. Diakses tanggal 19 Maret 2019. 

Pranala luar

sunting