Kancana, Cikijing, Majalengka

desa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat


Kancana adalah desa di kecamatan Cikijing, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia.

Kancana
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenMajalengka
KecamatanCikijing
Kode Kemendagri32.10.03.2013 Edit nilai pada Wikidata
Luas409,5 Ha
Jumlah penduduk-2683
Kepadatan-
Peta
PetaKoordinat: 6°58′38″S 108°22′18″E / 6.97722°S 108.37167°E / -6.97722; 108.37167

PROFIL DESA

1.Kondisi Desa

A.Sejarah Desa

Legenda Desa (Sasakala) Desa Kancana adalah sebuah Desa yang berada di antara pegunungan danperbukitan di kaki gunung Ciremai. Awalnya ada salah seorang penduduk yangbernama Syekh Wali Kutub Arifin (Syekh Wali adalah orang yang sangat alim dalamagama Islam, Kutub adalah menyebarkan Agama Islam ke berbagai negara) yangberasal dari mesir kemudian bertempat tinggal di suatu tempat yang bernama BatuRonggeng. Tempat tersebut diberi nama Batu Ronggeng karena di lokasi tersebutada suatu tempat yang biasa dipakai untuk bertapa para pesinden(juru kawih),yangingin mahir dan terkenal dalam bidang seninya. Malahan dari daerah lain banyakjuga yang berdatangan untuk bertapa di tempat itu. Sekarang tempat tersebut tinggalnama,sebab sudah tidak ada lagi yang menghuninya hanya makam Syekh WaliKutub Arifin dan telah berubah menjadi hutan,yang sekarang diberi nama tabet. Semasa hidupnya Syekh Wali Kutub Arifin mempunyai sahabat yangbernama;

1.Embah Tumenggung Jaya Takaria, yang berasal dari Mataram sebagai petunjukjalan di daerah tersebut.

2. Embah Amir Sarifin Hidayatulloh yang terkenal dengan julukan Embah BuyutRebo.

3. Embah Buyut Impun. Selain dari Syekh Wali Kutub Arifin, juga masih dibutuhkan ulama lainuntuk menyebarkan agama Islam di daerah itu, akhirnya muncul seorang ulama lainyang tidak diketahui asl-usulnya, beliau bernama Embah Kiai Mudholim yang sama-sama menyebarkan agama Islam di daerah tersebut dan sekitarnya.

Syekh Wali Kutub Arifin, mempunyai kesaktian yang bernama Ajian KidangKencana, kesaktian tersebut kalau bertemu dengan musuh bisa menghilang danberlari dengan cepat, sehingga tidak bisa terkejar oleh siapa pun juga. Semakin lamapenduduk semakin bertambah, sampai 40 (empat puluh) keluarga. Kemudian SyekhWali Kutub Arifin berkeinginan untuk membagi wilayah menjadi dua wilayahsehingga beliau bemusyawarah dan akhirnya terbagilah menjadi dua wilayah. Tempat Pertama; sebelah timur yang dihuni oleh 20 keluarga yang dipimpinoleh Embah Tumenggung Jaya Takaria yang mempunyai dua kesaktian,yaitu Dugal.

Asma Wijaya dan Asma Wijaya, Katanya kesaktian Embah Jaya Takaria itu terlihatketika disatu tempat ada seekor kuda yang mati, bau bangkainya sangat menyengatsehingga tidak ada seorang pun yang sanggup untuk mengurusinya, tetapi beliaumenyanggupi untuk mengurus bangkai kuda tersebut, namun ada permintaan yaituseluruh lokasi yang tercium bau bangkai kuda tersebut menjadi miliknya. Setelahdisetujui oleh semuanya, kemudian diberi batas yang luasnya kira-kira 1000 bauyang sekarang menjadi pesawahan tegal. Bangkai kuda tersebut dihampiri olehEmbah Tumenggung Jaya Takaria, tiba-tiba kuda tersebut hidup kembali terusditunggangi dari tempat tersebut sampai ke suatu tempat (bekas diikatnya) sunda:dicangcang) kuda tersebut, yang sekarang diberi nama Kampung Cilangcang yaitusebelah timur Batu Ronggeng. Setelah diikat kuda tersebut lepas dan kabur ke suatutempat yang gelap dan semak belukar yang berada disebelah timur Cilangcang,kudatersebut menghilang yang ada hanya jejaknya saja, kemudian diberi tanda pakai batusampai sekarang tempat tersebut bernama Kuda Batur. Diberi nama Kuda Batursebab tidak ada yang tahu siapa pemilik kuda tersebut. (Batur:seseorang yang tidakdiketahui) Tempat kedua; menempati sebelah selatan dari Batu Ronggeng yangdipimpin oleh Embah Amir Sarifin Hidayatulloh. Beliau mempunyai kesaktian dankegagahan, dengan kesaktian dan kegagahannya beliau pergunakan untuk membuatsaluran air. Walaupun air berada di tempat yang rendah dia berkeinginan untukmengalirkan air tersebut. Pada suatu hari, yaitu hari dengan semangat yangmenggebu-gebu siang dan malam (sunda: nepi ka dag-dagan beurang jeungpeuting) tidak ada hentinya (dalam pribahasa sunda: dug hulu koleang nyawa)dengan satu keinginan air mengalir sampai ke tempat yang dituju, saluran air tersebutdiberi nama Bag-bagan, sekarang air tersebut sangat bermanfaat sekali untukkehidupan masyarakat di sekitarnya, yang mengerjakan saluran air tersebut yaituEmbah Amir Sarifin Hidayatulloh diabadikan dengan julukan Embah Buyut Reboatau Embah Buyut Luhur. Diberi nama tersebut karena memulai pekerjaannya padahari Rabu (Sunda: Rebo), dan tenaganya seperti Kerbau (Sunda:Kebo) dan jugamempunyai kerbau yang banyak. Sedangkan sebutan Embah Buyut Luhur karenapindahnya beliau dari tempat yang atas (Sunda: luhur) ke tempat yang bawah yangsekarang bernama Desa Kancana. Setelah ada air tempat tersebut menjadi ramai danada seorang ulama yaitu Embah Kiai Mudholim yang menyebarkan agama Islamsambil mendirikan sebuah pesantren sampai mempunyai santri yang cukup banyak, bahkan banyak santri dari daerah lain yang sengaja belajar di pesantren tersebut. Namun, santri suka bingung kalau ada yang menanyakan nama tempat tersebut, kemudian bermusyawarah untuk memberi nama tempat tersebut, akhirnya untuk mengenang orang yang sangat berjasa dan pertama kali menduduki wilayah tersebut disepakati nama Kancana, diambil dari nama sebagian ajian Kidang Kancana yang dimiliki oleh Syekh Wali Kutub Arifin.