Hudoq
Hudoq adalah ritual tarian bertopeng yang melambangkan do'a permohonan/syukur agar mendapatkan hasil pertanian yang melimpah dan terhindar dari hama yang digelar oleh sub-etnis Dayak di provinsi Kalimantan Timur.[1] Tari Hudoq menggunakan topeng dan kostum, oleh sebab itu Hudoq termasuk golongan kesenian tari topeng.
Etimologi
suntingHudoq artinya menjelma, oleh karena itu memakai topeng burung melambangkan jelmaan burung.
- Menurut versi Suku Bahau sub Bahau Busang Hudoq merupakaan jelmaan dari roh yang menggunakan topeng agar bisa berhubungan dengan manusia. Menurut orang Bahau Busang manusia tidak bisa melihat langsung roh-roh tersebut, oleh karna itu para roh menggunakan topeng agar bisa berhubungan dengan manusia. Manusia akan parit dalam bahasa bahau yang artinya kualat atau tulah karna melihat roh tersebut secara langsung.
Kepercayaan
suntingMenurut kepercayaan tradisional orang Bahau yakni kepercayaan Bungan, Hudoq adalah lambang turunnya Para Dewa Dari Apau Lagaan (Apo Lagaan) yang di utus oleh Asung Luhung Inai Ayaq untuk memberikan kesuburan dan kemakmuran bagi masyarakat di Bumi. Dalam festival tersebut Hudoq dilambangkan oleh penari yang mengenakan topeng yang mewakili hama dan rompi yang terbuat dari pinang atau kulit kayu pohon pisang. Tarian selesai ketika dua manusia Hudoq keluar dan mengejar Hudoq hama. Durasi tari adalah 1-5 jam.
- Dalam versi Bahau sub Bahau Busang, tidak ada satu pun penjelasan bahwa roh-roh yang datang tersebut dan di representasikan menjadi Hudoq sebagai hama. Dalam versi mereka, semua hudoq yang menggunakan topeng khusus tersebut merupakan para roh dan dewa yang datang membawa keberkahan bagi para manusia ditempat para roh atau dewa datang atau di lokasi ritual tersebut dilaksanakan)
Menurut tradisi, festival hudoq diadakan setiap selesai menugal (menanam padi) di ladang September-Oktober setiap tahun. Maknanya, memohon berkat Tuhan agar padi yang ditanam nanti menghasilkan bulir yang berlipat-lipat hingga membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Secara turun-temurun, festival itu digelar berpindah-pindah dari desa ke desa lain setiap tahun.
Busana Penari Hudoq
suntingPenari hudoq Bahau dan Modang memakai topeng kayu berukir, gabungan antara citra hama tanaman dan satwa-satwa berbahaya.[2] Seluruh tubuh penari tertutup busana yang terbuat dari kulit pohon, dihiasi rumbai daun pisang, dan ada pula yang menggunakan daun kelapa.[3] Busana dilengkapi dengan topi berbulu dan tongkat kayu yang dipegang di tangan kanan. Tarian ini biasanya dilakukan oleh 11 penari, masing-masing memakai topeng berbeda, digelar di lapangan luas dan terbuka. Para penonton mengelilingi arena pertunjukkan.[2]
Gerakan Tarian Hudoq
suntingGerakan tangan dan kaki mendominasi tari hudoq. Badan penari tegak yang kemudian terus berputar pelan di setiap langkah. Tangan terayun ke atas setinggi bahu, diangkat setinggi-tingginya, lalu dijatuhkan menepuk paha.
Gerakan kaki berupa hentakan: dengan lutut perlahan ditekuk, kaki terangkat hingga 30 sampai 40 cm, kemudian dihentak kuat ke bawah untuk menghasilkan suara keras. Saat mengambil langkah, kaki yang terangkat menyilang di atas kaki tumpuan sehingga badan terayun ke kiri dan ke kanan. Suara hentakan kaki disusul oleh tepukan tangan ke paha membuat busana yang berjumpai itu berbunyi ‘whuss…’. Gerakan kepala tidak teratur, hanya berupa gerakan mengangguk. Jika topeng memiliki mulut yang bisa bergerak, setiap kepala tertunduk mulut topeng akan tertutup dengan berbunyi meletik.
