KRI Ki Hajar Dewantara (364)
Karier (ID) | |
---|---|
Dipesan | 14 Maret 1978 |
Produksi | Uljanic SY, Split, Yugoslavia[1] |
Mulai dibuat | 1979 |
Diluncurkan | 11 Oktober 1980 |
Harga Unit | - |
Ditugaskan | 31 Oktober 1981 |
Status | Masih bertugas |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | 1.850 ton |
Panjang | 96,7 meter (317,26 ft) |
Lebar | 11,2 meter (36,75 ft) |
Draft | 3,55 meter (11,65 ft) |
Tenaga penggerak | 2 pendidih, 2 poros |
Kecepatan | maks. 27 knot (50,00 km/h; 31,07 mph) |
Jarak tempuh | 6.400 kilometer (3.455,72 nmi) pada 20 knot (37 km/h; 23 mph)[2] |
Awak kapal | 91 pelaut, 14 instruktur, dan 100 taruna[2] |
Sonar & Radar | Sonar PHS-32 hull mounted MF |
Persenjataan | Meriam: • 1 meriam Bofors 57/70 kaliber 57mm • 2 kanon penangkis serangan udara Rheinmetall MK 20 Rh 202 kaliber 20 mm Rudal: • 2x2 rudal permukaan-ke-permukaan MM-38 Exocet • Rudal permukaan-ke-udara Mistral Torpedo: • 4 tabung peluncur torpedo AEG SUT diameter 533mm Lain-lain: • Bom laut/mortir antikapal selam |
KRI Ki Hajar Dewantara (364) merupakan kapal perusak kawal berpeluru kendali. Kapal ini juga merupakan kapal pelatihan bagi anggota TNI AL.
KRI Ki Hajar Dewantara merupakan bagian dari armada pemukul (striking force). Memiliki kemampuan jelajah dan persenjataan yang mumpuni bagi pengawalan dan perlindungan kawasan perairan Republik Indonesia.
KRI Ki Hajar Dewantara mengambil nama dari seorang pahlawan nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.
Kapal ini dibuat di Split, Yugoslavia ( Uljanic Shipyard Yugoslavia sekarang menjadi Brodosplit Kroasia) yang dipesan indonesia pada tahun 1978, dan selesai pada 11 Oktober 1980.
Data teknis
suntingDimensi
suntingKRI Ki Hajar Dewantara memiliki berat 1,850 ton, dengan dimensi 96,70 meter x 11,2 meter x 3,55 meter. Ditenagai oleh 2 mesin diesel jelajah, 2 shaft menghasilkan 7000 bhp dan 1 boost turbine dengan daya 22,300 shp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 27 knot. Diawaki oleh 91 pelaut, 14 instruktur, dan 100 taruna.
Persenjataan
suntingSebagai bagian dari armada pemukul, KRI Ki Hajar Dewantara dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan untuk menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah:
- 4 rudal permukaan-ke-permukaan MM-38 Exocet buatan Prancis dengan jangkauan maksimal sekitar 42 Km dengan kecepatan 0,9 mach dan hulu ledak seberat 165 Kg dalam konfigurasi 2x2.
- 1 Meriam Bofors 57/70 berkaliber 57mm dengan kecepatan tembakan 200 rpm, jangkauan 17 Km untuk target permukaan dan udara dengan pemandu tembakan Signal WM28.
- 2 kanon Penangkis Serangan Udara Rheinmetall kaliber 20mm dengan kecepatan tembakan 1000 rpm, jangkauan 2 KM untuk target udara.
- 4 Torpedo AEG SUT, berpeluncur tabung 533mm, jangkauan 28 Km pada 23 knot atau 12 Km pada 35 knot dengan hulu ledak seberat 250 Kg.
- Bom Laut/Mortir Anti Kapal Selam
- Peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral.
Sensor dan elektronis
suntingSonar menggunakan PHS-32 hull mounted MF, kontrol penembakan menggunakan WM-28 dan EW menggunakan SUSIE-1 intercept, 2 flare RL
Penerbangan
suntingTerdapat dek untuk helikopter NBO-105. NBO-105 adalah helikopter buatan Industri Pesawat terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Helikopter ini berfungsi sebagai over horizon survelilance, anti kapal selam dan transportasi.
Riwayat
suntingSister Ship
suntingKRI Ki Hajar Dewantara memilik satu sister ship, yakni fregat Ibn Khaldoun (507) (kemudian berganti nama menjadi Ibn Marjid) yang dioperasikan AL Irak. Ibn Khaldoun lebih dulu diluncurkan, pada tahun 1978, setelah sebelumnya di order pembuatannya pada tahun 1975. Dari segi fungsi, Ibn Khaldoun juga dioperasikan sebagai kapal perang latih. Secara umum, spesifikasi senjatanya pun serupa dengan KRI Ki Hajar Dewantara. Namun, kabarnya Ibn Khaldoum tidak sempat dipasangi rudal anti kapal. Pada tahun 2003 saat Perang Teluk II, Ibn Khaldoun 507 dihancurkan lewat serangan udara oleh AU AS.[2]
Operasi
suntingTanggal 10-11 Maret 1992, KRI Ki Hajar Dewantara 364 dengan komandannya Letkol Laut (P) Edi Suyadi (waktu itu) dan KRI Yos Sudarso 353 yang tergabung dalam Satgas Aru Jaya melakukan operasi penghalauan terhadap kapal feri Lusitania Expresso yang berlayar dari Lisabon, Portugal, menuju Dili, Timor Timur tanpa izin. Operasi berhasil dilakukan tanpa ada peluru yang ditembakkan.
Pada tanggal 15-28 Agustus 2002 dalam latihan bersandi Dalla-2002, KRI Ki Hajar Dewantara melakukan penembakan rudal permukaan-ke-udara Mistral.
Referensi
suntingRujukan
suntingPranala luar
sunting- (Indonesia) http://www.cvl.iis.u-tokyo.ac.jp/~kazmi/KRI.html Diarsipkan 2007-08-12 di Wayback Machine.
- (Indonesia) http://www.tni.mil.id
- (Indonesia) http://www.tnial.mil.id Diarsipkan 2014-06-28 di Wayback Machine.
- (Indonesia) http://www.marinir.mil.id/ Diarsipkan 2015-04-29 di Wayback Machine.
- (Inggris) http://www.hazegray.org/worldnav/asiapac/indones.htm