Kapar (sampah kayu)
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Kapar[1] atau aisibia[2] adalah kayu-kayu buangan yang hanyut di sungai atau laut,[3] atau terdampar di kawasan pesisir. Kapar adalah salah satu jenis dari sampah laut yang dapat terbawa oleh dorongan angin, arus atau ombak. Pada musim penghujan, kapar yang terkumpul di pesisir biasanya lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya dalam setahun.[4]
Di beberapa daerah tepian laut, kapar merupakan gangguan utama. Namun, kapar dapat menjadi tempat berlindung dan makanan untuk burung, ikan, dan spesies air lainnya saat mengapung di laut. Limnoria, cacing kapal dan bakteri dapat mengurai kayu dan secara bertahap mengubahnya menjadi pasokan gizi yang masuk kembali ke rantai makanan. Ada kadalanya, kapar yang belum terurai sepenuhnya terdampar di pantai dan menjadi tempat berlindung bagi hewan dan tanaman. Kapar juga bisa menjadi fondasi terbentuknya gumuk pasir.
Kerajinan
suntingSampah kayu yang terdampar di pantai dapat menjadi bahan utama untuk menciptakan kerajinan berbahan dasar kayu, seperti perabotan rumah tangga. Kerajinan ini dianggap sebagai kerajinan ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah kayu yang berhamburan di daerah pesisir.[5]
Catatan kaki
sunting- ^ "Kapar". KBBI V. Diakses tanggal 2024-03-02.
- ^ "Aisibia". Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses tanggal 2024-03-02L.
- ^ Waskito, A. A. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. WahyuMedia. ISBN 978-979-795-217-4.
- ^ Assifa, Farid (ed.). "Setiap Musim Hujan, Sampah Kayu dan Bambu Penuhi Pantai Wisata Congot". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-04-04.
- ^ Syarifudin, Ahmad. "Pemuda Asal Bantul Olah Limbah Kayu Laut Jadi Rupiah". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2020-04-04.