Hikayat Bacan
Hikayat Bacan adalah suatu karya sastra lama tentang berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Kepulauan Maluku, khususnya empat yang terbesar yaitu Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo.[1]
Hikayat ini dipublikasikan pertama kalinya pada tahun 1923 oleh W. Ph. Coolhaas dalam Tijdschrift van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap (jilid LXIII, terbitan kedua).[2] Hikayat ini telah diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul Kroniek van het Rijk Batjan, dengan teks dalam bahasa Belanda dan bahasa Bacan.[2] Walaupun tidak diketahui siapa penulis aslinya, Hikayat Bacan suntingan Coolhaas dianggap sebagai salah satu sumber terpenting mengenai sejarah Bacan dan kerajaan-kerajaan lain di sekelilingnya.[2]
Isi
suntingDalam hikayat ini disebutkan bahwa dahulu kala pulau-pulau Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan menyatu dalam satu semenanjung, yang dinamakan Tanah Gapi.[1] Tiap-tiap negeri tersebut oleh seorang Ambasoya, yaitu panggilan dalam bahasa Bacan yang setara dengan sebutan Datu atau Sangaji pada negeri-negeri Maluku lainnya.[1] Syahdan datanglah seseorang pendakwah dari tanah Arab yang bernama Jafar Sadek ke Tanah Gapi, yang mempunyai empat orang anak laki-laki dan empat anak perempuan.[1] Ketika mereka telah dewasa Jafar Sadek berdoa pada Tuhan agar mereka dijadikan raja di tempat yang berlain-lainan, dan setelah suatu malam yang gelap-gulita dengan guntur, kilat, hujan dan angin ribut, maka Tanah Gapi terpecah menjadi pulau-pulau.[1] Anak lelaki pertama kemudian menjadi raja di Makian, anak lelaki kedua di Jailolo, anak lelaki ketiga di Tidore, anak lelaki keempat di Ternate, sedangkan keempat anak perempuan pergi ke Banggai dan bermukim di sana.[1]
Catatan kaki
suntingReferensi
sunting- Amal, M. Adnan (2006). Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Ternate: Universitas Khairun. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-01-21. Diakses tanggal 2013-11-13.