Karavel (Bahasa Portugis: caravela, IPA: [kɐɾɐˈvɛlɐ]) adalah kapal layar kecil yang mudah dikemudikan dari abad 15 yang banyak digunakan Portugis untuk melintasi pantai Afrika Barat dan Samudera Atlantik. Layar latin (segitiga) yang digunakan membuat kecepatan dan kapasitas berlayarnya (baik mengikuti ataupun melawan arah angin. Karavel digunakan Portugis untuk eksplorasi samudera pada periode abad 15 hingga 16 pada abad pelayaran. Pangeran Henry, Vasco dan Gama, Columbus, dan Bortolomeu Dias adalah contoh pengguna karavel.

Karavel Portugis. Ini adalah model standar karavel yang digunakan Portugis dalam pelayarannya. Karavel dengan layar latin bisa berlayar menantang angin, lebih kuat dari kapal berlayar kotak. Karavel ini bisa mengangkut 20 pelaut.[1]

Sejarah

sunting

Hingga abad 15, bangsa Eropa mengalami keterbatasan dalam pelayaran samudera, karena hanya bisa menggunakan barge atau balinger, kapal kargo kuno dari Laut Tengah dengan kapasitas 50 hingga 200 ton. Kapal ini rapuh, dengan hanya satu layar segiempat permanen yang tidak bisa mengatasi kesulitan navigasi di samudera bagian selatan, karena angin kencang dan arus kuat bisa mengalahkannya.

Karavel berasal dari kapal ikan Portugis yang dibuat sejak abad 13, mencontoh kapal qarib dari Spanyol-Islam. Layar segitiga yang berasal dari Timur Tengah juga diadopsi dari kapal Islam pada abad 15.[2]

Karavel mulai dikembangkan pada tahun 1451, berdasarkan kapal ikan atas sponsor Pangeran Henry sang Penjelajah dari Portugis dan langsung mendapat penerimaan baik dari penjelajah Portugis seperti Diogo Cão, Bartolomeu Dias atau Gaspar, Miguel Corte-Real, bahkan Christopher Columbus. Namanya adalah turunan dari kata carabus dalam Bahasa Latin dan καραβος dalam Bahasa Yunani. Kata ini kemudian diadopsi oleh Bangsa Arab dalam bahasa Arab sebagai qārib, memperlihatkan garis sejarah karavel pada masa itu.[3]

Dengan kemudahan pengendaliannya, karavel masih bisa membawa 50 sampai 160 ton dan dilengkap 1 hingga 3 layar. Layar segitiga memungkinkan kapal bergerak melawan angin.

 
Beberapa jenis karavel (1892).

Karena kecil dan doknya rendah, karavel bisa berlayar di sungai dan lautan dangkal. Layarnya juga memungkinkan manuver yang mudah dan mampu berlayar lebih jauh ke arah darat. Sementara bila ditambahkan layar segi empat ala Atlantis, kapal ini bisa menjadi sangat cepat. Sisi ekonomis, kecepatan, kelincahan, dan kekuatannya, membuatnya menjadi kapal terbaik di masanya. Kapasitasnya yang agak terbatas memang menjadi sisi lemah, tetapi tidak menghalangi cerita sukses karavel.

Eksplorasi dunia mencari sumber rempah menjadi mungkin dengan karavel. Namun kemudian karavel digantikan kapal Kerakah naum yang dianggap lebih menguntungkan dalam perdagangan.

Desain

sunting

Beratnya yang ringan dan kecepatannya yang tinggi membuat karavel dengan mudah menarik hati pelaut. Karavel awal biasanya memiliki dua hingga tiga tiang layar dengan layar latin segitiga. Sementara desain selanjutnya mengakomodasi empat tiang. Karavel awal disebut caravel tilhada memiliki panjang sekitar 12 - 18 meter dan kapasitas 50-60 ton.[4] dan bentuknya elipsoid (tidak bundar seperti nau). Desain ini memungkinkan karavel bergerak cepat dan mudah dikendalikan namun kapasitasnya menjadi terbatas.

Pada akhir abad 15, modifikasi dilakukan dengan meniru layar nau, yaitu layar depan, layar segiempat dan layar latin. Bentuk ini disebut caravela redonda. Kapal inilah yang digunakan Columbus untuk berlayar ke Amerika. Santa Maria yang digunakan Columbus berkapasitas sekitar 100 ton. Pinta dan Nina lebih kecil dengan kapasitas 15-20 ton.

 
Karavela bundar atau caravela de armada (1500–1505)

Portugis mulai menggunakan karavela untuk pertempuran akhir abad 15 menuju 16, menggunakan caravela redonda atau karavel dengan layar segi empat, atau disebut juga caravela de armada, sebagai pengawalan ke Brasil dan Hindia. Kapal ini menggunakan satu layar segi empat dan tiga latin. Lambungnya mirip galiung.

 
Lisbon dan Tagus (1572). Galiung di tengah,kerakah, galia, karavel bundar, dan karavel latin, di antara kapal lainnya

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Tulisan di Museum Musée de la Marine.
  2. ^ Hobson, John M. (2004). The Eastern Origins of Western Civilisation (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 141. ISBN 9780521547246. 
  3. ^ Sleeswyk, André W. (1998). "Carvel-planking and Carvel Ships in the North οf Europe". Archaeonautica. 14: 223–228 (224f.). 
  4. ^ Russell, Peter E. (2000). Prince Henry 'the Navigator': A Life. Yale University Press. hlm. 229. ISBN 0-300-09130-3. 

Pranala luar

sunting