Kardiomegali

pembengkakan jantung

Kardiomegali (kadang-kadang disebut megacardia atau megalocardia) merupakan kondisi medis saat jantung mengalami pembesaran atau lazim disebut pembengkakan jantung.

Kardiomegali
Gambaran kardiomegali pada rontgen, tampak adanya alat pacu jantung pada hemitoraks kiri
Informasi umum
SpesialisasiKardiologi
PenyebabKardiomiopati dilatasi[1][2][3][4] Kardiomiopati hipertrofi[5][6][7][8][9]
DiagnosisSkrining kardiomiopati hipertrofi[10][11]

Kardiomegali merupakan kondisi yang dapat diakibatkan oleh sejumlah penyakit lain seperti halnya obesitas atau penyakit arteri koroner. Kardiomegali bukan penyakit. Kardiomegali bisa menjadi serius, yakni bisa mengarah ke gagal jantung tergantung pada struktur jantung bagian mana yang mengalami pembesaran. Penelitian terkini menunjukkan adanya hubungan kardiomegali dengan risiko kematian jantung mendadak yang lebih tinggi.[12] Kondisi gagal jantung akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini lebih sering terjadi pada pria, dan ras Afrika-Amerika.

Penyebab kardiomegali ini bervariasi. Seringkali kondisi ini disebabkan oleh hipertensi atau penyakit arteri koroner. Darah tidak dipompa secara efektif akibat jantung yang membesar. Inilah yang kemudian menyebabkan gagal jantung kongestif. Kardiomegali dapat membaik seiring dengan berjalannya waktu, tetapi banyak orang dengan kardiomiopati dilatasi memerlukan pengobatan seumur hidup dengan obat-obatan.[13] Seseorang terindikasi lebih rentan untuk mendapatkan kondisi ini (kongenital) jika ada anggota keluarga dekat yang pernah atau sedang mengalami kardiomegali.[14]

Gejala dan Tanda

sunting

Pada kebanyakan orang, kardiomegali sama sekali tidak menunjukkan adanya gejala. Pada beberapa kasus, jika pembesaran jantung mulai kurang mampu memompa darah secara efektif, maka gejala gagal jantung kongestif dapat muncul, antara lain:[14]

  • Palpitasi jantung – detak jantung tidak teratur, biasanya dihubungkan dengan masalah katup jantung
  • Sesak napas berat (terutama saat aktivitas fisik) – kesulitan menarik napas secara teratur
  • Nyeri dada
  • Batuk, terutama saat berbaring
  • Kelelahan
  • Bengkak di kaki
  • Pembesaran lingkar perut
  • Berat badan meningkat
  • Edema – pembengkakan[15]
  • Pingsan[14]

Penyebab

sunting

Penyebab kardiomegali belum diketahui dengan baik dan kebanyakan kasus kardiomegali tidak diketahui penyebab pastinya. Pencegahan kardiomegali dimulai dengan deteksi dini karena anggota keluarga dekat yang memiliki kardiomegali sering kali menunjukkan risiko pasien tersebut akan mengalami kardiomegali. Pencegahan lainnya termasuk untuk menghindari gaya hidup yang merupakan faktor risiko terjadinya kardiomegali, seperti penggunaan tembakau, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Faktor risiko lainnya yang bukan gaya hidup termasuk: riwayat keluarga kardiomegali, penyakit arteri koroner (CAD), gagal jantung bawaan, aterosklerosis, penyakit katup jantung, paparan toksin pada jantung, gangguan napas saat tidur (seperti sleep apnea), aritmia jantung berkelanjutan, dan gambaran elektrokardiogram abnormal. Faktor gaya hidup yang dapat membantu pencegahan kardiomegali antara lain: makan makanan yang sehat, kontrol rutin tekanan darah di fasilitas kesehatan, olahraga, obat-obatan, dan tidak menyalahgunakan alkohol dan kokain.[14]

Penyebab lain yang mungkin antara lain:

  • Penyakit katup jantung
  • Kardiomiopati (kelainan pada otot jantung)
  • Hipertensi pulmonal
  • Efusi perikard
  • Gangguan Tiroid
  • Hemokromatosis (kelebihan zat besi dalam darah)
  • Amiloidosis[14]
  • Penyakit Chagas, penyebab penting kardiomegali khusus di Amerika Latin[16]
  • Infeksi virus pada jantung
  • Kehamilan, yang sering disebut kardiomiopati peripartum
  • Penyakit ginjal dengan dialisis
  • Penyalahgunaan alkohol atau kokain
  • Infeksi HIV[13]
  • Diabetes

Diagnosa

sunting
 
Rasio toraks-jantung =  
dengan:[17]
MRD = diameter tegak lurus terbesar dari garis tengah ke batas jantung kanan
MLD = diameter tegak lurus terbesar dari garis tengah ke batas jantung kiri
ID = diameter internal thoraks setinggi hemidiafragma kanan
 
Gambaran histopatologi (a) miokard normal dan (b) hipertrofi miokard. Bilah skala menunjukkan 50 μm.
 
