Siluk merah

Jenis ikan Arwana
(Dialihkan dari Ikan arwana)

Arwana Asia (Scleropages formosus), atau Siluk Merah adalah salah satu spesies ikan air tawar dari Asia Tenggara. Arwana Asia memiliki badan yang panjang; sirip dubur yang terletak jauh di belakang badan. Ikan Arwana Asia adalah ikan bertulang dari keluarga Osteoglossidae, yang juga dikenal sebagai bonytongues.[1] Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia juga disebut "Ikan Naga" karena sering dikaitkan dengan naga dari Mitologi Tionghoa.

Arwana asia
Arwana super red
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Osteoglossiformes
Famili: Osteoglossidae
Genus: Scleropages
Spesies:
S. formosus
Nama binomial
Scleropages formosus
Müller and Schlegel, 1844

Arwana Asia adalah spesies asli sungai-sungai di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Selain Indonesia, Arwana Asia juga ditemukan di Malaysia, Thailand, Kamboja, dan beberapa bagian Myanmar [butuh rujukan].

Arwana Asia terdaftar dalam daftar spesies langka yang berstatus "terancam punah" oleh IUCN tahun 2004 [2]. Jumlah spesies ini menurun dikarenakan seringnya diperdagangkan karena nilainya yang tinggi sebagai ikan akuarium, terutama oleh orang-orang Asia.

Arwana termasuk jenis ikan purba yang hingga kini belum punah.[3] Banyak nama-nama yang melekat pada Ikan Arwana Asia, diantaranya ikan siluk, ikan kayangan, ikan kalikasi, dan ikan kelasa.[4]

Habitat

sunting

Ikan Siluk atau Arwana (Scleropages formosus), merupakan ikan yang tergolong langka di Indonesia dengan habitat asli Kalimantan dan Papua [butuh rujukan]. Ikan Arwana memiliki berbagai nama lokal seperti: Ikan Naga, Barramundi, Saratoga, Pla Tapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkeleso, dan Aruwana/Arowana. Ikan Arwana memiliki habitat sebagai tempat hidupnya yaitu pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis, di mana pohon-pohon tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas, menjadikannya habitat ikan Arwana berada, berkembang biak dan bersembunyi. Ikan Siluk atau Arwana termasuk surface feeder dengan pakan alami berupa mikrokrustasea, insekta, ikan kecil, krustasea, dan beberapa material tumbuhan.

  1. MERAH: Arwana merah berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut (black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasar yang lebih pekat. Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah. Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai(Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.
  2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG) Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui. CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.
  3. Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG). Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatra. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda. RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES. CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu). Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10–12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20–25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20–25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.
  4. Arwana Hijau Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakandan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.
  5. Banjar Merah Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip.
  6. RED SPOTTED PEARL VS JARDINI Arowana irian (jardini) ada 2 macam. Yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara merah. Jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas serta lebih sulit ditemui. Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau, mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Cross back dan golden red; red spotted pearl dan jardini adalah kerabat, dengan perbedaan lingkungan yang mempengaruhi performa. Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada red spotted pearl, mutiara merah bertaburan secara mencolok pada tubuhnya. Sedangkan pada arowana jardini di mutiara di badannya tidak semencolok arowana red spotted pearl dari australia. Harga jardini (mutiara merah,warna dasar hijau) 12–15 cm dijual dengan kisaran harga 60-80 ribu rupiah, sedangkan arowana red spotted pearl karena langka di Indonesia dihargai 1.3-1.5 juta rupiah. Arwana tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Tetapi sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat.

Ciri fisik

sunting
 
Ciri-ciri fisik ikan arwana

Secara morfologis (ciri-ciri fisik), badan dan kepala arwana agak padat.[5] Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip punggung.[5] Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuh arwana panjangnya antara 20–24 cm.[5] Bentuk mulutnya mengarah keatas dan mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah.[5] Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kukuh.[5] Giginya berjumlah 15-17.[5] Bagian insangnya dilengkapi dengan penutup insang.[5] Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor (caudal).[5] Sirip anusnya lebih panjang daripada sirip punggung (dorsal), hampir mencapai sirip perut (ventral).[5] Panjang arwana dewasa sangat variatif, antara 30–80 cm.[5] Bentuk badannya gepeng dan bersisik besar meliuk-liuk indah saat berenang di akuarium.[4] Ditambah tumbuhnya dua sungut di ujung bibir bawah membuat ikan ini mirip liong atau naga.[4] Karena itu, tidak mengherankan jika sebagian masyarakat menyebutnya dengan kimliong atau ikan naga emas.[4] Layaknya naga, arwana juga dianggap sebagai simbol keberhasilan, keperkasaan, dan kejayaan.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ (Inggris) Allen, G. R.; Midgley, S. H.; Allen, M. (2002). Field Guide to the Freshwater Fishes of Australia. Perth: Western Australia Museum. hlm. 56–58. ISBN 0-7307-5486-3. 
  2. ^ [1]
  3. ^ http://www.google.com/url?
  4. ^ a b c d e Emiliana, 2003. Arwna si Ikan Naga. Agromedia pustaka. Jakarta
  5. ^ a b c d e f g h i j Susanto, Heru. Arwana. Penebar Swadaya. Jakarta, 2001.

5. Satria, H.E.S., Kartamihardja, R.P., Prahoro, A., Rahman, A.A., Sentosa., dan Sukandi, U. 2013. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Populasi Ikan Arwana Irian (Scleropages jardinii) di Sungai Kumbe, Merauke, Papua. Laporan Teknis Pengembangan dan Penelitian. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. halaman 48

6. https://infokebun.wordpress.com/2008/06/11/budidaya-ikan-arwana/

7. Allen, G.R. 1991. Field Guide to the Freshwater Fishes of New Guinea Christensen Research Institute, Madang-Papua New Guinea. 286p.

8.Haryono dan Tjakrawidjaja, A.H. 2003. Bioekologi Ikan Siluk Irian (Scleropages jardinii) di Kabupaten Merauke, Propinsi Papua. Berita Biologi. Edisi Khusus Kebun Biologi Wamena dan Biodiversitas Papua. vol 6 no 3.