Isomaltulosa
Isomaltulosa adalah zat karbohidrat alami yang berasal dari tebu, madu, dan sumber glukosa lainnya. Pada dasarnya, glukosa adalah bahan bakar yang memberikan energi untuk beraktivitas. Di dalam glukosa sendiri, selain Isomaltulosa sebenarnya ada zat sukrosa yang lebih umum dikenal karena sering kali digunakan sebagai pemanis pada produk minuman. Namun, berbeda dengan sukrosa, Isomaltulosa adalah zat yang mampu diserap sekitar 26-45% lebih lambat.
Nama | |
---|---|
Nama IUPAC
6-O-α-D-Glucopyranosyl-D-fructose
| |
Nama lain
Palatinose
| |
Penanda | |
Model 3D (JSmol)
|
|
3DMet | {{{3DMet}}} |
ChemSpider | |
Nomor EC | |
PubChem CID
|
|
Nomor RTECS | {{{value}}} |
CompTox Dashboard (EPA)
|
|
| |
| |
Sifat | |
C12H22O11 | |
Massa molar | 342.296 g/mol |
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa). | |
verifikasi (apa ini ?) | |
Referensi | |
Dengan kata lain, Isomaltulosa adalah zat yang mampu bertahan lebih lama dan konstan dalam hal penyediaan energi yang dibutuhkan tubuh dan otak jika dibandingkan dengan sukrosa. Isomaltulosa sendiri sudah mendapat persetujuan dari badan inspeksi kesehatan berbagai negara seperti FDA dan FSANZ untuk bisa digunakan oleh manusia sejak tahun 1985.
Sejak saat itulah, berbagai penelitian mengenai manfaat Isomaltulosa makin giat dikembangkan. Salah satu fakta terbaru yang telah disetujui oleh FDA membuktikan bahwa Isomaltulosa tidak merusak gigi dan bisa diklaim sebagai zat pengganti sukrosa yang baik bagi kesehatan mulut. Kini, Isomaltulosa pun telah digunakan sepenuhnya sebagai pengganti gula pada beberapa produk makanan dan minuman.
Cara Kerja
suntingPada dasarnya, isomaltulosa adalah zat yang berfungsi sama seperti sukrosa yaitu sebagai pemberi energi bagi badan dan otak. Rasa Isomaltulosa sendiri serupa dengan sukrosa, begitu pula dengan cara zat ini bekerja di dalam tubuh.[1]
Zat Isomaltulosa yang terkandung dalam makanan atau minuman akan masuk lewat mulut menuju kerongkongan, dan kemudian berakhir dengan dilarutkan oleh sistem pencernaan tubuh. Setelah tersaring, Isomaltulosa akan diserap oleh lambung dan menuju sistem aliran darah untuk lalu melakukan perjalanan memberikan energi keseluruh tubuh.
Berbeda dengan sukrosa, Isomaltulosa diserap 26-45% lebih lama. Kecepatan penyerapan ini dapat dilihat pada kurva landai yang menanjak dan menurun secara perlahan pada kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi Isomaltulosa.[1][2] Artinya, Isomaltulosa masuk dan keluar dari aliran darah manusia secara konstan dengan kecepatan yang lambat. Sifat yang perlahan dan konstan inilah yang akhirnya membuat Isomaltulosa mampu bertahan di dalam tubuh lebih lama dibandingkan sukrosa.
Dengan bertahan lebih lama, Isomaltulosa pun akan memberi asupan energi yang konstan dan stabil sehingga juga menghindarkan peningkatan atau penurunan kadar gula darah dan insulin yang drastis dalam tubuh.[3]
Dalam istilah medis, peningkatan dan penurunan yang drastis pada kadar gula darah sering disebut sebagai Sugar Rush dan Sugar Crash. Kedua sindrom ini sendiri lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering kali menimbulkan stress bagi orang tua.
Namun, dengan asupan yang stabil dan konstan, tidak akan ada perubahan drastis pada tingkat energi seorang anak sehingga menghindarkan terjadinya Sugar Rush dan Sugar Crash.