Massa jantung bila dibandingkan dengan massa tubuh.[18]
  • Rontgen dada
    Gambar rontgen dapat membantu melihat kondisi paru-paru dan jantung. Jika ditemukan gambaran jantung yang membesar pada sinar-X, tes lain biasanya diperlukan untuk menemukan penyebabnya. Pengukuran yang berguna pada sinar-X adalah rasio toraks-jantung, yang merupakan diameter transversal jantung, dibandingkan dengan rongga dada.[19] Diameter ini diambil dari rontgen dada PA menggunakan titik terlebar dada dan diukur sejauh pleura paru, bukan tepi kulit lateral. Jika sinar-X diambil dengan benar, rasio toraks-jantung yang lebih besar dari 50% perlu dicurigai adanya kelainan.[20] Pendekatan yang lebih baru dengan sinar-X ini untuk mengevaluasi kesehatan jantung mengambil rasio area jantung dengan area dada yang dinamakan rasio toraks-jantung dua dimensi.[21]
  • Elektrokardiogram
    Tes ini merekam aktivitas elektrik jantung melalui elektroda yang ditempelkan pada kulit. Impuls tersebut direkam sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor atau dicetak. Tes ini penting untuk membantu mendiagnosis masalah irama jantung dan menilai kerusakan jantung seseorang.
  • Ekokardiogram
    Tes untuk mendiagnosis dan memantau pembesaran jantung dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk menghasilkan video gambaran jantung. Pada tes ini, empat bilik jantung dapat dievaluasi.
  • Tes stres yang juga disebut sebagai exercise stress test memberikan informasi tentang seberapa baik jantung bekerja selama aktivitas fisik.
    Pada tes ini pasien diminta berjalan di atas treadmill atau mengendarai sepeda stasioner sementara irama jantung, tekanan darah, dan pernapasan dipantau.
  • Tomografi terkomputerisasi jantung (CT) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI)
    Dalam pemindai CT jantung, seseorang berbaring di atas meja di dalam mesin pemindai CT. Tabung sinar-X di dalam mesin kemudian berputar mengelilingi tubuh dan mengambil gambar jantung dan dada. Dalam MRI jantung, seseorang berbaring di atas meja di dalam mesin seperti tabung panjang yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan sinyal yang kemudian akan membuat gambaran jantung.
  • Tes darah
    Enzim jantung mungkin dapat diperiksa untuk menilai masalah jantung. Tes darah juga dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala seseorang.
  • Kateterisasi dan biopsi jantung
    Pada prosedur kateterisasi, kateter dimasukkan melalui pembuluh darah besar ke jantung. Biopsi jantung, jika diindikasikan, dapat diambil untuk dilakukan analisis laboratorium.[14]
  • Untuk orang yang telah meninggal, diusulkan diagnosis kardiomegali pada otopsi jika berat jantung lebih dari 399 gram pada wanita dan lebih dari 449 gram pada pria.[22]

Klasifikasi

sunting

Kardiomegali dapat dikategorikan berdasarkan lokasi utama dari pembesaran jantung itu sendiri, dan/atau didasarkan pada struktur pembesaran.

Terdapat pula subtipe tambahan khusus. Contohnya, sindrom jantung atletik yakni kondisi nonpatologis yang biasa terlihat dalam ilmu kedokteran olahraga saat jantung manusia membesar, dan detak jantung istirahat lebih rendah dari biasanya.

Berdasarkan lokasi

sunting
  • Hipertrofi ventrikel
  • Pembesaran atrium
    • Kiri
    • Kanan

Berdasarkan struktur

sunting

Kardiomiopati dilatasi merupakan salah satu jenis kardiomegali yang paling umum. Pada kondisi ini, dinding ventrikel kiri dan/atau kanan jantung menipis dan meregang, menyebabkan pembesaran jantung.

Pada kardiomegali lainnya, ventrikel kiri jantung menjadi tebal secara abnormal. Hipertrofi ini biasanya menyebabkan pembesaran pada ventrikel kiri. Kardiomiopati hipertrofik ini biasanya merupakan kondisi bawaan.

Tata laksana

sunting

Obat-obatan

  • Diuretik untuk menurunkan kadar natrium dan air dalam tubuh, yang kemudian dapat membantu menurunkan tekanan pada arteri dan jantung.[23]
  • Inhibitor ACE untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kemampuan pompa jantung.[24]
  • Angiotensin receptor blocker (ARB) untuk memberikan manfaat inhibitor ACE bagi mereka yang tidak dapat menggunakan ACE inhibitor.[25]
  • Penyekat beta untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi jantung.[26]
  • Digoxin untuk membantu meningkatkan pompa jantung dan mengurangi kebutuhan rawat inap pada kasus gagal jantung.[27]
  • Antikoagulan untuk mengurangi risiko penggumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.[28]
  • Antiaritmia untuk menjaga agar jantung tetap berdetak dengan irama normal.

