Jusuf Sjarif Badudu

pakar bahasa indonesia
(Dialihkan dari J.S. Badudu)

Prof. Dr. H. Jusuf Sjarif Badudu (19 Maret 1926 – 12 Maret 2016[1]) yang lebih dikenal dengan nama J. S. Badudu atau Jus Badudu adalah seorang pakar bahasa Indonesia. Ia adalah Guru Besar Linguistika pada Universitas Padjadjaran dan dikenal luas di masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia (1974-1979) di TVRI.[2]

Jus Badudu
LahirJusuf Sjarif Badudu
(1926-03-19)19 Maret 1926
Gorontalo, Keresidenan Manado, Hindia Belanda
Meninggal12 Maret 2016(2016-03-12) (umur 89)
Bandung, Jawa Barat
KebangsaanIndonesia
Nama lainJus Badudu
PekerjaanPengajar
Dikenal atasPembawa acara "Pembinaan Bahasa Indonesia" di TVRI

Masa kecil dan pendidikan

sunting

Dalam usia tiga belas tahun (1939) Badudu manamatkan Sekolah Rakyat di Ampana, Sulawesi Tengah. Kemudian, ia mengikuti kursus Volksonderwijser/CVO (Pengajar umum) di Luwuk, Sulawesi Tengah (1941). Tahun 1949 ia menyelesaikan pendidikan Normaal School di Tentena, Sulawesi Tengah. Ia melanjutkan sekolah di KweekschooI/SGA, Makassar, Sulawesi Selatan dan tamat pada tahun 1951. Tahun 1955 ia menyelesaikan pendidikan B.1 Bahasa Indonesia di Bandung dan menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung (1963). Tahun 1971—1973 Badudu melanjutkan pendidikan pada Postgraduate Linguistics di Leidse Rijksuniversiteit Leiden, Belanda. Tahun 1975 ia memperoleh gelar Doktor Ilmu Sastra dengan pengkhususan linguistik di Universitas Indonesia, Jakarta, melalui disertasi yang berjudul "Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo".[2]

Karier

sunting

Sebagai orang yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia, Badudu telah mengabdikan diri sebagai guru sejak usia 15 tahun 5 bulan. Ia menjadi guru sekolah dasar di Ampana, Sulawesi Tengah hingga tahun 1951. Pada tahun 1951—1955 ia menjadi guru SMP di Poso, Sulawesi Tengah, dan pada tahun 1955—1964 menjadi guru SMA di Bandung. Ia juga pernah menyumbangkan tenaga sebagai dosen di Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1965–1991.

Tahun 1982—2016, Badudu menjadi guru besar linguistik pada Program Pascasarjana (S2 dan S3) Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Pendidikan Indonesia (dulu IKIP Bandung). Ia juga menjadi guru besar di Universitas Pakuan Bogor pada tahun 1991—2016 dan di Universitas Nasional Jakarta pada tahun 1994—2016. Ia juga pernah, selama tiga tahun, menatar guru-guru sekolah dasar di enam provinsi (Sumatera Barat, D. I. Aceh, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan D.I. Yogyakarta) dalam proyek PEQIP (Prelimenary Education Quality Improvement Project), sebuah lembaga bantuan Jerman yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Tahun 1995—1997, ia mengunjungi setiap provinsi itu 2 kali dalam setahun.[2]

J.S. Badudu dan Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia

sunting

Tokoh bahasa ini juga dikenal sebagai pembawa acara Siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI Pusat Jakarta (1977—1979). Dalam acara ini pula J.S. Badudu melontarkan kritik terhadap keberbahasaan Presiden Republik Indonesia saat itu Soeharto. Ia juga sebagai penatar bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat, seperti mahasiswa, dosen, guru, wartawan, pegawai pemerintah, dan polisi. Ia juga sering menyajikan makalah di luar negeri, seperti Belanda, Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Jepang.[2]

