Hikayat Raja-raja Pasai
Hikayat Raja-raja Pasai merupakan salah satu karya agung dalam sejarah bahasa dan sastra Indonesia yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik dengan menggunakan huruf jawi. Hikayat ini menceritakan tentang kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai, yang sekarang terletak di wilayah Aceh, Indonesia.
R.O. Winstedt memberikan pendapat bahwa Hikayat Raja-raja Pasai selesai ditulis pada abad ke-15, manakala Amin Sweeney berpendapat abad ke-14, dan A.H. Hill pula menyatakan hikayat ini selesai ditulis antara tahun 1383 M hingga 1390 M. Adapun Hooykaas memperkirakan Hikayat ini setidak-tidaknya ditulis sekitar tahun 1350 M.
Isi Hikayat Raja-raja Pasai Bagian 1
suntingDiantara isi dari Hikayat Raja-raja Pasai dalam bagian 1 ini ialah:
- Masuknya islam ke Negeri Pasai, yang dituliskan sebagai berikut:
Alkisah peri mengatakan cerita raja yang pertama masuk agama Islam ini Pasai; maka ada diceritakan oleh orang yang punya cerita ini . Negeri yang di bawah angin ini Pasailah yang pertama membawa iman akan Allah dan akan rasul Allah. Maka ada raja dua bersaudara Raja Ahmad dan Raja Muhammad. Adapun yang tua Raja Ahmad . Maka baginda kedua bersaudara itu hendak berbuat negeri di Samalanga.[1]
- Sejarah nama Samudera, yang dituliskan sebagai berikut:
Maka setelah itu diperbuatnya akan istananya, setelah makan Merah Silu pun duduklah ia di sana, segala hulubalangnya dan segala rakyatnya diam ia di sana. Maka dinamai oleh Merah Silu negeri itu Samudera artinya semut yang amat besar, di sanalah ia diam raja itu.[1]
- Mimpi Merah Silu bertemu Nabi Muhammad yang kemudian mengislamkannya. Merah Silu kemudian menjadi Sultan Pasai pertama dengan gelar Sultan Malikussaleh.[1]
Maka ujar Merah Silu '·Siapakah tuan hamba ini". Maka sahut suara dalam mimpi itu "Akulah nabi Muhammad rasulu'llahi sa!la'llahu "alaihi wa salam yang di Mekah itu''. Maka ditanggalkannya tangannya dari dagunya itu . Maka sabda rasulu'll ahi salla'llahu alaihi wa sallam akan Merah Silu itu. "Tunduklah engkau ke bawah". Maka tunduklah Merah Silu ke bawah, serta jaga ia daripada tidumya, maka dilihatnya yang di bawah sucilah. Maka katanya, "ashadu an la ilaha illa'llah wahdahu la sharika lahu. wa ashadu anna Muhammadar 'abduhu wa rasuluhu'.
