Ibnul Qayyim al-Jauziyyah

ahli fiqih, ahli tafsir, ahli hadits, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam bermazhab Hambali
(Dialihkan dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

Muhammad bin Abi Bakar (محمد بن أبي بکر), bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi (الدمشقي), bergelar Abu Abdullah Syamsuddin (أبو عبد الله شمس الدین), atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim AlJauziyyah, dinamakan karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-Jauziyyah. Dalam Bahasa Arab namanya tertulis: شمس الدين محمد بن أبي كر بن أيوب ،ابن القيم الجوزية ابن القيم.

Muhammad
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Nama Ibnul Qayyim dalam kaligrafi Islam
GelarAl-Imam, Syamsuddin
Kun-yahAbu Abdillah
NamaMuhammad
Nasabbin Abi Bakr bin Sa'd az-Zar'i
Nisbahad-Dimashqi
Lahir691 H (1292/3 M)
Damaskus
Meninggal751 H (1349/50 M)
Damaskus
Dimakamkan diPekuburan Babul Saghir
Nama lainIbnul Qayyim
KebangsaanSyam (Palestina, Yordania dan Syria saat ini)
EtnisArab
ZamanAbad ke-7 Hijriyah
Wilayah aktifTimur Tengah
JabatanPengajar
FirkahSunni
Mazhab FikihHambali
Minat utamaAdab dan akhlak · hadis · fikih · akidah
Gagasan yang terkenalTazkiyatun Nufus
Karya yang terkenalZad al-Ma'ad, Madarijus Salikin
Alma materMadrasah al-Jauziyyah
Dipengaruhi  oleh
Mempengaruhi

Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 29 Januari 1292, dan meninggal pada 23 September 1350) adalah seorang imam suni, cendekiawan, dan ahli fikih yang hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fikih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli tafsir, ahli hadis, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.

Kelahiran dan Nasab

sunting

Nasabnya dari pihak ayah adalah Syamsuddin Abu 'Abdillah Muhammad bin Abubakar bin Ayyub bin Su'ad bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi, dan dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. Ia lahir pada tanggal 17 Safar 691 H.

Pendidikan

sunting

Ibnu Qayyim berguru ilmu hadis pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin Sulaiman; berguru tentang fikih kepada syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.

Dia belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena dia sangat berbakat dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar dari syekh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.

Belajar ilmu Ushul dari syekh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fikih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan syekh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.

Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor unta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena dia menentang adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.

Dia peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filsuf dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firkah Islamiyah.

Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadis, makna hadis, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.

Begitu pula, pengetahuan dia rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya ahli tasawuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.

Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid dia. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah:

  1. Anak dia sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
  2. Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
  3. Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
  4. Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
  5. Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi
  6. Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy
  7. Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy
  8. Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’i
  9. Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky
  10. Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i

Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh ra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli bid’ah) serta helat-helat (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.

Oleh sebab itulah dia rahimahullah mengajak kembali kepada mazhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama pewaris Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan batilnya mazhab taklid.

Kendatipun dia adalah pengikut mazhab Hambali, namun dia sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan mazhab-mazhab yang masyhur.

Akhir Hayat

sunting

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun. Ia dishalatkan di Masjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah. Ribuan pelayat berdesakan mengantar kepergian Ibnul Qayyim ke makamnya. Ibnul Qayyim dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.

Bibliografi

sunting
  • Ijtimā' al-Juyūsy al-Islāmiyyah 'ala al-Mu'aththilah wa al-Jahmiyyah
  • Ahkām Ahli adz-Dzimmah
  • I'lān al-Muwaqi'īn 'an Rabb al-'Ālamin
  • Ighātsatu al-Lahfān min Mashāyidi asy-Syaithān
  • Ighātsatu al-Lahfan fī Hukmi Thalāqi al-Ghadbān
  • Badāi' al-Fawā'id
  • At-Tibyān fī Aqsāmi al-Qur'ān
  • Tuhfatu al-Maudūd bi Ahkāmi al-Maulūd
  • Jalāu al-Afhām fī ash-Shālāti wa as-Salāmi 'ala khairi al-Anām
  • Al-Jawāb al-Kāfi liman sa ala 'an ad-Dawā asy-Syāfi au Ad-Dā wa ad-Dawā'
  • Hādi al-Arwāh ila bilādi al-Afrāh
  • Raudhatu al-Muhibīn wa Nuzhatu al-Musytāqqīn
  • Ar-Rūh
  • Zādu al-Ma'ād fī Hadyi Khairi al-'Ibād
  • Syifā'u al-'Alil fi Masā'ili al-Qadhā' wa al-Qadar wa al-Hikmatu wa at-Ta'līl
  • Ash-Shawā'iq al-Mursilah 'ala al-Jahmiyyah wa al-Mu'aththilah
  • Ath-Thibb an-Nabawī (Bagian dari Kitab Zādu al-Ma'ād)
  • Ath-Thuruq al-Hukmiyyah
  • 'Iddatu ash-Shābirīn wa Dzukhriyyaty asy-Syākirīn
  • Al-Farusiyah
  • Al-Fawā id
  • Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi an-Nahwi
  • Al-Kāfiyah asy-Syāfiyah fi al-Intishari lilfirqati an-Nājiyah
  • Al-Kalām 'ala mas'alati as-Simāi
  • Kitāb ash-Shalāti wa Ahkāmu Tārikuhā
  • Madāriju as-Sālikīn baina Manāzili Iyyāka Na'budu wa Iyyaka Nasta'īn
  • Miftāhu Dāri as-Sa'ādah wa Mansyur Wilāyati al-'Ilmi wa al-Irādah
  • Al-Manār al-Munīf fī ash-Shahīh wa adh-Dha'īf
  • Hidāyatu al-Hiyāri fī Ajwibati al-Yahūd wa an-Nashāra
  • Al-Wābil ash-Shayyib min al-Kalimi ath-Thayyib

Pranala luar

sunting