Gupi
Gupi | |
---|---|
Gupi jantan (kiri) dan betina (kanan) | |
Aman
| |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. reticulata
|
Nama binomial | |
Poecilia reticulata Peters, 1859
| |
Sinonim | |
Acanthocephalus guppii |
Gupi, ikan seribu, ikan cere, ikan celdung, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish,[1] di berbagai daerah lokal seperti gepi (Btw.), bungkreung, serewu, atau sarewu (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn.), dan lain-lain.
Pemerian
suntingGupi merupakan anggota suku Poecilidae yang berukuran kecil. Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari ukuran dan bentuk tubuhnya, maupun dari warnanya (dimorfisme seksual). Panjang total tubuh ikan betina antara 4–6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 2½–3membentuk pola seperti jala (reticulata = dengan pola jaring atau jala), dan perut gendut berwarna putih.
Ekologi dan reproduksi
suntingGupi adalah ikan yang sangat mudah berkembang biak.[2] Masa kehamilan ikan ini berkisar antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air yang paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F).
Alih-alih bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers). Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya. Menjelang saat-saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi dapat melahirkan burayak (anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran, tetapi kebanyakan antara 5–30 ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk gupi telah siap untuk dibuahi lagi.
Begitu keluar dari perut induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup sendiri. Berenang, mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-anak gupi ini umumnya akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan ikan-ikan lain yang lebih besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan segan-segan memangsa burayak yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila dipelihara di akuarium, anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan dewasa. Burayak-burayak ini, apabila selamat, akan mencapai kedewasaan pada umur satu atau dua bulan saja. Itulah sebabnya ikan ini dengan segera dapat melipat-gandakan jumlah anggota kelompoknya, sehingga dinamai juga ikan seribu.
Sirip dubur pada ikan jantan mengalami perubahan menjadi gonopodium, yang berfungsi untuk mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan betina.[3] Gupi betina memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma, sehingga dapat hamil berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor kunci keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk menyesuaikan hidup dengan pelbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan yang beragam. Analisis terhadap isi perut gupi yang hidup di Danau Buyan, Bali, menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di sana. Sementara gupi yang hidup di Danau Bratan dan Batur kebanyakan mengandalkan bahan-bahan organik yang berada di dasar danau.[4]
Gupi bahkan dapat hidup pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150% salinitas normal air laut[5]
Penyebaran
suntingSuwadakar adalah ikan asli Amerika Tengah dan Selatan, menyebar di Kep. Barbados, Trinidad dan Tobago, Guyana, Antillen Belanda, Kep. Virgin, Brazilia, dan Venezuela.[6] Melalui jalur perdagangan dan lain-lain, ikan ini telah dibawa ke berbagai tempat di semua benua di dunia kecuali Antartika, dan kemudian meliar di perairan-perairan bebas.
Gupi dimasukkan ke Indonesia sebagai ikan akuarium pada sekitar tahun 1920an, tetapi kemudian terlepas atau dilepaskan ke perairan bebas. Agaknya ikan ini semula diharapkan dapat membasmi larva nyamuk di alam untuk mengendalikan penyakit malaria, akan tetapi tidak berhasil. Ikan gupi di akuarium dapat mencapai panjang 60 mm, tetapi di alam kebanyakan hanya tumbuh hingga sekitar 35 mm saja; dan ukuran ini terlalu kecil untuk memangsa jentik-jentik nyamuk.[3]
Karena keperidiannya, gupi lekas membiak dan merambah aneka perairan bebas. Pada tahun 1929 tercatat bahwa ikan ini dapat ditemukan di hampir semua kolam dan parit di Jawa Barat.[3] Sekarang ikan ini telah meluas ke pelbagai tempat di Nusantara, dan mungkin telah menjadi ikan yang paling melimpah di Jawa dan Bali.[7]
Taksonomi
suntingIkan kecil ini semula ditemukan oleh Robert John Lechmere Guppy di Trinidad pada 1866. Albert C. L. G. Gunther belakangan pada tahun itu juga, menamai ikan ini dengan sebutan Girardinus guppii untuk menghormati sang penemu. Namun ternyata ikan ini telah dideskripsi terlebih dulu dengan nama sah Poecilia reticulata oleh Wilhelm Peters pada 1859, sehingga nama Girardinus guppii hanya mendapatkan status sebagai sinonim (junior synonym). Meski demikian, nama umum gupi (guppy) bagi ikan ini telah telanjur tenar dan digunakan di mana-mana.[8]
Kerabat dekat
suntingIkan seribu berkerabat dekat dengan ikan moli (Poecilia latipinna), ikan moli hitam (Poecilia sphenops), ikan ekor-pedang (Xiphophorus helleri), serta ikan platis (Xiphophorus maculatus).
Jenis Ikan Guppy Diarsipkan 2023-03-25 di Wayback Machine. yang dapat berkawin silang dengan beberapa jenis moli seperti P. latipinna dan P. velifera, yakni gupi jantan dengan moli betina. Namun anak hasil persilangan ini selalu berkelamin jantan dan cenderung mandul.[9] Sementara persilangan dengan Poecilia wingei dapat menghasilkan anak yang subur.
Referensi
sunting- ^ Eli Agbayani. "Common Names of Poecilia reticulata". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-04. Diakses tanggal 2007-04-24.
- ^ Guppy. Encyclopaedia Britannica. 2007. Encyclopaedia Britannica Online Diarsipkan 2008-05-13 di Wayback Machine.. Retrieved on 2007-05-07.
- ^ a b c Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 126-127.
- ^ Green, J., S.A. Corbett, E. Watts, and B.L. Oey. 1978. Ecological studies on Indonesian lakes: The montane lakes of Bali. J. Zool. 186:15-38
- ^ Chervinski, J. (1984) Salinity tolerance of the guppy, Poecilia reticulata Peters. Journal of Fish Biology 24: 449-452.
- ^ Eli Agbayani. "Countries where Poecilia reticulata is found". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-12. Diakses tanggal 2007-04-24.
- ^ Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja dan S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Prenhallindo – Jakarta. Hal. 439
- ^ Eli Agbayani. "Synonyms of Poecilia reticulata". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-12. Diakses tanggal 2007-04-24.
- ^ Ghadially, F. N. (1956-12-29). "A Localized Melanoma in a Hybrid Fish Lebistes x Mollienesia" (pdf). Cancer Research: 597–599. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2009-08-16. Diakses tanggal 2008-05-05.
Pranala luar
sunting- "Poecilia reticulata". Integrated Taxonomic Information System.
- "Poecilia reticulata". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. April 2004 version. N.p.: FishBase, 2004.
- Poecilia reticulata Diarsipkan 2009-05-02 di Wayback Machine. - Atlas Acuavida.com
- Club Live World. Diarsipkan 2010-01-30 di Wayback Machine. - Guppy's standards (400 photos Diarsipkan 2009-06-21 di Wayback Machine.)