Insinerasi
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (April 2014) |
Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.
Insinerasi dengan energy recovery adalah salah satu teknologi sampah-ke-energi (waste-to-energy, WtE). Teknologi WtE lainnya adalah gasifikasi, pirolisis, dan fermentasi anaerobik. Insinerasi juga bisa dilakukan tanpa energy recovery. Insinerator yang dibangun beberapa puluh tahun lalu tidak memiliki fasilitas pemisahan material berbahaya dan fasilitas daur ulang. Insinerator ini dapat menyebabkan bahaya kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan sekitar karena tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran. Kebanyakan insinerator jenis ini juga tidak menghasilkan energi listrik.
Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.
Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan merupakan sumber daya yang sangat langka. Denmark dan Swedia telah menjadi pionir dalam menggunakan panas dari insinerasi untuk menghasilkan energi. DI tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang mengandalkan insinerasi sebagai pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan Prancis.
Tipe insinerator
suntingInsinerator adalah tempat untuk pembakaran sampah. Insinerator modern memiliki fasilitas mitigasi polusi seperti pembersihan gas. Terdapat beberapa tipe insinerator: piringan bergerak, piringan tidak bergerak, rotary kiln, dan fluidised bed
Piringan bergerak
suntingSalah satu jenis insinerator adalah piringan bergerak (moving grate). Insinerator jenis ini memungkinkan pemindahan sampah ke ruang pembakaran dan memindahkan sisa hasil pembakaran tanpa mematikan api. Satu wadah piringan bergerak dapat membakar 35 metrik ton sampah perjam. Jenis insinerator ini dapat bergerak ribuan jam pertahun dengan hanya satu kali berhenti, yaitu pada saat inspeksi dan perawatan.
Sampah diintroduksi ke "mulut" insinerator, dan pada lubang di ujung lainnya sisa hasil pembakaran dikeluarkan. Udara yang dipakai dalam proses pembakaran disuplai melalui celah piringan. Aliran udara ini juga bertujuan untuk mendinginkan piringan tersebut. Beberapa jenis insinerator piringan bergerak juga memiliki sistem air pendingin di dalamnya.
Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan memompa udara menuju bagian atas piringan. Jika dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal ini dapat memicu turbulensi yang memastikan terjadinya pembakaran yang lebih baik dan surplus oksigen. Turbulensi ini juga penting untuk pengolahan gas sisa hasil pembakaran sampah.
Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan bahwa gas sisa hasil pembakaran mencapai temperatur 850 oC selama dua detik untuk memecah racun kimia organik. Untuk lebih memastikan hal tersebut, biasanya diperlengkapi dengan pembakar yang pada umumnya memakai bahan bakar minyak, yang lalu dibakar ke insinerasi untuk mendapatkan panas yang memadai.
Gas sisa hasil pembakaran lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer menjadi uap dengan memaparkannya pada sistem pompa air. Uap ini lalu digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas yang telah melalui pendinginan dipompakan ke fasilitas sistem pembersihan.
Piringan tetap
suntingIni adalah tipe yang lebih tua dan sederhana. Piringan tetap yang tidak bergerak berada di bagian bawah insinerator dengan bukaan pada bagian atas atau samping untuk memasukan sampah dan bukaan lainnya untuk memindahkan bahan yang tidak terbakar (abu, logam, dan sebagainya).
Penggunaan panas
suntingPanas yang diproduksi oleh insinerator bisa digunakan untuk membuat uap yang bisa dipakai untuk menggerakkan turbin dengan maksud menghasilkan listrik. Total energi bersih yang dihasilkan dari satu ton sampah adalah 3 MWh panas dan 2/3 MWh energi listrik.
Untuk panas pembakaran pada insinerator menurut Amdal ada beberapa parameter yang mesti di perhatikan, yang pertama ialah efisiensi panas 40-80 %, kehilangan panas 19-55 % dan konsumsi bahan bakar 40-90%. Hal ini di utamakan nuntuk tercapainya proses degradasi sampah yang optimal.[butuh rujukan]
Polusi
suntingInsinerasi memiliki sejumlah output seperti abu dan emisi ke atmosfer berupa gas sisa hasil pembakaran. Sebelum melewati fasilitas pembersihan gas, gas-gas tersebut mungkin mengandung partikulat, logam berat, dioksin, furan, sulfur dioksida, dan asam hidroklorat.