Bibliografi

sunting

Dalam usia 76 tahun saat ini Badudu tidak hanya aktif sebagai guru, dosen, penatar bahasa Indonesia, tetapi juga aktif sebagai penulis artikel tentang bahasa Indonesia di surat kabar dan majalah. Sejak tahun 1977 hingga 2016, ia menjadi penulis atau pengisi rubrik tentang pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di majalah Intisari Jakarta. Keaktifan Badudu menulis buku-buku yang berisi tuntunan tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk pelajar, mahasiswa, dan umum, dapat dibaca melalui karyanya:

  1. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia
  2. Membina Bahasa Indonesia Baku (2 jilid)
  3. Bahasa Indonesia: Anda bertanya? Inilah jawabnya
  4. Ejaan Bahasa Indonesia
  5. Sari Kesusasteraan Indonesia untuk SMA (2 jilid)
  6. Buku dan Pengarang
  7. Belajar memahami Peribahasa (6 jiIid)
  8. Peribahasa
  9. Mari Membina Bahasa Indonesia Seragam (3 jilid)
  10. Penuntun Ujian Bahasa Indonesia untuk SMP (Catatan: Buku no. 7 s.d. 10 tidak diterbitkan lagi).
  11. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar II

Badudu juga pernah melakukan penelitian bahasa, antara lain:

  1. Morfologi Bahasa Indonesia Lisan (Pusat Bahasa)
  2. Morfologi Bahasa Indonesia Tulisan (Pusat Babasa)
  3. Perkembangan Puisi Indonesia Tahun 20-an hingga tahun 40-an (Pusat Bahasa)
  4. Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (Pusat Bahasa)
  5. Bahasa Indonesia di Daerah Perbatasan Bogor—Jakarta (Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung).

Sebagai pakar bahasa yang sangat berpengalaman, Badudu juga telah menyusun beberapa kamus, antara lain:

  1. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia, 1975
  2. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu — Zain), 2001
  3. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar (sedang diselesaikan)
  4. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia, 2003

Para mahasiswa

sunting

Pada masa pengabdian sebagai dosen dan guru besar, Badudu membimbing penulisan tesis mahasiswa S2 dan disertasi mahasiswa S3. Tujuh orang di antaranya sekarang telah menjadi guru besar (profesor) dan tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Bandung, Universitas Hasanuddin (Makassar), STKIP Gorontalo sekarang Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin).[3]

Penghargaan

sunting

Sebagai guru dan dosen bahasa Indonesia selama 49 tahun, Badudu pernah menerima bintang jasa Pemerintah RI, yaitu Satyalencana 25 tahun Pengabdian dan Bintang Mahaputra yang diserahkan sendiri oleh Presiden Megawati Sukarnoputri pada tanggal 15 Agustus 2001 di Istana Negara. Bintang jasa itu diberikan pemerintah sebagai penghargaan atas jasanya membina bahasa Indonesia selama bertahun-tahun bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia.[3]

Keluarga

sunting

Jus Badudu menikah dengan Eva Henriette Alma Badudu[4] pada tanggal 9 Mei 1953. Buah perkawinan mereka menghasilkan sembilan putra-putri, yaitu Dharmayanti Francisca, Erwin Suryawan, Chandramulia Satriawan, Chitra Meilani, Armand Edwin, Rizal Indrayana, Sari Rezeki Adrianita, Mutia Indrakemala, dan Jussar Laksmikusala.

Referensi

sunting
  1. ^ S, Deddy (13 Maret 2016). "Pakar Bahasa Indonesia J. S. Badudu Meninggal Dunia". CNN Indonesia. CNN Indonesia. Diakses tanggal 13 Maret 2016. 
  2. ^ a b c d "Profil Jusuf Sjarif Badudu". Tirto.id. Diakses tanggal 6 mei 2021. 
  3. ^ a b "Jusuf Syarif Badudu". badan pengembangan dan pembinaan bahasa. Diakses tanggal 6 mei 2021. 
  4. ^ Kamus peribahasa: memahami arti dan kiasan peribahasa, pepatah, dan ungkapan. Penerbit Buku Kompas. 2008. ISBN 9789797093570. 

Setyoko

Pranala luar

sunting