Bagian dari seri tentang
Gnostisisme

Gnostisisme Persia
Mandaeisme
Manikheisme

Gnostisisme Suriah-Mesir
Setian
Tomasin
Valentinian
Basilidean

Para Bapak Gnostisisme Kristen
Simon Magus
Cerinthus
Marsion
Valentinius

Gnostisisme Awal
Ofit
Keni
Karpokratian
Borborit

Gnostisisme Pertengahan
Bogomil
Kathar

Teks-teks Gnostik
Perpustakaan Nag Hammadi
Kisah perbuatan Tomas
Allogenes
1 Wahyu Yakobus
2 Wahyu Yakobus
Apokrifon Yohanes
Kitab-kitab Jeu
Percakapan Juruselamat
Wahyu Koptik Paulus
Injil Koptik orang Mesir
Injil Tomas
Injil Yudas
Injil Filipus
Injil Petrus
Injil Maria
Injil Kebenaran
Wahyu Gnostik Petrus
Marsanes
Diagram Ofit
Hikmat Iman
Hikmat Yesus Kristus
Pemikiran Norea
Trimorfik Protennoia
Zostrianos

Artikel terkait
Kekristenan Esoterik
Teosofi
Gnosis

Injil Yudas
Waktu sebelum 180, disebutkan oleh Irenaeus
Atribusi tidak diketahui
Lokasi El Minya, Mesir, dekat Beni Masar,
Sumber tidak ada kesepakatan akademik
Manuskrip Codex Tchacos, rujukan dalam tulisan-tulisan Kristen perdana
Khalayak orang Keni, sebuah sekte gnostik
Tema Yudas

Injil Yudas adalah nama sebuah tulisan kuno yang berisi tentang Yudas Iskariot.[1] Yudas Iskariot adalah seorang murid yang telah mengkhianati Yesus menurut catatan Alkitab.[1] Di dalam Injil Yudas, perspektif yang dipakai untuk melihat Yudas Iskariot amat berbeda dari yang selama ini dikenal dari Alkitab.[1] Di dalam Injil Yudas, perbuatan Yudas menyerahkan Yesus sehingga Yesus mati di kayu salib tidak dipandang negatif, melainkan justru amat positif.[1] Yudas bahkan dipandang sebagai murid yang terutama di antara murid-murid lainnya karena perbuatannya itu.[1] Perbedaan tersebut amat wajar sebab Injil Yudas merupakan tulisan dari kelompok Kristen Gnostik.[1] Pada awal perkembangan kekristenan abad ke-1 dan ke-2 M, aliran Gnostik merupakan salah satu lawan dari kekristenan.[1][2]

Halaman Pertama Injil Yudas di dalam Kodeks Tchacos (Halaman ke-33 dari Codex Tchacos)

Injil Yudas sebagai Injil Gnostik

sunting

Injil adalah nama salah satu genre sastra di dalam Alkitab.[3] Injil berkisah mengenai sosok Yesus dari perspektif tertentu, dan bukan merupakan biografi seperti yang dipahami orang-orang masa kini.[3] Apa yang dimuat di dalam Injil berfokus pada pengajaran, pekerjaan, serta sikap hidup Yesus, dan bukan menceritakan sejarah hidup Yesus.[3] dan di dalam Alkitab Kristen terdapat empat buah tulisan Injil, yaitu Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas, dan Injil Yohanes.[4]

Selain injil-injil yang terdapat di dalam Alkitab Kristen, masih ada tulisan-tulisan lain bergenre injil yang tidak masuk di dalam kanon.[5] Salah satu penyebab tulisan-tulisan tersebut tidak diakui sebagai Kitab Suci Kristen adalah isi pengajarannya yang dianggap berbeda dengan gereja yang ortodoks, dan salah satu aliran Kristen yang berbeda dan cukup kuat pada masa awal berkembangnya kekristenan adalah aliran Kristen Gnostik.[5] Beberapa tulisan bergenre injil yang termasuk aliran Gnostik selain Injil Yudas adalah Injil Petrus, Apokrifon Yohanes, dan Apokrifon Yakobus.[5] Kemudian bentuk tulisan Injil Yudas adalah perkataan-perkataan Yesus, dan bukan berupa narasi sebagaimana tulisan injil-injil dalam Alkitab Kristen.[5] Bentuk perkataan ini serupa dengan Injil Thomas yang berisi 114 perkataan Yesus.[5]

