Kapal tempur pra-dreadnought

epep selalu di hati

Kapal tempur pra-Dreadnought adalah kapal tempur generasi sebelum HMS Dreadnought diluncurkan oleh Inggris sekitar tahun 1906. Dijadikannya HMS Dreadnought sebagai patokan pada masa itu karena kapal tersebut mencerminkan perubahan pada rancang bangun, konfigurasi senjata dan lain lain yang berbeda pada masa kapal sebelumnya. Pada masa itu, sebagaimana masa sekarang diperlukan eksperimen untuk memperoleh kapal perang terbaik.

Mikasa, Kapal tempur pra-Dreadnought Jepang pada tahun 1905
USS Connecticut adalah salah satu kapal tempur pra-Dreadnought yang tidak lama setelah ditugaskan langsung usang karena kedatangan HMS Dreadnought

Perkembangan Kapal Perang

sunting

Hadirnya kapal perang sebelum HMS Dreadnought atau yang dikenal sebagai generasi pra Dreadnought tidak terlepas dari perkembangan kapal itu sendiri. Ketika memasuki masa Revolusi Industri yang diawali dengan penemuan Mesin Uap oleh James Watt, yang juga disusul dengan penemuan metode baru dalam pengolahan besi-baja oleh Henry Bassemer dan Siemens. Pada masa itu perkembangan teknologi kapal layar maupun kapal perang layar khususnya pada abad ke-19 sudah mencapai titik jenuh, salah satunya adalah hadirnya kapal layar jenis clipper yang memiliki kecepatan diatas kecepatan kapal layar dimasa itu. Selain itu, kapal-kapal membutuhkan lapisan yang lebih kuat untuk mengimbangi kekuatan tembakan meriam, sekaligus mengimbangi perkembangan teknologi meriam dan peluru meriam khususnya ketika ditemukan metode waktu tunda (time-delay mechanism) oleh Henry-Joseph Paixhans, dimana peluru ini ditembakkan secara horizontal dengan kecepatan lebih tinggi dan menembus dinding kapal kemudian meledak dan mengakibatkan kebakaran besar di dalam kapal. Teknik yang diperkenalkan tahun 1840 ini kemudian diperagakan secara gemilang ketika Angkatan Laut Rusia mengalahkan Angkatan Laut Kekaisaran Utsmaniyah pada Pertempuran Sinop pada tahun 1853. Peluru meriam Paixhans ini kemudian dikembangkan oleh John A Dahlgreen dari Amerika Serikat pada 1854 dan digunakan pada Perang Saudara Amerika tahun 1861-1865. Hingga pertempuran laut Tsushima, penembakan meriam belumlah dilakukan secara salvo otomatis yang dikendalikan dalam satu kontrol kendali, melainkan dengan membidik dan menembak secara tersendiri yang dilakukan pada awak meriam, yang merupakan peninggalan dari penembakan meriam pada masa kapal menggunakan konstruksi kayu. Hal ini memerlukan keahlian tersendiri bagi para awak meriam untuk membidik dan menembak di dalam kapal yang berbeda dibandingkan di darat.

Penggunaan peluru jenis baru ini menggiring para perancang kapal untuk mengganti lambung kayu dengan lambung yang terbuat dari besi. Mulai tahun 1859 muncullah kapal perang berjenis Ironclad, yang menggunakan lambung dari besi dan menjadi awal dibuatnya kapal perang jenis armored frigate atau fregat bersenjata. Kapal ini menggunakan single gun deck atau dek tunggal dan digunakan secara khusus sebagai battleship.

Perkembangan Kapal Perang Besi

sunting

Kapal yang dikatakan masuk dalam katagori ironclad warship adalah La Glorie buatan Prancis, meski demikian La Glorie tersebut belum sepenuhnya menggunakan lambung dari besi. Lambung kapal ini masih berkonstruksi kayu namun dilapisi metal untuk menahan tembakan musuh. Jenis Ironclad pertama sejati adalah HMS Warrior yang diluncurkan di Inggris pada 1860. Kapal ini merupakan kebanggaan dari Ratu Victoria.

Perkembangan berikutnya pada 1876 untuk pertama kalinya, Prancis meluncurkan Redoutable, yang kemudian diimbangi dengan Inggris. Seperti tidak mau kalah dengan Inggris, Prancis kemudian meluncurkan battleship tipe baru yang berkonstruksi baja yang digunakan untuk melindungi bagian lambung sekaligus menjadikan kapal ini paling superion dalam hal pertahanan. Redoutable masuk galangan kapal pada 1873 dan pengerjaan konstruksi baja dilakukan oleh Siemens dan selesai pada 1876. Inggris sendiri awalnya menggunakan konstruksi baja yang dilakukan Siemens, tetapi kemudian diganti dengan baja yang ditemukan oleh Henry Bassemer. Pengerjaan kapal fregat baja Inggris ini dimulai pada 1875 pada kapal HMS Irish dan HMS Mercury pada 1876. Pada perkembangan selanjutnya, persaingan kapal perang berkonstruksi baja tersebut diwarnai persaingan antara Inggris dengan Jerman. Sementara Amerika Serikat menginduk pada Inggris dan riset mandiri dalam rancangan kapal perangnya, Kekaisaran Rusia banyak mengadopsi rancangan Prancis yang dipadukan dengan meriam buatan Jerman. Sementara itu di kawasan Asia Pasifik muncul Kekaisaran Jepang yang memodernisasikan angkatan lautnya dengan kapal-kapal yang mayoritas menginduk pada konsep Angkatan Laut Inggris.

