Kapal pengisian bahan bakar Jepang Hayasui
Hayasui (速吸 , "Penyerapan Cepat") adalah sebuah kapal pengisian bahan bakar milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan bertugas selama Perang Dunia II. Hayasui merupakan kombinasi antara kapal pengangkut pesawat dan kapal pengisian bahan bakar.
Hayasui pada 19 Agustus 1944
| |
Sejarah | |
---|---|
Kekaisaran Jepang | |
Nama | Hayasui |
Asal nama | Hayasui-no Seto |
Operator | Angkatan Laut Kekaisaran Jepang |
Pembangun | Harima Dock Company |
Pasang lunas | 1 Februari 1943 |
Diluncurkan | 25 Desember 1943 |
Selesai | 24 April 1944 |
Dipensiunkan | 10 Oktober 1944 |
Nasib | Tenggelam pada 19 Agustus 1944 |
Ciri-ciri umum | |
Jenis | Kapal pengisian bahan bakar |
Berat benaman | 18.300 ton panjang (18.594 t) (standar) |
Panjang | 161 m (528 ft 3 in) (keseluruhan) |
Lebar | 20,10 m (65 ft 11 in) |
Daya muat | 8,83 m (29 ft 0 in) |
Tenaga | 9.500 shp (7.100 kW) |
Pendorong |
|
Kecepatan | 16,5 knot (19,0 mph; 30,6 km/h) |
Jangkauan | 9.000 nmi (17.000 km) pada 16 kn (18 mph; 30 km/h) |
Kapasitas |
|
Awak kapal | 301 orang |
Senjata |
|
Pesawat yang diangkut | 6 + 1 (Aichi E13A atau Aichi B7A) |
Fasilitas penerbangan | Katapel dan geladak penerbangan |
Latar belakang
suntingPada masa ia dibangun, Kekaisaran Jepang yang belajar dari pengalaman perang sebelumnya bahwa kekalahan di Pertempuran Midway adalah karena kurangnya kapal pengintai, membuat Hayasui memperoleh tambahan dan modifikasi supaya bisa membawa kapal pengintai (nantinya juga akan bisa membawa pesawat pembom torpedo). Salah satunya dengan mengubah dek Hayasui menjadi ketapel peluncur pesawat.
Dan belajar dari kejadian di Pertempuran Kepulauan Santa Cruz, fungsi sebagai kapal suplai makanan pun juga dilimpahkan kepada Hayasui. Tapi tugas utamanya tetaplah sebagai kapal pengisian bahan bakar.
Konstruksi
suntingSelesai dibangun pada 24 April 1944, Hayasui merupakan anak ketiga (atau seharusnya demikian) dari 11 bersaudari kelas Kazahaya. Namun, hanya Kazahaya dan Hayasui yang diselesaikan. Tetapi ia berbeda dengan kakaknya, Kazahaya, yang hanya bertugas mengangkut bahan bakar saja; Hayasui dapat pula mengangkut makanan dan pesawat terbang (dan bahan bakar tentunya).
Persenjataan
suntingUntuk persenjataan, ia dibekali 4 buah meriam dwi-guna 5"/40 tipe 89 . Meriam ini memiliki elevasi maksimum sebesar 90 derajat, dan elevasi terendahnya adalah -8 derajat. Saat menembak, meriam ini melempar peluru seberat 21-23.5 kg dengan kecepatan 725 meter/detik. Dengan jarak maksimum 9.44 kilometer dalam 90 derajat. Ia juga memiliki 8 buah meriam anti-pesawat kaliber 0.98". Meriam ini memiliki elevasi maksimumnya adalah 85 derajat, dan elevasi terendahnya adalah -10 derajat. Saat menembak, meriam ini melempar peluru dengan ukuran 25×163 mm dengan kecepatan 820 meter/detik, jarak efektif meriam ini adalah 6.8 km dengan elevasi 45 derajat dengan peluru daya ledak tinggi
Masa tugas
sunting- Mei 1944: Berlayar menuju Tawi-Tawi untuk Operasi A.
- 19 sampai 20 Juni 1944: Ikut dalam Pertempuran Laut Filipina dan terluka.
- 10 Agustus 1944: Selesai diperbaiki dan diikutkan dalam konvoi Hi-71 dan berangkat dari Moji menuju Singapura.
Nasib
suntingUmur Hayasui pun terbilang pendek. Hanya dua operasi militer murni yang ia ikuti selama hidupnya, yaitu Operasi A di Tawi-Tawi (Mei 1944) dan Pertempuran Laut Filipina (19-20 Juni 1944). Pada 19 Agustus 1944 pukul 03:20, Hayasui terkena dua torpedo dari kapal selam USS Bluefish di sebelah barat kota Vigan dan tewas di sana. Tubuhnya baru meledak dan tenggelam seluruhnya pada pukul 05:00 tepatnya di 17°34′N 119°24′E / 17.567°N 119.400°E. Dia pun dicoret dari daftar angkatan laut pada 10 Oktober 1944.
Referensi
sunting- "Rekishi Gunzō"., History of Pacific War Vol.62 "Ships of The Imperial Japanese Forces, Gakken (Jepang), Januari 2008, ISBN 978-4-05-605008-0
- Ships of the World special issue Vol.47, Auxiliary Vessels of the Imperial Japanese Navy, "Kaijinsha"., (Jepang), Maret 1997