Kedungbanteng, Tegal
Kedungbanteng (bahasa Jawa: ꦏꦼꦢꦸꦁꦧꦤ꧀ꦠꦼꦁ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Kedungbanteng berjarak 8 Km berkendara dari pusat kabupaten yaitu Kota Slawi melalui Pangkah. Pusat pemerintahannya berada di Desa Desa Kedungbanteng.
Kedungbanteng | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Tegal | ||||
Populasi (2016) | |||||
• Total | 39,393 jiwa | ||||
Kode pos | 52472 | ||||
Kode Kemendagri | 33.28.08 | ||||
Kode BPS | 3328080 | ||||
Desa/kelurahan | 10 | ||||
|
Batas - batas Wilayah
suntingBatas wilayah Kecamatan Kedungbanteng adalah sebagai berikut:
Utara | Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Warureja |
Timur | Kecamatan Warureja |
Selatan | Kecamatan Pangkah dan Kecamatan Jatinegara |
Barat | Kecamatan Tarub dan Kecamatan Pangkah |
Desa/kelurahan
suntingPariwisata
suntingWaduk Cacaban merupakan salah satu objek wisata berupa waduk/ bendungan di Desa Penujah yang juga berfungsi untuk mengairi sawah-sawah di sekitarnya. Jika anda penggemar hobi fotografi tempat ini juga sangat bagus apabila dijadikan sebagai objek fotografi anda. Oleh karena itu jangan sampai lupa, ajak komunitas fotografi anda untuk hunting foto di Tirta Waduk Cacaban Tegal Jawa Tengah ini. Pemandangan yang sangat bagus tentu saja pada saat sunrise. Sebagai pelengkap di lokasi wisata Tirta Waduk Cacaban juga telah berdiri beberapa warung apung yang menjajakan berbagai menu masakan ikan air tawar. Jadi jangan khawatir apabila anda lapar saat berkunjung ke wisata ini. Disamping rasanya yang nikmat pemandangan dari atas warung apung ini juga sangat indah dan unik.
Situs Semedo berada di Desa Semedo. Cagar budaya yang membentang di areal Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pemalang itu ditemukan sejak 2005. Sedikitnya ada tiga fosil penting dari Situs Semedo yang dinilai telah membuka cakrawala baru bagi penelitian prasejarah. Penemu Situs Semedo ini adalah Pak Dakri, warga Desa Semedo yang mulai mengumpulkan fosil-fosil dari Bukit Semedo (148m, koordinat -6.958386, 109.282053) sejak tahun 2003 dalam keadaan tergeletak begitu saja di atas tanah, tanpa adanya proses penggalian. Beliau mengumpulkan satu persatu fosil tersebut dan menyimpannya di rumah beliau. Sehingga rumah beliau menjadi museum sederhana bagi fosil-fosil Semedo tersebut.
Binatang-binatang seperti Mastodon sp. (gajah purba), Stegodon sp. (gajah purba), Elephas sp. (gajah purba), Rhinoceros sp. (badak), Hippopotamus sp. (kuda nil), Cervidas (jenis rusa), Suidae (jenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), dll ini pernah hidup di antara 1,2-0,4 juta tahun yang lalu di Semedo. Di Semedo ditemukan kepingan tengkorak manusia purba Homo Erectus yang membuka cakrawala baru mengenai penyebaran Homo Erectus di Pulau Jawa yang menurut peneliti dari tim ahli Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, fosil tersebut berusia sekitar 700.000 tahun lalu pada kala pleistosen tengah. Selain fosil, diketemukan juga seperti kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (debris), sedangkan batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone) dan batu kalsedon.
Lihat pula
suntingPemandian Air Panas Guci Purwahamba Indah