Di Amerika Serikat, perkembangan kapal perang besi ini juga menentukan dalam Perang Saudara Amerika, dimana pada 1862 terjadi pertempuran antara Monitor dari Union (Utara) dengan Merrimack dari Konfederasi (Selatan). Kedua-duanya terkena peluru lawan namun tidak sampai tenggelam. Sejak saat itulah perkembangan kapal perang dan persenjataan berkembang pesat dan muncul berbagai riset di dalamnya. Perkembangan Teknologi dalam bidang Radio, Listrik, dan Telegraf serta Mesin turut mewarnai perkembangan kapal-kapal perang sesudahnya. Namun demikian, hingga Pertempuran Laut Tsushima antara Rusia dengan Jepang pada 1905, perkembangan teknologi tersebut belum diujicoba dalam pertempuran yang sebenarnya.

Sebagai catatan, pada masa Perang Dunia II khususnya di mandala pasifik, Amerika Serikat banyak menggunakan kapal induk yang menggunakan konstruksi landasan dengan kayu jati. Hal ini memang memberikan keunggulan tersendiri khususnya untuk menekan bobot kapal, meningkatkan kecepatan dan kelincahan sekaligus juga tidak terlalu panas saat berlayar di lautan. Berbeda dengan Inggris yang menggunakan konstruksi baja pada landasannya. Kelemahannya adalah kapal ini mudah hancur dan terbakar ketika terjadi serangan, khususnya pada saat Jepang melakukan aksi Kamikaze dengan menabrakkan pesawat terbangnya ke kapal Amerika Serikat khususnya kapal induk yang mengakibatkan kerusakan hebat dan banyaknya korban jiwa di kalangan tentara dan pelaut-pelaut Amerika Serikat. Sementara armada Inggris yang juga mengalami serangan yang sama, tidak mengalami kerusakan yang berarti sehingga mudah diperbaiki selama kapal beroperasi. Sehingga perwira penghubung Angkatan Laut Amerika Serikat di dalam armada Inggris berkomentar bahwa ketika kapal Amerika Serikat terkena serangan kamikaze, cukup mengacaukan segalanya, maka dalam armada Inggris, komandannya cukup dengan memerintahkan "tukang sapu, gunakan sapumu" untuk memperbaikinya.

Perkembangan Mesin Uap

sunting

Perkembangan konstruksi kapal yang akhirnya menggunakan besi tidak terlepas dari perkembangan penggunaan mesin uap pada kapal. Tercatat Le Napoleon yang merupakan kapal perang atau battleship yang menggunakan mesin uap. Kapal ini diluncurkan pada 1850 dan dianggap sebagai kapal perang yang menggunakan mesin uap sejati. Inggris yang tidak mau kalah dengan Prancis meluncurkan kapal Agamemnon yang dibangun mulai 1840 dan digunakan pada 1853.

Pada awalnya, penggunaan mesin uap dilakukan untuk kapal-kapal kecil seperti kapal yang beroperasi di sungai-sungai. Sementara untuk kapal besar masih dikombinasikan dengan layar seperti yang dilakukan pada kapal perang Inggris, HMS Ajax pada 1846. Ketidakpercayaan pada mesin uap tersebut masih muncul pada kapal-kapal perang hingga pertempuran laut Tsushima dan diluncurkannya HMS Dreadnought dimana kapal-kapal perang menggunakan tiang-tiang layar yang digunakan bila bahan bakar batubara habis.

Ciri-ciri Kapal Perang era pre-Dreadnought

sunting

Kapal perang Pre Dreadnought umumnya memiliki ciri-ciri utama yakni persenjataan utama terdiri dari dua menara (kubah) meriam di haluan dan buritan yang berisi dua buah meriam berukuran kaliber 8-12 inchi, persenjataan tingkat kedua terdiri atas sejumlah meriam dengan ukuran lebih kecil dari persenjataan utama yang dipasangkan pada menara (kubah) yang lebih kecil pada lambung kapal dengan kaliber bervariasi antara 3-9 inchi. Persenjataan tingkat ketiga, juga dalam jumlah yang lebih banyak dari meriam meriam yang lebih banyak dan kaliber yang lebih kecil. Umumnya dipasang tanpa kubah meriam.

Pada masa itu, kegunaan meriam meriam yang lebih kecil adalah untuk menagkal ancaman torpedo boat destroyer atau yang umumnya dikenal sebagai kapal perusak, dengan asumsi pula dapat menghancurkan torpedo lawan. Sementara meriam meriam besar digunakan untuk bombardemen. Pada masa itu, apakah sepucuk meriam dapat mengenai sasaran dengan tepak atau tidak bergantung sepenuhnya pada keahlian awak meriam.

Ciri lain pada kapal ini adalah masih digunakannya tiang-tiang layar meski menggunakan mesin uap. Tiang tiang layar ini digunakan bila sewaktu waktu batu bara atau bahkan kayu bakar habis

Setelah Pertempuran Tsushima antara Angkatan Laut Jepang dengan Rusia yang dimenangkan oleh Jepang pada tahun 1905, disadari bahwa meriam meriam tingkat kedua dan ketiga sering dianggap sebagai beban daripada menunjang tugas-tugas kapal pembawanya karena ternyata penambahan meriam ukuran kecil merupakan suatu penyimpangan dari tradisi peranan kapal perang untuk membawa sebanyak mungkin meriam ukuran besar dengan daya tembak besar pula.

Daftar kapal masa pre Dreadnought

sunting

Kapal-kapal yang terkenal pada masa pre Dreadnought antara lain:

Sumber

sunting
  • The Great Sea Warfare, pertempuran laut paling menentukan di dunia, Edisi Koleksi Angkasa XXIV