Janasadhu Warmadewa

Sang Ratu Sri Janasadhu Warmadewa adalah seorang raja dari Wangsa Warmadewa, yang memerintah di Bali pada sekitar akhir abad ke-10 M.[1] Berdasarkan berbagai peninggalan prasasti yang ada, ia merupakan raja kelima dari Wangsa Warmadewa.[1][2] Walaupun demikian, nama raja Janasadhu Warmadewa ini tercantum hanya dalam satu prasasti saja, yaitu Prasasti Sembiran (No. 209 Sembiran A II), yang dikeluarkan pada tahun 897 Saka (975 Masehi).[1][3]

Dalam prasasti Sembiran A II tersebut, diceritakan bahwa raja Janasadhu Warmadewa telah memberikan perintah kepada penduduk desa Julah dan desa-desa di sekitarnya (Indrapura, Buwun Dalam, dan Hiliran)[1][4] untuk saling membantu dalam memperbaiki tempat peribadatan (Pura Meru atau pertapaan Dharmakuta),[1] serta mempersenjatai diri dan saling melindungi dalam peperangan dan menghadapi perampokan.[1][3] Dengan demikian dapat diketahui bahwa desa-desa tersebut, yaitu para penduduk Bali mula (Bali Aga), sejak lama telah menetap di wilayah dekat pantai Bali utara; dan setidaknya sejak abad ke-10 mereka telah diperintahkan oleh raja untuk menjaga tempat peribadatan dan pelabuhan dagang daerah tersebut, demi kepentingan negara.[5]

Tidak diketahui dengan pasti sampai kapan raja Janasadhu Warmadewa ini berkuasa; namun dalam Prasasti Gobleg yang berangka tahun 905 Saka (983 Masehi) telah disebutkan nama seorang penguasa baru, yaitu ratu Sri Wijaya Mahadewi.[1][6][7] Prasasti ratu tersebut juga diawali dengan kata "Punah", sebagaimana juga pada prasasti raja Janasadhu Warmadewa.[1] Namun, ratu tersebut adalah penguasa pertama di Bali yang memakai gelar "Sri Maharaja", sedangkan raja-raja Wangsa Warmadewa sebelumnya hingga raja Janasadhu memakai gelar "Sang Ratu".[1][2]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i Shastri, Narendra Dev Pandit (1963-01-26). Sejarah Bali Dwipa. Bhuvana Saraswati. 
  2. ^ a b Raharjo, Supratikno; Munandar, Agus Aris (1998-01-01). Sejarah Kebudayaan Bali: Kajian Perkembangan dan Dampak Pariwisata. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 
  3. ^ a b Hauser-Schäublin, Brigitta; Ardika, I. Wayan (2008). Burials, Texts and Rituals: Ethnoarchaeological Investigations in North Bali, Indonsia (dalam bahasa Inggris). Universitätsverlag Göttingen. ISBN 9783940344120. 
  4. ^ Reuter, Thomas A. (2005). Custodians of the sacred mountains: budaya dan masyarakat di pegunungan Bali. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794615331. 
  5. ^ Riemenschneider, Christian (2006). " -- yang hidup di sini, yang mati di sana": upacara lingkaran hidup di Desa Sembiran, Bali (Indonesia). LIT Verlag Münster. ISBN 9783825892005. 
  6. ^ Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 9789796767076. 
  7. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (1984). Sejarah nasional Indonesia: untuk SMP. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
Didahului oleh:
Indrajayasingha Warmadewa
Penguasa Bali
975 M
Diteruskan oleh:
Śri Wijaya Mahadewi