Para penari bergerak dalam lingkaran, yakni bergerak dari satu sudut arena ke sudut arena yang lain sampai empat sudut tersentuh. Kembali ke tengah arena, para penari duduk bersila dalam baris panjang untuk pemanggilan roh, kepala mengangguk-angguk, dan siap jika sewaktu-waktu roh akan merasuki mereka. Saat hal tersebut terjadi, mereka berdiri, tubuh bergetar tanda kesurupan. Kemudian mereka kembali menari seperti semula. Akhirnya mereka kembali ke tengah, badan bergetar lagi, dan merekapun duduk. Itu berarti roh-roh telah meninggalkan tubuh mereka.
Jenis Topeng Hudoq
suntingTopeng hudoq suku Bahau sub Bahau Busang, yakni:[4]
- Hudoq Uling berbentuk atau menyerupai muka manusia dengan bibir tebal dan miring ke atas serta seakan-akan sedang berbicara dan bermata juling.
- Hudoq Urug Tingang adalah hudoq menyerupai burung enggang dengan bentuk hidung yang panjang.
- Hudoq Urung Bavui menyerupai mulut dan muka babi yang merupakan penjelmaan roh halus berbentuk hewan perusak tanaman.
- Hudoq Urung Hooq Waang dilukiskan berbentuk hidung anjing dan ditambah dengan ukiran magaaq atau naga dengan tugas sebagai ajudan ketua hudoq.
- Hudoq Urung Magaaq adalah hudoq yang digambarkan dengan bentuk kepala naga dengan banyak ukir-ukiran sehingga terlihat sangat bagus tetapi mengerikan.
- Hudoq Urung Inang Berang menggambarkan roman muka roh halus dengan bentuk muka bundar dan mata besar.
- Hudoq Urung Kuwau atau Hudoq Rooh digambarkan mirip bentuk wajah seorang perempuan sebagai penjelmaan roh seorang wanita sebagai Ratu.
- Hudoq Urung Pakau adalah gambaran dari roh halus dengan bentuk hidung besar dengan ukiran tambahan berupa inang berang.
Pelaksanaan Upacara
suntingPawang, yaitu pemimpin upacara, mulai dengan mengumumkan tujuan upacara, diikuti permohonan agar para roh memasuki para penari. Sesaji dipersiapkan, sementara pawang bememang (mengucapkan) mantra dihadapan para penari Hudoq yang telah berbusana lengkap. Sebelas penari duduk berbaris di tengah arena. Pawang menaburkan beras kuning ke kepala para penari sebagai tanda upacara dimulai. Satu demi satu para penari berdiri dan berjalan pelan sesuai dengan tempo musik.
Adapun musik pengiringnya adalah berupa gong dan tubun, yaitu sebuah gendang kecil yang dapat digenggam, dilapisi besisi (kulit kadal) pada salah satu sisinya dan diikat kuat dengan rotan. Kemudian para penari bergerak ke dalam lingkaran, tangan melambai, badan berayun, kaki menghentak, kemudian kembali ke tengah lingkaran dimana para roh akan merasuk, setelah itu mereka kembali menari. Saat itu pawang menyampaikan pesan kepada roh yang menguasai penari dengan mengucapkan mantra lagi, yakni mantra suci yang panjang. Maksud dari mantra tersebut adalah untuk meminta pada roh-roh agar menjaga tanaman mereka, menjauhkan hama yang membahayakan, dan melindungi penduduk desa.
Selanjutnya pawang mendekati para penari dan menghimbau para roh agar kembali ke asal masing-masing baik di hutan, gunung, empat penjuru angina, gua, atau tempat yang lain. Para penari kembali ke tengah arena dan disadarkan kembali oleh para pawang. Setelah melepas topeng dan busana, mereka bergabung dengan para penonton. Upacara pun berakhir. Namun, ada juga tata cara lain pelaksanaa upacara ini yang tidak seperti tertulis di atas. Adapun upacara tersebut akan selesai ketika dua penari bertopeng manusia (hudoq punan) tiba-tiba muncul dan memburu kesebelas penari ke luar desa, diikuti para hadirin. Upacara ini dapat berlangsung selama satu jam atau bahkan sampai sehari.
Pranala luar
suntingReferensi
sunting- ^ "Hudoq, Tarian Magis Pengusir Hama ala Suku Dayak Bahau", DetikCom
- ^ a b Kunang Helmi, dkk; Indonesian Haritage:Seni Pertunjukn, Jakarta: PT Widyadara, 2002, hal. 14.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-29. Diakses tanggal 2014-03-29.
- ^ Afrillia, Dian (26 Juli 2021). "Tari Hudoq, Tradisional Suku Dayak, Meminta dan Mensyukuri Hasil Panen Melimpah". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 17 Juli 2023.