Kamera gamma, juga disebut scintillation camera atau Anger camera, adalah alat pencitraan yang menangkap radiasi radioisotop gamma, sebuah teknik yang dinamai scintigraphy. Aplikasi dari scintigraphy meliputi pengembangan obat-obatan baru dan pencitraan nuklir medis untuk melihat dan menganalisis gamabaran tubuh manusia atau distribusi obat yang diinjeksikan, dihirup, atau ingested radionuclides emitting gamma rays.

Teknik pencitraan menggunakan kamera gamma

sunting

Scintigraphy ("scint") adalah penggunaan kamera gamma untuk menangkap pancaran radiasi radioisotop untuk pencitraan gamabar 2 dimensi.

Pencitraan SPECT (single photon emission computed tomography), seperti yang digunakan pada nuclear cardiac stress testing, dilakukan menggunakan kamera gamma. Biasanya memiliki satu, dua atau tiga kepala detektor, berputar perlahan mengelilingi bagian torso pasien. Semakin banyak kepala detektor, maka proses pemindaian akan semakin cepat.

Kamera gamma dengan kepala detektor lebih dari satu dapat juga digunakan sebagai pencitraan Positron emission tomography (PET), perangkat keras dan perangkat lunaknya dapat dikonfigurasikan yntuk mendeteksi dua kejadian yang hampir bersamaan dengan dua buah kepala detektor. Kamera gamma PET bagaimanapun lebih inferior dibandingkan pencitraan PET yang sesungguhnya, karena kristal scintillator sensitifitasnya rendah untuk menangkap high-energy annihilation photons, dan area pendeteksinya jauh lebih kecil. Bagaimanapun, kamera gamma murah dan fleksibel dibandingkan alat pencitraan PET yang sesungguhnya dan implikasi radiasi dari PET tidak dapat dihitung.[[en: Gamma camera]]

Di Indonesia

sunting
 
Kamera gamma

Walaupun kamera gamma jauh lebih murah daripada alat-alat pencitraan yang lain, tetapi penggunaannya masih terbatas, karena pasien harus minum, dinjeksi atau menhirup radioisotop terlebih dahulu dan hal ini harus di bawah pengawasan dokter spesialis Kedokteran Nuklir (SpKN) yang jumlahnya masih sangat sedikit di Indonesia.

Alat ini bentuknya kecil dan fleksibel, sehingga dapat melakukan pencitraan bahkan pada pasien yang terbaring di lantai. Radioisotop yang digunakan memiliki waktu paruh yang pendek dan radiasi gamma jauh lebih aman daripada jenis radiasi lainnya, sehingga relatif sangat aman bagi pasien dan orang disekitarnya. Organ-organ yang dapat dipindai dengan keakuratan 90 persen adalah otak, mata, paru, jantung, payudara, ginjal, tulang dan sumsum tulang.[1]

Sejak tahun 60-an, saat reaktor atom pertama Indonesia beroperasi di Bandung, maka teknik kedokteran nuklir telah dikembangkan di RS Pajajaran, Bandung. Saat ini Indonesia memiliki 15 rumah sakit (3 di luar Jawa) yang menggunakan kamera gamma dan 2 rumahsakit lainnya yang hanya memiliki renograf untuk pencitraan ginjal.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Ninok Hariyani. "34 Tahun RS Pusat Pertamina Berkiprah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-15. Diakses tanggal 6 April 2015. 
  2. ^ "NUKLIR DALAM DUNIA KEDOKTERAN". Diakses tanggal 6 April 2015.