Untuk judul album, lihat: Keabadian (album musik).

Keabadian atau kekekalan secara harfiah ialah sebuah satuan waktu yang tidak ada batasnya, atau waktu yang tidak berhingga, seperti yang diungkapkan dalam ungkapan perdamaian yang abadi, atau istirahat yang abadi.

Dalam pengertian falsafi dan agama yang dimaksudkan adalah sebuah realita transendental yang tidak sama dengan realita yang biasa. Bila kata keabadian diterapkan kepada sifat Ilahi, maka tidaklah cukup hanya pengertiannya sebagai perpanjangan waktu sehingga berlangsung tanpa akhir. Keabadian Ilahi adalah suatu keberadaan yang tanpa awal dan tanpa akhir, serta tak mengandung perubahan maupun urutan dalam waktu. Keabadian ilahi berada di luar dimensi waktu. Pengertian keabadian ilahi ini sukar dipahami oleh manusia sepenuhnya, karena manusia sendiri berada dalam dimensi waktu, dan apa yang ditangkap oleh manusia mengenai keabadian hanyalah secara analog.

Keabadian sebagai sebuah eksistensi tanpa waktu

sunting

Augustinus dari Hippo menuliskan bahwa waktu ada hanya dalam alam semesta yang diciptakan, bahwa Tuhan ada di luar waktu; bagi Tuhan tidak ada masa lampau atau masa depan, tetapi hanya masa kini yang abadi.

Posisi itu disetujui oleh banyak orang yang percaya. Dan orang pun tidak perlu percaya pada Tuhan untuk mendukung konsep kekekalan ini: seorang matematikus ateis bisa saja mendukung prinsip filosofis bahwa angka dan hubungan di antara mereka ada di luar waktu, dan oleh sebab itu bisa diartikan sebagai keabadian.

Simbolisme

sunting

Keabadian sering disimbolkan dengan gambar ular yang menelan ekornya sendiri, dikenal dengan Ouroboros (atau Uroboros). Lingkaran juga biasa digunakan sebagai simbol keabadian. Konsep terkait, tak hingga, disimbolkan dengan  , yang kemungkinan berdasarkan Ouroboros.