Injil Yudas telah beredar pada pertengahan abad ke-2 sebagai injil Gnostik, dan pada waktu itu dikenal di kalangan kekristenan. Bukti beredarnya Injil Yudas pada pertengahan abad ke-2 adalah adanya tulisan dari Irenaeus yang mengklasifikasikan Injil Yudas sebagai salah satu tulisan bidah Gnostik, melalui buku karangannya yang berjudul 'Melawan Kaum Bidah' (Adversus Haereses).[1][2][6] Buku ini ditulis tahun 180 M, dan berarti Injil Yudas telah ada sebelum masa itu, yaitu sekitar tahun 130 M hingga 170 M.[2] Irenaeus mengatakan bahwa sebagian orang

menyatakan bahwa Kain memperoleh keberadaannya dari Kuasa di atas dan mengakui bahwa Esau, Korah, orang-orang Sodom, serta orang-orang sejenis itu, terkait dengan mereka. Mereka menyatakan bahwa Yudas si pengkhianat sepenuhnya terhubung dengan semua ini, dan bahwa ia sendiri, yang mengetahui kebenaran ini lebih daripada yang lainnya, mencapai misteri pengkhianatan itu; dan olehnya segala sesuatu, baik di bumi maupun di dalam surga, dilemparkan ke dalam kekacauan. Mereka menghasilkan sebuah sejarah fiktif seperti ini yang mereka sebut sebagai "Injil Yudas".[7]

Penemuan Injil Yudas

sunting

Setelah diketahui beredar pada abad ke-2 M, Injil Yudas kemudian menghilang dan tidak pernah ditemukan bukti historisnya, sampai pada akhirnya ditemukan pada tahun 1978 di Mesir Tengah dan dipublikasikan pada tahun 2004.[1] Injil Yudas yang ditemukan tersebut ditulis dalam bahasa Koptik (bahasa Mesir kuno), sehingga diperkirakan sebagai salah satu versi dari Injil Yudas yang dikenal oleh Irenaeus.[6] Injil ini terdapat dalam sebuah gulungan papirus yang telah rusak berat, dan dinamakan sebagai Kodeks Tchacos.[1] Selain Injil Yudas, di dalam Kodeks Tchacos masih terdapat tiga tulisan Gnostik lain, yaitu 'Surat Petrus kepada Filipus', 'Yakobus', dan 'Kitab Allogenes'.[1]

Kodeks ini ditemukan di padang gurun dekat Al-Minya Mesir dan jatuh ke tangan seorang pedagang barang antik.[1] Setelah itu kodeks ini mengalami perjalanan selama 22 tahun dari Mesir, ke Eropa, kemudian ke Amerika Serikat, lalu kembali ke Mesir.[1] Karena cara merawatnya yang kurang tepat, kodeks ini mengalami kerusakan sehingga ada fragmen-fragmen yang hilang.[1] Pada tahun 2000, Frieda Tchacos Nussberger (namanya dijadikan nama kodeks tersebut) mendapatkan naskah tersebut dan akhirnya kodeks itu diakuisisi oleh Maecenas Foundation for Ancient Art, yang kemudian merekonstruksi naskah tersebut dan menerjemahkannya dengan bantuan beberapa ahli.[1]

Kodeks Tchacos ditemukan dalam keadaan terpecah-pecah, karena beberapa bagiannya hilang, dalam hal tertentu kata-katanya tersebar-sebar, dan dalam kasus lainnya beberapa barisan tulisannya hilang.[6] Menurut Rodolphe Kasser, kodeks ini aslinya terdiri atas 62 halaman, tetapi ketika tiba di pasar pada tahun 1999, hanya 26 halaman yang tersisa, sebagian karena beberapa halaman telah diangkat dan dijual.[1][6] Dari waktu ke waktu, halaman-halaman yang hilang ini muncul dan berhasil diidentifikasikan.[1][6]

