Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un

Bacaan istirja dalam agama Islam, diucapkan saat menerima kabar musibah atau sedang ditimpa musibah

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (bahasa Arab: إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, ʾinnā li-llāhi wa-ʾinna ʾilayhi rājiʿūna) atau Istirja adalah potongan dari ayat Al-Qur'an, dari Surah Al-Baqarah, ayat 156. Arti dari frasa tersebut adalah "Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kita akan kembali." Istirja umum diucapkan oleh Muslim ketika mendapatkan musibah.

Istirja dalam aksara Arab.

Signifikansi

sunting

Dalam Islam, istirja' diucapkan apabila seseorang tertimpa musibah dan biasanya diucapkan apabila menerima kabar dukacita seseorang. Umat Islam meyakini bahwa Allah adalah Esa yang memberikan dan Dia jugalah yang mengambil, Dia menguji umat manusia.

Pengucapan إِنَّا ِلِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ di Al-Qur'an 2:156.

Oleh karenanya, umat Islam menyerahkan diri kepada Tuhan dan bersyukur kepada Tuhan atas segala yang mereka terima. Pada masa yang sama, mereka bersabar dan menyebut ungkapan ini saat menerima cobaan atau musibah. Kemudian dalam syariat Islam, jika seorang Muslim ditimpa musibah, ia bersabar dan mengucapkan kalimat istirja maka Allah akan memberikan pahala.[1]

Waktu mengucapkan

sunting

Istirja’ disunnahkan untuk diucapkan pada saat-saat berikut:

  1. Saat terjadinya musibah tersebut atau saat mendengar tentang musibah tersebut.
  2. Ketika mengingat sebuah musibah meskipun sudah berlalu dalam waktu lama.[2]
  3. Saat tertimpa musibah dunia atau agama, besar atau pun kecil. Contoh musibah agama misalnya melupakan al-Quran, lemah dalam menjalankan sunnah.[3]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting