Ihromi
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Prof. Dr. Ihromi, M.A. (4 April 1928 – 25 September 2005) adalah seorang pendeta, teolog dan pakar Perjanjian Lama dan bahasa Ibrani Indonesia.
Ihromi yang pernah memegang berbagai jabatan di lingkungan gereja dan dunia pendidikan ini juga terkenal aktif dalam kegiatan dialog antar iman. Ihromi sendiri dilahirkan dalam sebuah keluarga Sunda yang beragama campuran: ayahnya beragama Islam, sementara ibunya beragama Kristen. Ihromi bersama enam saudaranya yang lain dari 13 bersaudara[butuh rujukan] memilih agama Kristen, sementara saudara-saudara kandungnya yang lain memilih agama Islam.
Meskipun berbeda agama, hubungan kekeluargaan mereka tetap erat. Pengalaman dalam kehidupan pribadinya ini dibawanya ke dalam masyarakat, yang membuat Ihromi peduli dan aktif dalam kegiatan dialog antar iman di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Masa kecil
suntingIhromi menempuh pendidikan dasarnya di sekolah Kristen, Christelijke Hollandsch Inlandsche School di Garut dan lulus pada 1942. Ketika masih di bangku sekolah dasar, teman-temannya menjulukinya "profesor", karena ia berkacamata dan gemar membaca.
Setelah selesai dengan sekolah dasar, ia ingin menjadi insinyur mesin, karena itulah ia masuk ke sekolah teknik di Bandung dan lulus pada 1945. Di sekolah ini ia sempat bertemu dengan Ali Sadikin yang mengambil jurusan bangunan, dan kelak menjadi gubernur DKI Jakarta. Setamatnya dari sekolah teknik, cita-citanya berubah; kini ia ingin menjadi dokter, sehingga ia pun melanjutkan ke SMA Perjuangan di Garut dan Sumedang, dan lulus pada 1948.
Belajar teologi dan sastra
suntingSelesai dari pendidikannya di bangku SMA, Ihromi bertemu dengan dr. Sanusi, ipar Bung Hatta, yang menganjurkannya masuk ke Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Ia pun mendaftarkan diri di sekolah itu dan lulus pada 1955. Tanpa diketahuinya, pada saat yang bersamaan, kakaknya, Habandi, juga mendaftarkan diri di sekolah yang sama, dan kelak sama-sama menjadi pendeta.
Setamatnya dari STT Jakarta, Ihromi melanjutkan studinya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Sastra Sunda dan Arab. Studinya ini tidak diselesaikannya, karena ia berhenti pada 1957. Pada 1959 ia berangkat ke Amerika Serikat untuk mendalami Sejarah dan Sastra Semit di Universitas Harvard, di Cambridge, Massachusetts.
Menikah dan studi lanjutan
suntingSelain Ihromi, pada tahun itu juga diberangkatkan sejumlah mahasiswa Indonesia lainnya untuk belajar di Amerika Serikat. Di antaranya adalah seorang temannya yang dijumpainya di GMKI, yaitu Omas, yang baru saja menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum UI dan dikirim untuk mendalami antropologi budaya di Universitas Cornell di Ithaca, New York.
Pada November tahun itu juga mereka berdua menikah di Rittman, Ohio. Dari pernikahan ini dilahirkan dua orang anak perempuan, yaitu Kurniati, seorang dokter dan Ade Satyawati yang menjadi insinyur.
Pada 1963 Ihromi meraih gelar Master of Arts dari Universitas Harvard. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang meraih keahlian dalam bahasa Ibrani di luar negeri.
Pada 1969, Ihromi memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studinya ke program doktoral dalam bidang Perjanjian Lama di Universitas Johannes Gutenberg, di Mainz, Jerman Barat, di bawah bimbingan Prof. Dr. Christoph Barth. Setelah tiga tahun ia berhasil meraih gelar Doktor Theologia dengan menulis disertasi tentang Kitab Zefanya, yang berjudul "Amm 'Ani Wadal nach dem Propheten Zefanja", dengan yudisium magna cum laude.
Pekerjaan dan aktivitas
suntingIhromi ditahbiskan sebagai pendeta Gereja Kristen Pasundan pada 18 April 1955. Ia juga menjadi dosen untuk mata kuliah Perjanjian Lama dan bahasa Ibrani di almamaternya, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Ia juga pernah menjabat sebagai rektor di sekolah itu untuk dua periode. Gelar profesor diperolehnya pada 1974 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia, karena ia menjadi Guru Besar Luar Biasa di Jurusan Sastra Semit di fakultas itu.
Aktivitasnya yang lain adalah menjabat sebagai sekretaris jenderal GMKI yang pertama, ketua Perhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia (1973-1978), Ketua Majelis Pendidikan Kristen di Indonesia (1980-1984), Wakil Ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia (1975-1983) dan anggota Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional.
Sebagai pendeta GKP Ihromi aktif memberikan kontribusi pemikiran melalui komisi teologi, badan kesejahteraan dan dalam pengembangan hubungan gereja dan lembaga ekumenis di luar negeri.
Di tingkat internasional, Ihromi beberapa kali pernah mewakili pihak Kristen di Indonesia dalam pertemuan dialog antar iman.
Akhir hayat
suntingIhromi meninggal dunia pada hari Minggu, 25 September 2005, setelah beberapa lama menderita menderita komplikasi akibat stroke. Anaknya yang kedua, Ade Satiawati telah mendahuluinya setahun sebelumnya.