Setelah dilakukan penelitian dengan teknik radiokarbon terhadap naskah Injil Yudas oleh Timothy Jull, ditemukan bahwa tahun penulisannya adalah di antara tahun 220 M dan 340 M.[6] Berdasarkan penelitian atas gaya penulisan kuno dan pemakaian bahasa Koptik atas Injil Yudas, Rodolphe Kasser berpendapat bahwa penulisan tulisan tersebut dapat lebih tua lagi.[6] Dengan demikian, para ahli sepakat menyatakan keaslian tulisan Injil Yudas sebagai salah satu versi dari Injil Yudas dalam bahasa Yunani yang dikenal oleh Irenaeus tahun 180 M, yang diterjemahkan beberapa puluh tahun kemudian di dalam bahasa Koptik.[1]

Isi Injil Yudas

sunting

Inti perbedaan antara injil-injil Kristen dengan injil-injil Gnostik adalah adanya kepercayaan kaum Gnostik bahwa jalan menuju keselamatan bukan melalui kepercayaan kepada penyaliban dan kebangkitan Yesus, melainkan melalui pengetahuan rahasia (dalam bahasa Yunani, gnosis berarti pengetahuan) yang diberikan Yesus kepada orang-orang tertentu, bukan kepada semua orang.[6] Pengetahuan rahasia itu mengungkapkan bagaimana orang dapat terbebas dari penjara tubuh jasmani dan kembali ke alam spiritual tempat asalnya.[6] Di sini terlihat adanya pandangan dualisme Gnostik yang melihat tubuh ragawi sebagai sesuatu yang buruk, fana, dan tidak berharga, yang dilawankan dengan jiwa rohani manusia sebagai yang baik, yang berasal dari Allah, dan bersifat kekal.[1]

Di dalam Injil Yudas, Yudas Iskariot adalah murid yang dipercaya Yesus dan diberikan pengetahuan rahasia tersebut, serta mendapatkan perintah dari Yesus untuk menyerahkan Yesus supaya disalibkan.[1] Murid-murid yang lain dipandang sebagai orang-orang yang salah memahami siapa Yesus, berbeda dengan Yudas yang mendapat pengetahuan rahasia dari Yesus tentang kefanaan raga dan kebakaan jiwa.[1] Melalui peristiwa penyaliban, Yesus dapat terbebas dari tubuh ragawi yang fana dan jiwanya dapat kembali ke alam spiritual yang kekal bersama Allah, dan hal itu dimungkinkan melalui peran Yudas, sang murid istimewa.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Indonesia)Rodolphe Kasser, et. al. 2006. The Gospel of Judas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. ^ a b c (Indonesia)James M. Robinson. 2006. The Secrets of Judas: Menafsir Ulang Peran Yudas. Jakarta: Ufuk Press.
  3. ^ a b c S. Wismoady Wahono. 1986. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  4. ^ C. Groenen. 1984. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
  5. ^ a b c d e (Inggris)Bart D. Ehrman. 2004. The New Testament: A Historical Introduction to the Early Christian Writings. New York, Oxford: Oxford University Press.
  6. ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Herbert Krosney. 2006. The Lost Gospel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  7. ^ Melawan Ajaran-ajaran Sesat I.31.1

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Rodolphe Kasser, et. al. 2006. The Gospel of Judas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • James M. Robinson. 2006. The Secrets of Judas: Menafsir Ulang Peran Yudas. Jakarta: Ufuk Press.
  • Herbert Krosney. 2006. The Lost Gospel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Gregory A. Page, Diary of Judas Iscariot of the Gospel According to Judas (1912, cetak ulang 1942, Kessinger Publishing)
  • Lars Gyllensten, Testament of Cain (1963 Bonnier, Stockholm, Sweden; terjemahan bahasa Inggris pada 1982, Persea)