Kalalayu
Kalalayu merupakan tanaman yang banyak dijumpai di pedalaman Kalimantan. Kalalayu tumbuh liar di antara tumbuhan hutan pada hutan-hutan campuran atau kebun-kebun yang berada di dekat permukiman penduduk. Pohon kalalayu dapat tumbuh tinggi hingga 4–6 meter dan biasanya pohon kalalayu tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter dari permukaan laut.
Kalalayu
| |
---|---|
Lepisanthes rubiginosa | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 147652185 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Sapindales |
Famili | Sapindaceae |
Genus | Lepisanthes |
Spesies | Lepisanthes rubiginosa Leenh., 1969 |
Tata nama | |
Basionim | Sapindus rubiginosus (en) |
Sinonim takson | Daftar
|
Deskripsi
suntingPohon
suntingPohon kalalayu memiliki bentuk diameter batang yang tidak terlalu besar, ukuran diameternya hanya sebesar pergelangan tangan hingga sebesar paha orang dewasa ketika tanaman kalalayu sudah sangat tua. Kulit batangnya berwarna cokelat tua dengan permukaan agak halus dan tidak mengilat. Kualitas kayunya sangat rendah karena kekuatan dan keawetannya tidak begitu baik. Dahan dan ranting tanaman ini jarang sehingga daunnya pun tidak begitu lebat.
Daun
suntingDaunnya berbentuk bulat lonjong atau lonjong memanjang dengan tulang daun menyirip. Permukaan daunnya tidak mengilap berwarna hijau. Tepi daunnya rata dengan bagian ujung lancip. Panjang daunnya berkisar 5–18 sentimeter dengan lebar 3–6 sentimeter.
Bunga dan Buah
suntingWarna bunganya putih bercampur hijau muda. Tanaman ini termasuk tumbuhan berumah satu yanga memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya tanaman kalalayu berbunga pada bulan April–Juli. Sedang buahnya, mulai masak sekitar bulan Juni hingga September. Bentuk buahnya bulat telur atau bulat lonjong agak memanjang. Ketika buah masih mentah, kulitnya berwarna hijau dengan permukaan agak mengilat. Jika buah setengah matang atau mulai masak, kulitnya menjadi berwarna jingga atau merah hati dengan permukaan tetap sama. Jika sudah masak, warna buah akan berubah menjadi merah kehitaman atau hitam agak kemerahan. Panjang buahnya berkisar 0,6–2 sentimeter dengan lebar 0,3–1 sentimeter. Daging buahnya tipis dan rasanya manis bercampur agak sepat. Bijinya kecil dengan permukaan kulit biji berwarna cokelat.
Biasanya buah ini dimanfaatkan sebagai kudapan terutama pada anak-anak desa di pedalaman Kalimantan karena sulit mendapatkan buah-buahan saat di luar musimnya. Buah ini merupakan salah satu buah panyala, yakni tumbuhan yang berbuah ketika tanaman lain belum berbuah di sela-sela musim buah. Selain dimanfaatkan menjadi kudapan, anak-anak pedalaman Kalimantan juga menjadikannya sebagai mainan. Tidak begitu banyak yang memakan buah ini karena apabila terlalu banyak dikonsumsi akan menyebabkan lidah menjadi berwarna biru.
Manfaat
suntingSelain diambil buahnya, pohon kalalayu juga dapat dimanfaatkan salah satunya menjadi kayu bakar. Masyarakat desa di pedalaman Kalimantan biasanya menggunakan pohon kalalayu menjadi kayu bakar ketika kekurangan kayu. Pohon kalalayu juga dapat dijadikan sebagai pohon penghijauan. Selain itu dapat dimanfaatkan sebagai pencegah polusi udara karena dapat mengolah CO2 menjadi O2.[3]
Referensi
sunting- ^ Wilkinson, Richard James (1932). "mĕrtajam". A Malay-English dictionary (romanised). II. Mytilene, Greece: Salavopoulos & Kinderlis. hlm. 137 – via TROVE, National Library of Australia.
- ^ "Lepisanthes rubiginosa (Roxb.) Leenh". Plants of the World Online. Royal Botanical Gardens, Kew. 2023. Diakses tanggal 8 May 2023.
- ^ Rohliansyah, Pahmi (2007). Mengenal Buah-Buahan Kalimantan. Yogyakarta: Adicita karya nusa. hlm. 25–30. ISBN 979 9246 71 7.