Katarsis
Katarsis adalah pelepasan emosi yang tersimpan dalam hati yang terkait dengan kejadian traumatis dengan memunculkan emosi tersebut ke alam sadar. Secara etimologi Katarsis berasal dari bahasa Yunani: κάθαρσις, transliterasi: kátharsis yang berarti pemurnian atau pembersihan. Katarsis pada prinsipnya merupakan sebuah upaya untuk melepaskan emosi negatif agar dapat berpikir lebih jernih untuk menghadapi suatu masalah.[1] Katarsis pertama kali diungkapkan oleh Sigmund Freud lalu menjadi populer di kalangan para filsuf Yunani kuno, istilah ini digunakan antara lain oleh:
- "Penyucian" yang dihasilkan pada para pemirsa dalam sebuah pentasan sandiwara, menurut Aristoteles
- metode psikologi (psikoterapi) yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuanya (JS Badudu, hlm 175).
- Dalam agama Kristen pembaharuan mental yang dicapai dalam penyucian diri.
- Kelegaan jiwa, ketika seorang penulis berhasil merapungkan tulisannya (Wibisono, hlm 204).
- Pembersihan diri dari segala aktivitas duniawi yang menyulitkan.
Bentuk katarsis
suntingMendengarkan musik
suntingMendengarkan musik sebagai bentuk katarsis dengan mendengarkannya lalu membebaskan emosi yang dirasakan, ketika seseorang sedang bersedih mendengarkan musik sedih dapat menjadi alternatif melepaskan emosi sedih dengan menangis.[2]
Menulis
suntingMenulis dengan emosi untuk mengisi hati dan pikiran membuat emosi terpendam mengalir lewat kata-kata melalui tulisan. Menulis secara ekspresif dapat mendatangkan banyak manfaat seperti memperbaiki imun tubuh, menghilangkan stres, dll.[3] Metode katarsis ini dilakukan dengan mengekspresikan emosi atau perasaan melalui tulisan-tulisan sebagai bentuk perantara untuk menyalurkan emosi. Penyingkapan emosi yang dialami saat seseorang menulis pengalaman emosionalnya adalah faktor yang menghasilkan efek teraupetik. Menurut Pennebaker pada tahun 1997, proses teraupetik berpusat pada penyingkapan pengalaman emosional, pengakuan dan penyingkapan adalah proses dasar yang muncul dalam psikoterapi dan secara alamiah muncul dalam interaksi sosial yang dianggap membawa manfaat secara psikologis maupun fisik. Menulis dapat dilakukan dengan cara membuat buku harian pada setiap harinya dengan menyalurkan emosi yang dirasakan pada setiap harinya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menulis buku harian dapat membawa beberapa dampak positif dan juga dengan menulis dapat melatih konsistensi manajemen diri.[4]
Menonton film
suntingSama halnya dengan mendengarkan musik, menonton film dengan genre film sesuai emosi yang dirasakan, bisa dijadikan untuk perantara pelepasan emosi.
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Putri 2020, hlm. 77.
- ^ Putri 2020, hlm. 78–79.
- ^ Putri 2020, hlm. 80.
- ^ Qonitatin, Novi; Widyawati, Sri; Asih, Gusti Yuli (April 2021). "PENGARUH KATARSIS DALAM MENULIS EKSPRESIF SEBAGAI INTERVENSI DEPRESI RINGAN PADA MAHASISWA". 9. No. 1. Jurnal Psikologi Undip.
Daftar pustaka
sunting- Wibisono, Wahyu. 2007. Berani Menulis Artikel (Babak Baru Kiat Menulis Artikel untuk Media Massa Cetak). Jakarta: Gramedia
- Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas
Bibliografi
sunting- Putri (2020). "Bab 2: Melepaskan Pola Lama". Dalam Putri, Dionisia. Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin. Kompas Gramedia. ISBN 978-623-00-1530-4.