Para (pohon)

(Dialihkan dari Hevea brasiliensis)

Para atau Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan. Setelah percobaan berkali-kali yang dilakukan oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan. Sekarang Asia merupakan sumber karet alami.

Para
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Hevea
Spesies:
H. brasiliensis
Nama binomial
Hevea brasiliensis

Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.

Morfologi Tanaman Karet

sunting

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea brasiliensis. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti: Amerika, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica family Moraceae.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi, besar dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3–20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3–10 cm. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul.

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji berkisar tiga dan enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.

Jarak Tanam

sunting
 
Getah Para

Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, di samping faktor-faktor yang lainya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:

  • Kerusakan mahkota tajuk oleh angin
  • Risiko penyakit menjadi lebih tinggi
  • Pertumbuhan dan diameter batang kerdil
  • Hasil getah kurang

Sehingga dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon.

Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakan vegetatif suatu tanaman. Sehingga, ciri-ciri dari tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet. Adapun bahan tanaman yang dianjurkan adalah: Klon GT1, PR 107, PR 228, PR 261, PR 300, PR 255, PR 303, AVROS 2037, BPMI.

Penyadapan

sunting

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang.

Hama dan Penyakit

sunting

Penyakit

sunting
  • Penyakit akar: penyakit akar putih, penyakit akar merah.
  • Penyakit batang: jamur upas, kanker bercak, busuk pangkal batang.
  • Penyakit bidang sadap: kanker garis, mouldy root, brown blast.
  • Penyakit daun: embun tepung, colletrichum,phytophtora, corynespora, helminthosporium.

Rujukan

sunting
  • Rosyid,Jahidin,Pola tanam perkebunan karet rakyat,Palembang: Balai Penelitian Sembawa. 1994.
  • www.pustakabogor.net
  • www.ptpix.co.id

Lihat pula

sunting
  1. ^ Fabriani, F.; Hills, R. (2020). "Hevea brasiliensis". The IUCN Red List of Threatened Species. hlm. e.T62003521A62003529. Diakses tanggal 28 October 2022.