Karolus Agung

raja orang Franka, dianggap sebagai Kaisar Romawi Suci pertama (747–814)
(Dialihkan dari Karolus yang Agung)

Karolus Agung (Prancis: Charlemagne; bahasa Jerman: Karl der Große; bahasa Latin: Carolus Magnus, Karolus Magnus; bahasa Inggris: Charles the Great, bahasa Italia: Carlo Magno) (742 atau 74728 Januari 814), adalah raja kaum Frank dari 768 sampai 814 dan bangsa Lombard dari 774 sampai 814. Ia dimahkotai sebagai Imperator Augustus di Roma pada hari natal tahun 800 oleh Paus Leo III, dan karenanya dianggap merupakan pendiri Kekaisaran Romawi Suci (dengan gelar Karolus I).

Karolus Agung
Lukisan Kaisar Karolus Agung.
Pendiri Kekaisaran Romawi Suci
Berkuasa25 Desember 800 – 28 Januari 814
Penobatan25 Desember 800
Basilika St. Petrus Lama, Roma
PendahuluPippin III
(Raja Frankia)
PenerusLudwig I
Raja bangsa Lombardia
Berkuasa10 Juli 774 – 28 Januari 814
Penobatan10 Juli 774
Pavia
PendahuluDesiderius
PenerusLouis I
Raja bangsa Frankia
Berkuasa9 Oktober 768 – 28 Januari 814
Penobatan9 Oktober 768
Noyon
PendahuluPippin III
PenerusLouis I
Kelahiran2 April 743[1]
Kerajaan Frankia
Kematian28 Januari 814(814-01-28) (umur 71)
Aachen, Kekaisaran Romawi Suci
Pemakaman
Pasangan
Keturunan
Among others
DinastiKarolingia
AyahPippin III
IbuBertrada dari Laon
AgamaKatolik Roma

Pencapaian dan kemajuan yang ia ciptakan membuatnya dianggap sebagai bapak pendiri Prancis dan Jerman bahkan sebagai Bapak pendiri Eropa. Melalui serangkaian perang dan penaklukan, ia memperluas wilayah kekuasaannya hingga meliputi sebagian besar Eropa Barat. Faktanya, ia adalah kaisar pertama di Barat sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi.

Nama Karolus diambil dari nama kakeknya, Karl Martell, seorang pejuang yang memukul mundur pasukan Muslim dari wilayah Prancis. Dalam bahasa Inggris dan Prancis, ia dikenal sebagai Charles. Sementara itu, ia juga dikenal dengan nama Carolus dalam bahasa Latin.

Karena pencapaiannya, nama Karolus diadopsi sebagai kata pengganti "raja" dalam berbagai bahasa di Eropa, termasuk bahasa Polandia: król, bahasa Ukraina: король (korol'), bahasa Ceko: král, bahasa Slowakia: kráľ, bahasa Hungaria: király, bahasa Lituania: karalius, bahasa Latvia: karalis, bahasa Rusia: король, bahasa Makedonia: крал, bahasa Bulgaria: крал, bahasa Serbo-Kroasia: краљ/kralj, bahasa Turki: kral. Adaptasi ini mirip dengan nama Caesars yang juga digunakan untuk menggantikan kata "raja", seperti kaiser dan tsar (atau czar).[2]

Sejarah

sunting

Karolus Agung, adalah cucu dari Karl Martell, pahlawan penyelamat Eropa, mengakhiri era bangsa barbar di Eropa dengan menjadi Kaisar Barat pertama yang diakui oleh Paus dan seorang Kristiani sejak zaman raja barbar Odoaker pada 476. Banyak bangsa di Eropa Barat yang sejak kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat tidak memiliki sebuah pemerintahan tertinggi, kurang lebih dipersatukan kembali di bawah pemerintahan Karolus Agung. Dengan adanya persatuan maka peperangan pun menjadi jarang dan rakyat di bawah pemerintahan Karolus I dapat memfokuskan diri kepada hal-hal yang lain seperti pendidikan, kebudayaan, agama, dan keuangan.

Naik takhta

sunting

Saat memulai memerintah pada tahun 768, Karolus bertahta bersama dengan adiknya Karloman. Karolus mendapatkan wilayah barat dan utara yang berbatasan dengan samudra Atlantik, dan Karloman mendapatkan wilayah timur dan selatan. Akan tetapi mereka tidak akur satu dengan yang lain. Ketegangan mereka membuat kekuatiran akan pecahnya perang di antara mereka, yang hanya berakhir dengan mangkatnya Karloman pada 4 Desember 771.

Pada tahun 771, setelah Karolus mewarisi wilayah adiknya, ia mulai menundukkan selama tiga dekade. Ia mendorong perbatasan kerajaannya ke arah timur dan akhirnya ia menguasai Burgundy, sebagian besar Italia, Alamania, Bavaria dan Thuringia. Di utara ia menguasai Saxony dan Frisia. Di sebelah timur kedua daerah tersebut, ia menciptakan daerah-daerah dengan organisasi militer khusus yang disebut marka. Daerah-daerah itu terbentang dari Laut Baltik sampai ke Adriatik. Untuk pertama kali, sebagian besar Eropa menikmati kepemimpinan yang stabil.

