Merbau

genus tumbuh-tumbuhan
(Dialihkan dari Kayu merbau)
Merbau
Kayu merbau,
sebagai lantai parket
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Intsia

Thouars (1806)[1]
Spesies[2]

Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu ini juga dinamai kayu besi. Di Papua Nugini, kayu ini dikenal sebagai kwila; sedangkan nama-namanya dalam bahasa Inggris adalah mirabow, Moluccan ironwood, Malacca teak, dan lain-lain.[3][4]

Pengenalan

sunting
 
Habitus

Pohon berperawakan sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 50m, dengan batang bebas cabang sekitar 20m dan gemang hingga 160(-250) cm.[3] Dengan banir (akar papan) yang tinggi dan tebal. Pepagan berwarna abu-abu terang atau coklat pucat, halus dengan bintil-bintil kecil lentisel, mengelupas serupa sisik bulat-bulat.[5]

Daun majemuk dengan 2 pasang anak daun, terkecuali daun-daun di ujung yang hanya memiliki sepasang anak daun. Anak daun bundar telur miring tak simetris, 2,5-16,5 × 1,8–11 cm, dengan ujung tumpul atau melekuk dan pangkal membundar, permukaannya gundul dan licin, tulang daun utama berambut panjang di sisi bawah.[5]

 
Daun

Bunga-bunga terkumpul dalam karangan di ujung (terminal), panjang hingga 10 cm, berambut halus. Mahkota berwarna putih, yang berubah menjadi jambon atau merah; benangsari seluruhnya merah atau ungu. Buah polong, 10-28 × 2–4 cm, berbiji 1-8 butir, hitam dan besar, 2-3,5 × 1,5-3 × 0,7-0,8 cm.[5]

Intsia bijuga kebanyakan tumbuh di daerah pantai, sering kali pada zona di belakang hutan bakau.[3]

Sifat-sifat kayu

sunting
 
Batang kayu

Kayu teras berwarna kelabu coklat atau kuning coklat sampai coklat merah cerah atau hampir hitam. Kayu gubal berwarna kuning pucat sampai kuning muda, jelas dibedakan dari kayu teras. Merbau memiliki tekstur kayu yang kasar dan merata, dengan arah serat yang kebanyakan lurus. Kayu yang telah diolah memiliki permukaan yang licin dan mengkilap indah.[6]

Kayu merbau termasuk ke dalam golongan kayu berat (BJ 0,63-1,04 pada kadar air 15%) dan kuat (kelas kuat I-II). Kayu ini memiliki penyusutan yang sangat rendah, sehingga tidak mudah menimbulkan cacat apabila dikeringkan. Merbau juga awet: daya tahannya terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas I dan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas II.[6] Kayu merbau termasuk tahan terhadap penggerek laut (teredo), sehingga acap digunakan pula dalam pekerjaan konstruksi perairan.[3]

Merbau termasuk tidak sulit digergaji, dapat diserut dengan mesin sampai halus, diamplas dan dipelitur dengan memuaskan, namun kurang baik untuk dibubut. Kayu ini juga biasanya pecah apabila dipaku, dan dapat menimbulkan noda hitam apabila berhubungan dengan besi atau terkena air.[6]

Pemanfaatan

sunting

Merbau terutama dimanfaatkan kayunya, yang biasa digunakan dalam konstruksi berat seperti balok-balok, tiang dan bantalan pada bangunan rumah maupun jembatan.[6] Oleh karena kekuatan, keawetan dan penampilannya yang menarik, sekarang kayu merbau juga dimanfaatkan secara luas untuk pembuatan kusen, pintu dan jendela, lantai parket (parquet flooring), papan-papan dan panel, mebel, badan truk, ukiran dan lain-lain.[3]

Bahan pewarna coklat dan kuning dapat diekstrak dari substansi berminyak yang dikandung oleh kayu dan pepagannya. Pepagan dan daun juga digunakan sebagai bahan obat tradisional.[3]

Pepagan yang mengelupas, ditumbuk dan dicampur dengan buah pinang yang tua, sebagai obat untuk menghentikan murus. Biji-bijinya dibembam dalam arang atau abu panas agar pecah kulitnya, lalu direndam dalam air garam selama 3-4 hari, sebelum direbus dan dimakan.[7]

Kerabat dan perdagangan

sunting

Marga Intsia memiliki anggota 8 spesies, yang menyebar luas mulai dari Afrika timur dan Madagaskar di sebelah barat, ke timur hingga Melanesia, Mikronesia dan bagian utara Australia. Tiga spesiesnya terdapat di kawasan Malesia; Intsia bijuga adalah jenis yang tersebar paling luas, semenjak Tanzania dan Madagaskar, India bagian selatan, Burma, kawasan Malesia, sampai ke Australia dan Polinesia.[3]

I. palembanica Miq. (berasal dari kata Palembang; sinonim I. bakeri, I. plurijuga) juga merupakan penghasil kayu merbau (nama perdagangan) yang baik dan banyak dieksploitasi. Kayu alai atau anglai (Mly.) ini menyebar mulai dari bagian selatan Burma, Thailand, Semenanjung Malaya, Palawan di Filipina, dan Kepulauan Nusantara hingga Papua; pada umumnya tumbuh lebih ke pedalaman hingga ketinggian 1.000 m dpl.[3]

I. acuminata Merr. juga menghasilkan kayu bermutu baik, yang dalam perdagangan dimasukkan sebagai kayu merbau. Jenis ini menyebar terbatas di Filipina dan kemungkinan juga di Papua.[3]

Pada masa lalu (1980-1992) kayu merbau terutama diproduksi dari Malaysia (termasuk Sabah dan Serawak), Indonesia dan Papua Nugini. Karena kualitasnya, kayu ini disukai konsumen baik domestik maupun internasional; dengan importir utama adalah negara-negara Eropa (Belanda dan Jerman), Jepang dan belakangan juga Cina. Tekanan perdagangan telah menyusutkan populasi kayu ini di alam, sehingga sejak tahun 1992 jenis ini telah diusulkan untuk diatur perdagangannya melalui Apendiks II CITES, akan tetapi ditolak oleh Malaysia.[3][8]

Beberapa tahun terakhir ini importir terbesar kayu merbau adalah Cina, terutama terkait dengan persiapannya sebagai tuan rumah Olimpiade 2008 di Beijing.[9] Kebutuhan yang besar terhadap kayu ini telah mendorong terjadinya penggelapan dan penyelundupan kayu merbau, terutama dari Papua.[10]

Referensi

sunting
  1. ^ "Intsia Thouars". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. 2007-04-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-05. Diakses tanggal 2010-02-10. 
  2. ^ Intsia Thouars. Plants of the World Online. Retrieved 2 September 2023.
  3. ^ a b c d e f g h i j Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta. ISBN 979-666-308-2. Hal. 283-289
  4. ^ "Tree Conservation Information Service". UNEP-WCMC. 2007-09-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-14. Diakses tanggal 2008-08-23. 
  5. ^ a b c Argent, G. et al.. t.t. Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Vol. 2:357-360. Forest Research Institute, Samarinda.
  6. ^ a b c d Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia, jilid II: 91-96. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.
  7. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 907-909.
  8. ^ Ipil, Intsia bijuga pada laman Wild Singapore
  9. ^ Bristow, Michael (2007-07-06). "China trade threatens tropical trees". BBC. 
  10. ^ Kayu Merbau Papua ikut Olimpiade Beijing 2008, artikel dari laman BeritaBumi[pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

sunting