Dalam sebuah penelitian tahun 1994, Delaware Solid Waste Authority menemukan bahwa untuk sejumlah energi yang sama yang dihasilkan, insinerator menghasilkan hidrokarbon, SO2, HCl, CO, dan NOx lebih sedikit dibandingkan pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara, tetapi lebih banyak daripada pembangkit listrik dengan bahan bakar gas alam.
Umumnya, pemecahan dioksin membutuhkan temperatur tinggi untuk memicu pemecahan termal terhadap ikatan molekular. Pembakaran plastik yang tidak mencapai temperatur yang diperlukan akan melepaskan dioksin dalam jumlah signifikan ke udara.
Insinerator modern didesain untuk mencapai pembakaran dengan suhu tinggi. Biasanya dilengkapi dengan pembakar yang memakai bahan bakar minyak. Temperatur yang dibutuhkan adalah 850 oC dalam waktu setidaknya dua detik guna memecah dioksin.
Emisi gas lainnya adalah CO2 sebagai hasil dari proses pembakaran sempurna. Pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, satu ton sampah padat dapat menghasilkan 1 ton gas CO2. Jika sampah dibuang ke lahan pembuangan, satu ton sampah padat dapat menghasilkan 62 meter kubik metana karena dekomposisi anaerobik. Metana sejumlah ini memiliki efek rumah kaca dua kali lebih berbahaya daripada 1 ton CO2.
Bahan beracun lainnya yang keluar dari gas yang dihasilkan dari sisa pembuangan di antaranya sulfur dioksida, asam hidroklorat, logam berat, dan partikel halus. Uap yang terkandung dalam gas menciptakan bagian yang dapat terlihat dari gas yang umumnya transparan sehingga menyebabkan polusi dapat terlihat.
Pembersihan gas sisa pembakaran yang dapat berpotensi menjadi polutan dilakukan melalui berbagai proses. Partikulat dikumpulkan dengan filtrasi partikel yang pada umumnya berupa electrostatic precipitator dan/atau baghouse filter. Yang terakhir umumnya sangat efisien untuk mengumpulkan partikel halus. Dalam penelitian oleh kementrian lingkungan hidup Denmark pada tahun 2006, rata-rata emisi partikulat per energi yang dihasilkan oleh sampah yang dibakar berada di bawah 2,02 gram per Giga Joule.
Pembersih gas asam digunakan untuk menghilangkan asam hidroklorat, asam nitrat, asam hidrofluorat, merkuri, timbal, dan logam berat lainnya. Sulfur dioksida dapat dihilangkan dengan desulfurisasi menggunakan cairan limestone yang diinjeksikan ke gas sisa hasil pembakaran sebelum menuju ke filtrasi partikel.
Gas NOx adalah gas lainnya yang harus direduksi dengan katalis amonia di konverter katalitik atau dengan reaksi bertemperatur tinggi dengan amonia. Logam berat diadsorpsi dengan bubuk karbon aktif yang lalu dikumpulkan di filtrasi partikel.
Insinerasi juga memproduksi abu ringan yang dapat bercampur dengan udara di atmosfer dan abu padat, sama seperti ketika batu bara dibakar. Total abu yang dirpoduksi berkisar antara 4-10% volume dan 15-20% massa sampah sebelum dibakar. Abu ringan berkontribusi lebih pada potensi gangguan kesehatan karena dapat berbaur pada udara dan berisiko terhirup paru-paru. Berbeda dengan abu padat, abu ringan mengandung konsentrasi logam berat (timbal, kadmium, tembaga, dan seng) lebih banyak daripada abu padat namun lebih sedikit kandungan dioksin dan furan. Abu padat jarang mengandung logam berat dan tidak dikategorikan sebagai sampah berbahaya sehingga aman untuk dibuang ke lahan pembuangan sampah. Namun perlu diperhatikan agar pembuangan abu padat tidak mengganggu keadaan air tanah karena abu padat dapat terserap ke dalam tanah.