Alat medis untuk mengatur detak jantung

  • Alat pacu jantung
    Pengkondisian kontraksi antara ventrikel kiri dan kanan. Pada orang yang berisiko mengalami aritmia serius, terapi obat atau defibrilator kardioverter implan (ICD) dapat digunakan.
  • ICD
    Perangkat kecil yang ditanamkan di dada untuk terus memantau irama jantung secara konstan dan memberikan kejutan listrik bila diperlukan untuk mengontrol detak jantung yang abnormal dan cepat. Perangkat ini juga dapat berfungsi sebagai alat pacu jantung.

Tindakan bedah

  • Operasi katup jantung
    Jika jantung yang membesar disebabkan oleh masalah pada salah satu katup jantung, katup dapat digantikan dengan katup buatan atau katup jaringan dari babi, sapi, atau donor manusia yang telah meninggal.
  • Operasi bypass koroner
    Jika pembesaran jantung berhubungan dengan penyakit arteri koroner, dapat dilakukan tindakan bypass arteri koroner.
  • Alat bantu ventrikel kiri (LVAD)
    Pompa mekanis implan ini membantu pompa jantung yang lemah. LVAD sering ditanamkan saat pasien menunggu transplantasi jantung atau, jika pasien bukan merupakan kandidat transplantasi jantung, untuk pengobatan jangka panjang pada gagal jantung.
  • Transplantasi jantung
    Jika obat-obatan tidak dapat mengontrol gejala, transplantasi jantung sering kali menjadi pilihan terakhir.[14]

Perubahan gaya hidup

  • Stop merokok
  • Batasi asupan alkohol dan kafein
  • Menjaga berat badan yang sehat
  • Konsumsi buah dan sayur dalam menu makanan sehari-hari
  • Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan/atau tinggi gula
  • Tidur nyenyak yang cukup

