Istana Tampaksiring
Istana Tampaksiring adalah salah satu dari 7 Istana Kepresidenan Indonesia yang terletak di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Dibangun pada tahun 1957 dan selesai pada tahun 1963,[1] tidak seperti istana kepresidenan lain di Indonesia yang sebagian besar merupakan peninggalan masa kolonial Hindia Belanda, Istana Tampaksiring dibangun setelah kemerdekaan Indonesia, dan dibangun bukan dengan gaya kolonial Hindia Belanda, melainkan dengan gaya modernisme yang dipadukan dengan unsur-unsur arsitektur Bali.[1]
Istana Tampaksiring | |
---|---|
![]() Istana Tampaksiring, di atas bukit menghadap Pura Tirta Empul | |
![]() | |
Informasi umum | |
Gaya arsitektur | Modern dipadukan dengan arsitektur Bali |
Lokasi | Jalan Tampaksiring, Manukaya, Tampaksiring Kabupaten Gianyar, Bali 80552, Indonesia |
Mulai dibangun | 1957–1963 |
Klien | Republik Indonesia |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | R.M. Soedarsono |
Bangunan-bangunan kompleks tersebut tersebar di area seluas 19 hektar. Bangunan utama istana dibangun di dataran tinggi yang menghadap Pura Tirta Empul Tampaksiring dan Gunung Agung.[2][3]
Tampaksiring
suntingNama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa Bali, yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, tetapi sayangnya ia bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa serta menyuruh rakyatnya menyembahnya. Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya. Namun, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, ia dengan sisa kesaktiannya berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.
Lihat pula
sunting- ^ a b "Istana Tampaksiring | Presiden Republik Indonesia". presidenri.go.id. Diakses tanggal 24 October 2017.
- ^ Government of The Republic of Indonesia. "Republic of Indonesia - Tampaksiring Presidential Palace". Diakses tanggal 2007-12-20.
- ^ Istana istana kepresidenan RI, setneg.go.id