Jadid adalah istilah bagi gerakan politik, keagamaan, dan kebudayaan yang digerakkan oleh reformis modernisme Islam di kalangan bangsa Turkik di wilayah Kekaisaran Rusia pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.[1] Gerakan ini memiliki berbagai istilah endonim yang beredar di kalangan masyarakat Islam Turkik Rusia, seperti Taraqqiparvarlar ("kaum progresif"), Ziyalilar ("kaum cendekiawan"), atau Yäşlär/Yoshlar ("pemuda").[2]

Karikatur Ismail Gasprinsky (kanan) yang digambarkan memegang koran Terjuman ("Sang Penerjemah") dan buku Khoja-i-Sübyan ("Pengajar Anak-Anak"). Dua orang ulama Tatar dan Azerbaijan (kiri) digambarkan mengancam Gasprinsky dengan dekret takfir dan syariah. Diambil dari majalah satir Molla Nasreddin, No. 17, 28 April 1908, Tbilisi dengan ilustrator Oskar Schmerling.

Gerakan Jadid mengadvokasikan adanya perubahan sosial dan kebudayaan Islam melalui pemurnian pemahaman dan ajaran Islam dengan tetap membuka diri pada modernitas.[3] Gerakan ini melihat bahwa bangsa Turkik di Rusia kala itu telah memasuki masa kemunduran moral dan kebudayaan yang hanya dapat diatasi dengan pengadopsian pengetahuan baru serta reformasi kebudayaan modernis yang berbasis Eropa.

Penyebaran paham

sunting

Teknologi komunikasi dan transportasi modern yang berkembang pada akhir abad ke-19, seperti telegraf, mesin cetak, sistem pos, dan jalur kereta api memungkinkan penyebaran paham Jadid di Asia Tengah. Hal tersebut juga diakselerasi oleh penyebaran literatur Islam melalui media cetak dalam berbagai bentuk, termasuk koran dan jurnal.[4] Meskipun terdapat sejumlah perbedaan paham yang substantif di dalam gerakan, kaum Jadid berhasil menyebarluaskan media cetak dan mempromosikan pesan Usul-i Jadid[5] atau "metode baru" dalam pengajaran Islam di Rusia.

Kaum Jadid mendirikan sejumlah lembaga pendidikan berbasis kewirausahaan yang mengajarkan kurikulum berstandar dan terstruktur kepada seluruh Muslim di Asia Tengah. Kurikulum baru tersebut memuat ilmu material sekaligus pendidikan agama guna membekali masyarakat Muslim dalam rangka menghadapi berbagai tantangan era modern.[6]

Salah satu tokoh pelopor usaha reformasi pendidikan adalah Ismail Gasprinsky, seorang cendekiawan, pendidik, penerbit, dan politisi berbangsa Tatar Krimea. Sejumlah cendekiawan seperti Mahmud Khoja Behbudiy membawa dan membumikan pemikiran Gasprinsky ke Asia Tengah.[7]

Perkembangan diskursus antikolonial yang membawa nuansa aktivisme politik anti-Rusia menjadi sebuah aspek penting dalam Gerakan Jadid; yang juga dibawakan oleh Gasprinsky. Setelah kekalahan Kekhalifahan Usmaniyah dalam Perang Dunia I, kaum Jadid juga menargetkan kritik antikolonial mereka terhadap blok Sekutu seperti Inggris dan berbagai kekaisaran Eropa Barat lainnya. Setelah bubarnya Uni Soviet, para anggota kaum Jadid diberikan pengakuan dan penghormatan di Uzbekistan.[8]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Devlet, Nadir (2004). "Studies in the Politics, History and Culture o Turkic Peoples". Jadid Movement in Volga-Ural Region. Istanbul: Yeditepe University. hlm. 204.
  2. ^ Khalid 1998, hlm. 93.
  3. ^ Khalid 1998, hlm. 1–18.
  4. ^ Khalid 1998, hlm. 9–10.
  5. ^ Bergne 2007, hlm. 16.
  6. ^ Khalid 1998, hlm. 12–13.
  7. ^ Khalid 1998, hlm. 80.
  8. ^ Kendzior, Sarah (1 November 2016). "The Death of Islam Karimov and the Unraveling of Authority in Uzbekistan". World Politics review.

Kepustakaan

sunting

Pranala luar

sunting