Isi Hikayat Raja-raja Pasai Bagian 2
suntingDiantara isi dari Hikayat Raja-raja Pasai dalam bagian 2 ini ialah:
- Anak-anak Sultan Ahmad Perumadal Perumal yang tertulis dalam hikayat sebagai berikut:
Adapun anak Sultan Ahmad Perumadal Perumal yang bernama Tun M.d.m Peria dan Tun Tak iah Dara itu terlalu amat baik sangat parasnya, tiada ada samanya pada zamannya itu.[1]
- Kedatangan sebuah kapal dari Benua Keling yang tertulis dalam hikayat sebagai berikut:
Setelah beberapa lama antaranya, maka datanglah sebuah kapal dari Benua Keling terlalu amat besar. Shahadan dalam kapal itu ada empat orang, pendekar yang tiada berlawan dalam negerinya itu, dan ada seorang pendekar terlalu amat pandai lagi dengan perkasanya daripada sekalian temannya yang lain itu. Bermula datangnya itu hendak mencari Jawan ke Negeri Pasai. Setelah sampailah kapal itu ke labuhan Pasai, maka berlabuhlah ia di Teluk Teria itu, dan setelah itu, maka naiklah ia ke darat.[1]
- Kisah Tun Beraim Bapa, pada bagian 2 ini ada banyak kisah yang menceritakan tentang seorang tokoh bernama Tun Beraim Bapa, diantaranya ialah:
Maka Tun Beraim Bapa pun melompat ke kanan sekali dan ke kiri sekali serta perisai itu, lalu ghaib tiada kelihatan kiamnya pada tangannya kiri. Maka pedang itu pun diketarkannya lalu ghaib matanya tinggal ulunya pada tangannya kanan. Maka Tun Beraim Bapa pun lalu sujud menyembah sultan Ahmad dan segala gurunya pun sujud menyembah sultan Ahmad.[1]
Isi Hikayat Raja-raja Pasai Bagian 3
suntingDiantara isi dari Hikayat Raja-raja Pasai dalam bagian 3 ini ialah:
- Kisah Tuan Puteri Gemerencang yang sebagian dikisahkan sebagai berikut:
Alkisah, maka tersebutlah perkataan Tuan Puteri Gemerencang itu tiada bersuami, sebab ia bersuamikan daripada segala anak raja yang bijaksana dan perkasa. Maka Tuan Puteri itu menyuruhkan hulubalangnya yang bernama Tun Perpateh kepada segala negeri akan menuliskan rupa segala anak raja-raja yang pada segala negeri serta membawa kertas seperti dan dawat s.kuchi dan dalam seberkas.[1]
- Masuknya Majapahit Ke Samudera Pasai yang dituliskan sebagai berikut:
Maka sekalian laskar Majapahit pun masuklah ke dalam Kota Pasai lalu ke dalam istananya Sultan Ahmad itu. Maka terlalulah banyak mereka itu beroleh rampasan dan tawanan, tiada terkira-kira lagi banyaknya.[1]
- Penutupan Hikayat Raja-raja Pasai, yang berbunyi sebagai berikut:
Tamat Hikayat Raja-raja Pasai selamat sempurna yang membaca dia dan segala yang mendengarkan dia, istimewa yang menyuratkan dia dipeliharakan Allahu subhanahu wa ta 'ala apalah kiranya dari dunia datang ke akhirat baqa shafa'a Nabi Muhammad al mustafa sallallahu alaihi wa sallam. Tamat hari ithnain kepada hari duapul uh satu kepada bulan Muharram sanat tujuh hijratul nabi sangking kiai (hyayi) Suradimangga, bupati sapuh pu negeri Denmak Negeri Bogor, warsa 1742.[1]
Nama Negeri-Negeri Yang Disebut Dalam Hikayat Raja-raja Pasai
suntingDiantara nama-nama negeri yang disebut dalam Hikayat Raja-raja Pasai ialah:[1]
- Negeri Pasai, raja-raja Ahmad.
- Negeri di Balek Rimba.
- Negeri Samalanga.
- Negeri Bireuen.
- Negeri Simpang di Ulu Sungai.
- Negeri Buluh Telang Ratu Megat lskandar.
- Negeri Benua, raja namanya Sultan Malikul Nasar.
- Negeri Barus.
- Negeri Samudera Raja Silu.
- Negeri Ma'abri raja bernama Sultan Muhammad.
- Negeri Perlak raja bernama Sultan.
- Negeri Jambu Ayer.
- Negeri Rama Gandi.
- Negeri Tukas.
- Negeri Pekan ratunya bernama Tun Beraim (Bapa).
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- Perlawanan atas Hegemoni Jawa Artikel tentang hubungan Jawa-Luar Jawa menggunakan sumber-sumber hikayat lama, salah satunya Hikayat Raja-raja Pasai. Awalnya dimuat di harian Republika.
- (Inggris)Dispersing God's shadows: Reflections on the translation of Arabic political concepts into Malay and Indonesian
- (Inggris)Bibliografi di Malay Concordance Project