Iki Palek (atau Iki Paleg, Niki Paleg) adalah tradisi Suku Dani memotong satu ruas jarinya sebagai bentuk kesetiaan terhadap orang terdekatnya yang meninggal. Pemotongan jari juga diartikan sebagai rasa sakit yang luar biasa. Ritual Iki Palek dilakukan oleh wanita saja. Jadi, ketika kerabat dekat, suami atau anak meninggal maka jari mereka akan dipotong. Untuk memotong ruas jari mereka menggunakan kapak atau pisau tradisional. Bahkan tak jarang mereka menggigit jari mereka sendiri hingga terputus. Jari diartikan sebagai simbol kerukunan, kesatuan dan kekuatan dalam diri manusia maupun keluarga [1]

Asal-Usul

sunting

Menurut anggota suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan. Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Bagian tubuh tersebut juga menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu bahasa, satu sejarah dan satu asal. Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”. Jika digabungkan, bentuk dan panjang jari memiliki kesatuan dan kekuatan untuk meringankan beban semua pekerjaan. Masing-masing jari bekerja sama sehingga tangan dapat berfungsi dengan sempurna. Jika kehilangan salah satunya, itu berarti kebersamaan dan kekuatan akan berkurang.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ "Ritual Iki Palek, Simbol Cinta Bagi Suku Dani di Papua". kumparan. Diakses tanggal 2020-02-29. 
  2. ^ "Iki Palek, Tradisi Potong Jari Sebagai Tanda Kehilangan dan Kesetiaan - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2020-02-29.