Referensi

sunting
  1. ^ Hershberger, Ray E; Morales, Ana; Siegfried, Jill D (22 September 2010). "Clinical and genetic issues in dilated cardiomyopathy: A review for genetics professionals". Genetics in Medicine. 12 (11): 655–667. doi:10.1097/GIM.0b013e3181f2481f. PMC 3118426 . PMID 20864896. 
  2. ^ Luk, A; Ahn, E; Soor, G S; Butany, J (18 November 2008). "Dilated cardiomyopathy: a review". Journal of Clinical Pathology. 62 (3): 219–225. doi:10.1136/jcp.2008.060731. PMID 19017683. 
  3. ^ "What Is an Enlarged Heart (Cardiomegaly)?". WebMD. 2019-01-30. Diakses tanggal 2019-03-29. 
  4. ^ Lee, Ji Eun; Oh, Jin-Hee; Lee, Jae Young; Koh, Dae Kyun (2014). "Massive Cardiomegaly due to Dilated Cardiomyopathy Causing Bronchial Obstruction in an Infant". Journal of Cardiovascular Ultrasound. 22 (2): 84–7. doi:10.4250/jcu.2014.22.2.84. PMC 4096670 . PMID 25031799. 
  5. ^ "Enlarged heart". Heart and Stroke Foundation of Canada. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-29. Diakses tanggal 2019-03-29. Types...Hypertrophic cardiomyopathy, Left ventricular hypertrophy (LVH), Intense, prolonged athletic training 
  6. ^ Marian, Ali J.; Braunwald, Eugene (15 September 2017). "Hypertrophic Cardiomyopathy". Circulation Research. 121 (7): 749–770. doi:10.1161/CIRCRESAHA.117.311059. PMC 5654557 . PMID 28912181. 
  7. ^ Maron, Martin S (1 February 2012). "Clinical Utility of Cardiovascular Magnetic Resonance in Hypertrophic Cardiomyopathy". Journal of Cardiovascular Magnetic Resonance. 14 (1): 13. doi:10.1186/1532-429X-14-13. PMC 3293092 . PMID 22296938. 
  8. ^ Almog, C; Weissberg, D; Herczeg, E; Pajewski, M (1 February 1977). "Thymolipoma simulating cardiomegaly: a clinicopathological rarity". Thorax. 32 (1): 116–120. doi:10.1136/thx.32.1.116. PMC 470537 . PMID 138960. 
  9. ^ Hou, Jianglong; Kang, Y. James (September 2012). "Regression of pathological cardiac hypertrophy: Signaling pathways and therapeutic targets". Pharmacology & Therapeutics. 135 (3): 337–354. doi:10.1016/j.pharmthera.2012.06.006. PMC 3458709 . PMID 22750195. 
  10. ^ Luis Fuentes, Virginia; Wilkie, Lois J. (September 2017). "Asymptomatic Hypertrophic Cardiomyopathy" (PDF). Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice. 47 (5): 1041–1054. doi:10.1016/j.cvsm.2017.05.002. PMID 28662873. 
  11. ^ Maron, Barry J; Maron, Martin S (January 2013). "Hypertrophic cardiomyopathy". The Lancet. 381 (9862): 242–255. doi:10.1016/S0140-6736(12)60397-3. PMID 22874472. 
  12. ^ Tavora F; et al. (2012). "Cardiomegaly is a common arrhythmogenic substrate in adult sudden cardiac deaths and is associated with obesity". Pathology. 44 (3): 187–91. doi:10.1097/PAT.0b013e3283513f54. PMID 22406485. 
  13. ^ a b "What Is an Enlarged Heart (Cardiomegaly)?". WebMD. 
  14. ^ a b c d e f g "Enlarged heart - Symptoms and causes". mayoclinic.org. Diakses tanggal 19 March 2018. 
  15. ^ Mayo Clinic Staff (January 16, 2020). "Enlarged heart". Mayo Clinic. Diakses tanggal May 12, 2020. 
  16. ^ Bestetti, Reinaldo B. (Nov 2016). "Chagas Heart Failure in Patients from Latin America". Card Fail Rev. 2 (2): 90–94. doi:10.15420/cfr.2016:14:2. PMC 5490952 . PMID 28785459. 
  17. ^ "Chest Measurements". Oregon Health & Science University. Diakses tanggal 2017-01-13. 
  18. ^ Kumar, Neena Theresa; Liestøl, Knut; Løberg, Else Marit; Reims, Henrik Mikael; Mæhlen, Jan (2014). "Postmortem heart weight: relation to body size and effects of cardiovascular disease and cancer". Cardiovascular Pathology. 23 (1): 5–11. doi:10.1016/j.carpath.2013.09.001. ISSN 1054-8807. PMID 24121021. 
  19. ^ "cardiothoracic ratio". thefreedictionary.com. Diakses tanggal 19 March 2018. 
  20. ^ Justin, M; Zaman, S; Sanders, J.; Crook, A. M; Feder, G.; Shipley, M.; Timmis, A.; Hemingway, H. (1 April 2007). "Cardiothoracic ratio within the 'normal' range independently predicts mortality in patients undergoing coronary angiography". Heart. 93 (4): 491–494. doi:10.1136/hrt.2006.101238. PMC 1861494 . PMID 17164481. 
  21. ^ Browne, Ronan F. J.; O’Reilly, Geraldine; McInerney, David (18 February 2004). "Extraction of the Two-Dimensional Cardiothoracic Ratio from Digital PA Chest Radiographs: Correlation with Cardiac Function and the Traditional Cardiothoracic Ratio". Journal of Digital Imaging. 17 (2): 120–123. doi:10.1007/s10278-003-1900-3. PMC 3043971 . PMID 15188777. 
  22. ^ Tracy, Richard Everett (2011). "Association of Cardiomegaly with Coronary Artery Histopathology and its Relationship to Atheroma". Journal of Atherosclerosis and Thrombosis. 18 (1): 32–41. doi:10.5551/jat.5090. PMID 20953090. 
  23. ^ "Cor Pulmonale". The Lecturio Medical Concept Library. Diakses tanggal 10 July 2021. 
  24. ^ Kaplan's Essentials of Cardiac Anesthesia. Elsevier. 2018. doi:10.1016/c2012-0-06151-0. ISBN 978-0-323-49798-5. Mechanisms of Action:ACE inhibitors act by inhibiting one of several proteases responsible for cleaving the decapeptide Ang I to form the octapeptide Ang II. Because ACE is also the enzyme that degrades bradykinin, ACE inhibitors increase circulating and tissue levels of bradykinin (Fig. 8.4). 
  25. ^ "Management of Hypertension in Chronic Heart Failure". Today on Medscape. Diakses tanggal 2019-02-03. 
  26. ^ Freemantle N, Cleland J, Young P, Mason J, Harrison J (June 1999). "beta Blockade after myocardial infarction: systematic review and meta regression analysis". BMJ. 318 (7200): 1730–7. doi:10.1136/bmj.318.7200.1730. PMC 31101 . PMID 10381708. 
  27. ^ "Digoxin". The American Society of Health-System Pharmacists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 December 2016. Diakses tanggal 8 December 2016. 
  28. ^ "Anticoagulant medicines". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2018-02-06. Diakses tanggal 2020-01-23.