Herry Wibowo (8 Juni 1943 – 9 Januari 2019) adalah seorang seniman asal Indonesia. Ia menempuh pendidikan seni di Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta, Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Akademi Seni Rupa Indonesia, dan Vrije Academie Den Haag dengan konsentrasi pada realisme dan surealisme. Karya seni yang dihasilkan oleh Herry Wibowo berupa komik setrip, sketsa dan seni grafis dengan ciri khas wajah berkarakter orang Indonesia. Komik setrip buatan Herry diterbitkan oleh beberapa surat kabar di Jawa Tengah dan Kota Yogyakarta. Sementara sketsa buatannya dijadikan ilustrasi oleh beberapa penulis cerita bergambar dan cerita bersambung.

Masa muda dan pendidikan

sunting

Herry Wibowo dilahirkan pada tanggal 8 Juni 1943 di Kota Semarang. Ia mulai menekuni penggambaran komik sejak masih bersekolah di tingkat sekolah menengah pertama. Komik-komik buatannya diterbitkan pada beberapa surat kabar di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada tahun yang sama, Herry Wibowo mengikuti pendidikan seni di Jurusan Seni Lukis, Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta.[1]

Herry Wibowo merupakan alumni dari Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Akademi Seni Rupa Indonesia di Kota Yogyakarta.[2] Pada periode 1975 hingga 1978, Herry mengikuti program pertukaran mahasiswa sehingga ia kuliah di Universitas Tokyo Gakugei.[1] Ia menamatkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia Akademi Seni Rupa Indonesia pada tahun 1978.[1] Pada tahun 1981, Herry melanjutkan kuliah di Vrije Academie Den Haag. Ia mempelajari tentang aliran seni rupa khususnya realisme dan surealisme.[1]

Komik setrip

sunting

Herry Wibowo mulai menggambar komik setrip secara serius sejak tahun 1960. Suara Merdeka menerbtikan komik buatannya di Kota Semarang. Komik ini diberi judul Roro Jongrang.[1] Pada dekade 1970-an, Herry Wibowo membuat komik setrip sambil kuliah. Komik buatannya yang berjudul Si Jelita dan Sang Kodok diterbitkan oleh surat kabar harian Kedaulatan Rakyat di Kota Yogyakarta dan dimuat dalam majalah Gatot Kaca. Kedaulatan Rakyat juga menerbitkan komik buatan Herry Wibowo yang berjudul Pengamen Bertopeng.[1]

Sketsa

sunting

Herry Wibowo dikenal ahli dalam membuat sketsa khususnya ilustrasi wajah dan karakter orang Indonesia. Penggambaran sketsa oleh Herry tidak meniru gaya komik buatan Amerika Serikat maupun Jepang. Sketsa yang dibuatnya menampilkan tubuh yang kekar dengan badan yang pendek dan muka oval sebagai ciri khas tampilan fisik orang Indonesia.[1] Pada dekade 1970-an, Herry Wibowo membuat ilustrasi untuk cerita bersambung yang diterbitkan oleh surat kabar harian di Kota Yogyakarta, yakni Kedaulatan Rakyat dan Bemas. Beberapa serial ini yakni Api di Bukit Menoreh, Nagasasra dan Sabukinten, Naga Geni, Mahesa Wulung, Kisah Perjuangan Nyi Ageng Serang, dan Bendhe Mataram.[3] Herry Wibowo membuat sketsa hingga abad ke-21 Masehi. Ilustrasi yang dibuatnya digunakan dalam beberapa cerita bergambar dan cerita bersambung buatan Singgih Hadi Mintardja, Herman Pratikto, dan Kho Ping Hoo.[1]

Seni grafis

sunting

Herry Wibowo memiliki keunikan tersendiri dalam pembuatan karya seni grafis.[4] Spesialisasi seni grafis Herry pada teknik cetak tinggi dengan teknik cukil kayu pada papan keras.[5]

Kematian

sunting

Herry Wibowo meninggal pada hari Rabu, tanggal 9 Januari 2019.[6]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d e f g h Dahlan 2012, hlm. 464.
  2. ^ Ardhiati, Y., dan Hasan, A. (2021). Dua Relief di Gedung Sarinah (PDF). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 148. ISBN 978-623-96418-0-1. 
  3. ^ Dahlan 2012, hlm. 464-465.
  4. ^ Sumartono, dkk. (2007). Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 3: Seni Rupa (PDF). Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. hlm. 107. 
  5. ^ Dahlan 2012, hlm. 465.
  6. ^ "Herry Wibowo". Galeri Nasional Indonesia. 

Daftar pustaka

sunting