Sampai pada hari Natal tahun 800, Karolus memegang gelar raja kaum Frank. Pada hari suci itu, Paus Leo III menobatkan dia sebagai kaisar kekaisaran Romawi Suci, dan sekali lagi tampaknya Eropa Barat mempunyai seorang kaisar yang mengikuti jejak Konstantinus yang Agung. Sejak saat itu ia menjadi terkenal dengan sebutan Carolus Magnus, "Karolus Agung".

Tentunya Karolus Agung menerima sungguh-sungguh pemikiran bahwa ia telah menjadi kaisar Kristen, karena semua surat-surat keluarnya berbunyi: "Karolus, dengan rahmat Allah, Kaisar Romawi".

Meskipun Karolus Agung sedikit saja terpelajar, di bawah pemerintahannya yang damai terwujud kebangkitan seni dan ilmu yang dikenal sebagai Renaisans Karolingia atau Kebangkitan Karolingia. Kaisar tersebut mensponsori sebuah sekolah istana di ibu kota kekaisaran, Aachen. Alcuin, seorang terpelajar Anglo-Saxon menjadi guru di sana; ia menasihati murid-muridnya: "Waktu berjalan seperti air yang mengalir. Jangan sia-siakan hari-hari belajar dengan bermalas-malasan!" Alcuin menulis buku teks tentang tata bahasa, ejaan, retorika dan logika. Ia juga menulis ulasan-ulasan Injil, dan berpihak pada paham ortodoks dalam berbagai perdebatan teologi.

Kebangkitan Karolingia berhasil memelihara banyak tulisan dunia kuno. Karena para biarawan membuat salinan-salinan karya Latin kuno – beberapa di antaranya terhias dengan cantik – biara-biara pun menjadi "bank kebudayaan". Dalam banyak hal, tanpa jerih-payah para biarawan ini, karya-karya kuno mungkin sudah hilang dari jangkauan kita.

Pada masa kekacauan dan peperangan, pemerintahan Karolus Agung memberi stabilitas politik dan kebudayaan. Dia menjamin bahwa Barat akan memelihara pusaka kuno ini, bahwa kekristenan akan tersebar di kekaisarannya, dan bahwa biara akan mengajar elemen dasar keyakinan itu sendiri. Ia juga memberi Paus perlindungannya.

Akan tetapi, Karolus Agung tidak punya alasan untuk memberikan kuasanya kepada Paus. Apakah ia bukan kaisar Kristen yang loyalitas penuhnya adalah untuk Allah? Sesungguhnya, figur yang luar biasa ini tunduk hanya kepada Dia.

Ketika Karolus Agung wafat pada tahun 814, kekaisarannya sedikit demi sedikit mulai pecah, terbagi-bagi di antara tiga orang putranya, dan perlahan-lahan Paus pun meraup kekuasaan.

Pembagian kerajaan

sunting

Kekaisaran Karolus Agung diteruskan pada putranya, Louis yang Saleh, pada 814, namun tidak lama setelah putranya mangkat, kekaisaran itu terbagi menjadi tiga di antara para putra Louis pada 843. Seorang cucunya, Charles, mendapatkan bagian barat kekaisaran yang menjadi cikal-bakal negara Prancis sekarang; cucunya yang lain, Louis, mendapat bagian timur yang menjadi cikal-bakal negara Jerman; dan daerah di antara kedua bagian itu diberikan pada cucunya yang seorang lagi, Lothair.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Karl Ferdinand Werner: Das Geburtsdatum Karls des Großen, in: Francia 1, 1973, pp. 115–157 (online);
    Matthias Becher: Neue Überlegungen zum Geburtsdatum Karls des Großen, in: Francia 19/1, 1992, pp. 37-60 (online Diarsipkan 2013-11-17 di Wayback Machine.);
    R. McKitterick: Charlemagne. Cambridge 2008, p. 72.
  2. ^ Anderson, Perry (2013). Passages from antiquity to feudalism. New York: Verso. ISBN 978-1-78168-009-4. OCLC 841017520. 

Pustaka

sunting
  • A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Immanuel, 1999. Dapat dibaca di sini

Pranala luar

sunting
Karolus Agung
Lahir: 2 April 742 Meninggal: 28 Januari 814
Gelar
Didahului oleh:
Pippin Pendek
Raja Negeri Franka
768–814
bersama dengan Karlmann I (768–771)
and Charles yang muda (800–811)
Diteruskan oleh:
Ludwig yang Saleh
(Louis)
Didahului oleh:
Desiderius
Raja Langobardi
774–814
bersama dengan Pippin Karlmann (781–810)
Bernard (810–818)
Jabatan baru Kaisar Romawi Suci
800–814
bersama dengan Ludwig (813–814)