Jigsaw (teknik pengajaran)

model belajar kooperatif

Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model Pembelajaran Model Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas (Ibrahim dkk., 2000:21; Ratumanan, 2002:120).[1]

Diagram Teknik Pengajaran Jigsaw

Metode pembelajaran di mana siswa memiliki peran yang lebih besar dibandingkan guru, siswa memiliki tanggung jawab untuk mempelajari materi dan mengajarkannya kepada teman sekelompoknya.[2]

Karakteristik

sunting

Metode pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw memeliki beberapa karekteristik, antara lain :

Pembelajaran Secara Tim

sunting

Pembelajaran secara berkelompok sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk saling membantu demi memahami pembelajaran.

Manajemen Kooperatif

sunting

Memerlukan manajemen yang baik meliputi

  • Perencanaan
  • Pelaksanaan
  • Organisasi
  • Kontrol

Kemampuan untuk Bekerja Sama

sunting

Metode kooperatif Jigsaw membuat anggota kelompok memiliki kemampuan unutk bekerjasama. Sehingga tidak hanya pekerjaanya sendiri yang selesai, tetapi milik temannya/ kelompok lain juga selesai.

Keterampilan Bekerja Sama

sunting

Selain memiliki kemauan bekerjasama, perlu adanya keterampilan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan ketermpilan ini siswa dapat saling mendukung dan belajar bersama.[2]

Langkah-Langkah Penerapan Jigsaw

sunting

Pembentukan Kelompok

sunting

Langkah pertama adalam membentuk kelompok-kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri 4-5 orang.

Pembagian Tugas

sunting

Pemberian tugas yang harus dikerjakan bersama.

Membentuk Kelompok Ahli

sunting

Siswa yang mendapat tugas yang sama dari berbagai kelompok akan berkumpul dalam kelompok baru, dalam kelompok ini mereka akan fokus mempelajari materi yang diberikan kepada mereka.

Kembali ke Kelompok Asal

sunting

Setelah memahami materi yang diberikan setiap siswa akan kembali ke kelompok asal..

Tes Pemahaman

sunting

Melakukan tes untuk mengukur sejauh mana mereka memahami materi yang diberikan.[2]

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Jigsaw

sunting

Kelebihan Jigsaw

sunting

Beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:

  • Meningkatkan kepercayaan diri
  • Mendorong siswa untuk aktif berbicara dan berkolaborasi
  • Menghargai perbedaan
  • Meningkatkan prestasi akademik
  • Memberikan kesempatan bagi siswa untuk membandingkan jawaban
  • Mendorong kolaborasi dan pembelajaran yang aktif
  • Meningkatkan kreatifitas
  • Menghargai ide orang lain
  • Membantu siswa untuk berinteraksi sosial
  • Memotivasi siswa untuk mengembangkan pemikiran mereka
  • Mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan diskusi.[2]

Kekurangan Jigsaw

sunting

Beberapa keterbatasan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:

  • Rasa segan dan takut di nilai
    • Pada tahap awal penerapan, beberapa siswa akan merasa segan untuk mengeluarkan ide atau takut dihakimi oleh teman-teman sekelompoknya.
  • Kesulitan menerima metode baru
    • Pengajar memerlukan waktu yang lebih untuk mensosialisasikan metode ini.
  • Memerlukan lebih banyak waktu untuk penilaian
    • Memerlukan lebih banyak waktu untuk menilai setiap individudan kelompok serta menghitung hasil presentasi
  • Kesulitan dalam penilaian individu
    • Penilaian terhadap kontribusi individu menjadi lebih sulit
  • Sulit membentuk kelompok yang solid
    • Tidak semua kelompok dapat bekerjasama dengan baik karena karakter siswa yang beragam
  • Tantangan dalam pembelajaran individual
    • Metode ini mengandalakan kerjasama, tetapi tetap ada beberapa bagian yang membutuhkan usaha pribadi. Hal ini akan menyulitkan siswa yang sudah terbiasa bekerjasama.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ Hobri, H. (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center for Society Studies (CSS). hlm. 52. ISBN 978-602-8035-41-5. 
  2. ^ a b c d e Muthmainnah, Hani. "Mengenal Metode Pembelajaran Jigsaw dan Langkah Penerapannya". detikedu. Diakses tanggal 2024-12-08.