Badan
suntingPada dasarnya, sebelum sampai ke otak, asupan energi dari glukosa akan lebih dulu menuju ke badan. Setelah badan memperoleh asupan energi secara merata, barulah glukosa melakukan perjalanan untuk memberikan energi di otak. Proses ini sendiri dimulai dari konsumsi makanan dan minuman yang mengandung glukosa sebagai bahan bakar pemberi energi.
Berbeda dengan sukrosa, Isomaltulosa tidak akan langsung larut begitu dikonsumsi. Sebaliknya, Isomaltulosa akan larut dengan respon glisemik yang rendah sehingga energi akan tersedia lebih lama dan tersuplai konstan bagi tubuh.[1] Dengan proses pelarutan yang lambat, Isomaltulosa pun akhirnya tidak memberi kesempatan bagi bakteri dimulut untuk memperoleh glukosa yang juga merupakan sumber energi bagi mereka, sehingga bisa menghindarkan gangguan dan penyakit pada gigi. Penelitian juga menunjukkan, meski memberikan energi yang lama, Isomaltulosa tidak akan memicu obesitas.[4]
Otak
suntingTak hanya pada tubuh, Isomaltulosa juga mempunyai peran signifikan terhadap terjaganya kadar energi di otak. Meski menjadi tempat terakhir untuk mendapatkan asupan, Isomaltulosa tetap memberikan energi yang konstan dan stabil pada otak. Reaksi yang dihasilkan Isomaltulosa menjadikan berapa pun jumlah energi yang didapat oleh otak akan bertahan lebih lama dibanding sukrosa.
Jika dikonsumsi secara teratur, maka bisa dibilang Isomaltulosa akan memberikan asupan energi yang konstan dan tak terputus bagi otak. Hal tersebut sangatlah membantu otak yang tidak pernah berhenti bekerja selama 24 jam sehari. Sekalipun saat sedang tidur, otak tetap melakukan proses pengaturan napas, detak jantung serta organ-organ tubuh lainnya.[5][6]
Saat sedang tidur pula, otak juga melakukan proses pengaturan memori dan pengalaman yang akan digunakan pada aktivitas keesokan harinya.[7] Dengan bantuan Isomaltulosa, maka proses mendapatkan asupan energi yang cukup akan menghindarkan gangguan yang tidak diinginkan, sekalipun saat sedang tidur.[8]
Peran Isomaltulosa ditenggarai sangatlah signifikan pada anak-anak. Apalagi, usia 1-6 tahun adalah saat-saat terpenting dalam pembentukan kepribadian dan kesehatan anak. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dikenal dengan nama 10/40. Walaupun berat otak hanya 10% dari keseluruhan tubuh, seorang anak pada usia perkembangan membutuhkan 40% dari total energi yang dimiliki tubuh agar otak bisa berfungsi dengan optimal.[9]
Pada usia perkembangan, kekurangan energi pada otak pastinya akan menghasilkan dampak jangka panjang yang merugikan.Jika energi yang tersimpan minim, maka daya konsentrasinya untuk mengembangkan pola pikir, kepribadian serta kreativitas akan berkurang.[10] Karena itu, memberikan asupan yang mengandung glukosa baik bagi kebutuhan energi mereka.[11]
Namun, akhirnya para ibu-ibu sering kali mengeluh karena anak mereka menjadi terlalu aktif jika sering kali diberikan glukosa, terutama sesaat sebelum tidur. Hal tersebut sangatlah wajar mengingat sukrosa mampu memberikan peningkatan yang drastis dan memunculkan Sugar Rush.
Karena itu, pemberian asupan yang mengandung Isomaltulosa ditengarai bisa menjadi solusi yang baik. Hal tersebut terjadi karena Isomaltulosa memberi peningkatan energi yang cukup meski berlangsung secara perlahan. Sehingga mampu mendukung aktivitas otak anak untuk bisa bekerja optimal.
Penggunaan
suntingPada beberapa produk minuman, Isomaltulosa sudah mulai digunakan sebagai pengganti sukrosa. Isomaltulosa dapat digunakan sebagai zat pemanis alternatif yang cocok untuk dikonsumsi karena mampu mengurangi kadar sukrosa dan menjadikan kadar gula di dalam darah tetap rendah.
