Jasu atau Sulaman Korea (자수;刺繡) adalah jenis kerajinan sulaman yang berasal dari Korea.[1] Teknik membuat jasu (jasujang) diperkenalkan dari Cina ke Korea pada masa Dinasti Goryeo dan berkembang dalam masyarakat Korea.[1] Orang Korea mengembangkan jasu untuk mendekorasi bahan tekstil dan hasil kerajinan tangan ini mencerminkan lingkungan kehidupan dan tradisi mereka.[1]

Sulaman lencana (Hyungbae)

Pada masa Dinasti Goryeo, kerajinan jasu berkembang pesat dan dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain boksik jasu, giyong jasu, gamsang jasu, dan jasu yang berkaitan dengan agama Buddha.[1] Boksik jasu adalah jasu yang disulam untuk mempercantik pakaian dan disesuaikan dengan status dan jabatan.[1] Jenis sulaman ini hanya digunakan oleh orang-orang di istana.[1] Giyong jasu adalah jenis sulaman yang disulam pada beragam jenis perabotan di istana raja.[1] Gamsang jasu adalah jenis sulaman yang digunakan sebagai karya seni yang artistik seperti sulaman pada sekat dinding di kamar dan ruangan rumah.[1] Jasu Buddha adalah sulaman yang berhubungan dengan agama Buddha.[1]

Pameran di Indonesia

sunting

Pameran sulaman Korea pertama kali digelar di Jakarta pada bulan Oktober 2009 di Museum Nasional.[2] Pameran tersebut dihadiri oleh seorang ahli sulaman tradisional bernama Han Sang-soo.[2] Han Sang-soo dikenal sebagai tokoh yang dianugerahi gelar aset nasional hidup nomor 80 oleh pemerintah Korea Selatan.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Jasu Diarsipkan 2010-02-13 di Wayback Machine., koreanculture. Diakses pada 29 Mei 2010.
  2. ^ a b c (Inggris)Preserving Cultural Heritage through Korean Embroidery[pranala nonaktif permanen], ohmynews. Diakses pada 29 Mei 2010.