Polusi lainnya adalah bau, tetapi bau dan debu telah ditangani dengan baik pada fasilitas insinerasi terbaru. Sampah diterima dan disimpan dalam ruangan bertekanan udara rendah dengan aliran udara menuju ke dalam ruang pembakaran sehingga sangat kecil kemungkinan bau akan lepas menuju atmosfer dan menimbulkan ketidaknyamanan pada lingkungan sekitar.
Argumen positif insinerasi
sunting- Kekhawatiran masalah kesehatan mengenai emisi dioksin dan furan telah jauh berkurang seiring adanya kontrol emisi yang telah jauh mengurangi jumlah emisi dioksin dan furan.
- Fasilitas insinerasi dapat menghasilkan energi listrik dan panas dan bisa menggantikan pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil dan distributor pemanas di negara beriklim sedang dan dingin.
- Residu abu padat yang tersisa setelah pembakaran telah diketahui tidak berbahaya dan bisa dibuang dengan aman di lahan pembuangan.
- Di lokasi berpopulasi padat, mencari lahan pembuangan sampah amatlah sulit sehingga insinerasi menjadi jalan terbaik dalam menangani sampah.
- Partikel halus bisa secara efisien dihilangkan dengan baghouse filter.
- Insinerasi sampah padat dapat mencegah terbentuknya gas metana yang merupakan gas rumah kaca. Meski insinerasi menghasilkan gas karbon dioksida, tetapi gas metana merupakan gas yang memiliki efek rumah kaca yang tinggi daripada karbon dioksida.
- Insinerasi sampah medis dan sampah sisa metabolisme manusia menghasilkan sisa pembakaran (abu) yang steril dan cukup aman bagi lingkungan dan kesehatan selama ditangani dengan baik.
- Volume sampah yang dibakar berkurang hingga sekitar 90%, sehingga banyak mengurangi penggunaan lahan untuk pembuangan sampah akhir.
Argumen negatif insinerasi
sunting- Abu ringan (fly ash) menjadi kekhawatiran penduduk lokal karena mengandung logam berat dan efeknya yang amat berbahaya bagi kesehatan.
- Masih terdapat kekhawatiran mengenai emisi dioksin dan furan terutama dari insinerator tua.
- Insinerator mengemisikan logam berat seperti vanadium, mangan, krom, nikel, arsenik, merkuri, timbal, dan kadmium.
- Terdapat alternatif teknologi selain insinerator, yaitu Mechanical Biological Treatment / Anaerobic Digestion (MBT/AD), Mechanical Heat Treatment (MHT), Autoclaving, atau kombinasi dari semuanya.
- Pengurangan sampah, penggunaan kembali, dan daur ulang harus diprioritaskan sesuai dengan tujuan hierarki sampah ketimbang insinerasi yang seolah memberikan lampu hijau bagi pembuangan sampah.
- Di beberapa negara, desain bangunan insinerator sangat buruk dan merusak keindahan kota.
Pranala luar
sunting- Lembaran fakta EPA Diarsipkan 2014-10-30 di Wayback Machine.
- Informasi emisi Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.
- Insinerasi
- Insinerasi sampah: teknologi yang akan segera mati Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
- Unit pembuangan sampah
- Sampah nol: Perspektif global Diarsipkan 2008-04-06 di Wayback Machine.
- Insinerator: Senjata Pemusnah Masal Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine.
- Keseimbangan Gas Rumah Kaca dari Manajemen Sampah[pranala nonaktif permanen]
- Energi dari Sampah
- Sudut Pandang Dunia Mengenai Industri Sampah-Ke Energi Diarsipkan 2014-02-06 di Wayback Machine.
- Sampah-ke-Energi Dibandingkan Dengan Bahan Bakar Fosil Untuk Jumlah Energi yang Setara Diarsipkan 2006-03-18 di Wayback Machine.