Tak hanya itu, karena terdiri dari bahan-bahan alami yang tidak menggumpal dan mudah larut menjadikan Isomaltulosa cocok digunakan dalam produk susu pertumbuhan anak berbentuk bubuk.[12]
Setelah melalui proses penelitian yang panjang, berbagai kebaikan yang terdapat di dalam Isomaltulosa pun ditengarai mampu memberikan manfaat yang cukup signifikan pada proses perkembangan otak dan badan anak.[13] Manfaat ini dimulai dari sifatnya yang tidak merusak gigi serta kemampuannya memberi asupan energi konstan bagi badan dan otak anak.
Penelitian Terakhir
suntingSaat ini penelitian mengenai Isomaltulosa lebih difokuskan kepada dampaknya terhadap perkembangan otak dan badan anak-anak, khususnya anak yang ada pada masa perkembangan (usia 1-6 tahun). Hal tersebut dilakukan karena pada usia-usia tersebut, seorang anak sedang berada dalam masa krusial perkembangan kognitifnya.
Sebuah penelitian mengenai efek Isomaltulosa sudah dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia & Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universiti Putra Malaysia di mana subjeknya adalah anak-anak Indonesia & Malaysia.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Taib MNM et al (2012) di Malaysia ditemukan adanya peningkatan proses kognitif secara signifikan pada anak-anak yang mengkonsumsi susu dengan Isomaltulosa. Selain itu, berbagai jurnal internasional mengenai manfaat dan efek Isomaltulosa juga sudah diterbitkan sejak tahun 1980-an.
Referensi
sunting- ^ a b c Lina,B.A., Jonker,D., & Kozianowski,G. Isomaltulose (Palatinose)( (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12387299): a review of biological and toxicological studies. Food Chem. Toxicol. (2002).
- ^ Holub,I. et al. Novel findings on the metabolic effects of the low glycaemic carbohydrate isomaltulose (Palatinose) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2943747/). Br. J Nutr (2010).
- ^ Micha,R., Rogers,P.J., & Nelson,M. Glycaemic index and glycaemic load of breakfast predict cognitive function and mood in school children: a randomised controlled trial. Br. J Nutr (2011).
- ^ Schaafsma, Anne PhD. (http://www.ibudanbalita.com/isomaltulosa/page/pakar): Isomaltulosa Beri Pengaruh Positif Pada Konsentrasi dan Daya Ingat Anak (2012).
- ^ Damoiseaux JS et al. Proc Natl Acad Sci USA (http://www.pnas.org/content/103/37/13848.full.pdf) 2006.
- ^ Evans BM (http://brynnevans.com/writing-speaking/ Diarsipkan 2012-09-07 di Wayback Machine.). Neurophysiol Clin 2003.
- ^ Boyle PJ et al. J Clin Invest (http://www.msdlatinamerica.com/diabetes/sid340838.html Diarsipkan 2012-01-26 di Wayback Machine.) 1994
- ^ Gusnard DA, Raichle ME, & Raichle ME. Nat Rev Neurosci 2001.
- ^ Chugani HT. Prev Med (http://synapse.princeton.edu/~brained/redshirting/chugani98_preventive_medicine_glucose-use-child-brain.pdf) 1998; 27.
- ^ Schaafsma, Anne PhD. (http://www.ibudanbalita.com/isomaltulosa/page/pakar): Isomaltulosa Beri Pengaruh Positif Pada Konsentrasi dan Daya Ingat Anak (2012)
- ^ Owen,L., Scholey,A.B., Finnegan,Y., Hu,H., & Sunram-Lea,S.I. The effect of glucose dose and fasting interval on cognitive function: a double-blind, placebo-controlled, six-way crossover study (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21979440). Psychopharmacology (Berl)(2011).
- ^ Mohd Taib,M.N., Mohd,S.Z., Wesnes,K.A., Abu,S.H., & Sariman,S. The effect of high lactose-isomaltulose on cognitive performance of young children. A double blind cross-over design study (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21986189). Appetite (2011).
- ^ Silverman DH & Phelps ME. Mol Genet Metab 2001.