Hermanus Jacob Pooroe

Drs. Hermanus Pooroe (18 Juni 1925 – 27 November 2005) memiliki nama lengkap Hermanus Jacob Pooroe adalah Bupati Maluku tenggara berkedudukan di Tual. Waktu itu hanya ada tiga kabupaten di Maluku yaitu kabupaten Maluku Utara yang sekarang jadi provinsi Maluku Utara , kabupaten Maluku Tengah di masohi dan kabupaten Maluku tenggara di Tual dengan wilayah cakupan nya mulai dari Kei turun ke Aru , Tanimbar sekarang Maluku Barat Daya yang saat ini sudah menjadi 4 kabupaten pemekaran dan satu kotamadya Tual

Hermanus Jacob Pooroe
Bupati Maluku Tenggara
Informasi pribadi
Lahir
Hermanus Jacob Pooroe

(1925-06-18)18 Juni 1925
Sumbawa, Indonesia
Meninggal27 November 2005(2005-11-27) (umur 79–80)
KewarganegaraanIndonesia
AnakRobert Peter Pooroe
Pekerjaan
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Peranan keluarga Pooroe

sunting

Trikora Pada tahun 1960 ketika operasi pembebasan Irian Barat dari Belanda dan sekutunya, Hermanus Jacob Pooroe adalah Bupati Maluku tenggara, Tual merupakan perbatasan terdepan dengan irian Barat waktu itu. Di zaman beliau jembatan pertama di Indonesia yang menyeberangi Pulau yaitu jembatan Watdek dibangun untuk memfasilitasi pergerakan alat-alat militer, perlengkapan militer yang dibutuhkan untuk penyerangan ke Irian Barat.

Jembatan ini dibuat dengan konstruksi kayu yang didatangkan dari petuanan Pooroe di Moa. Dari kayu jati milik keluarga Pooroe. Ketika itu di Tual belum ada Hotel, jadi semua petinggi militer mulai dari Jenderal Gatot Subroto, jenderal Soeharto, Jenderal Omar Dhani, Jenderal Ali Sadikin dan beberapa petinggi militer yang lain, bermarkas di rumah dinas Bupati Maluku Tenggara di Tual. dan Hermanus Pooroe selaku Bupati Maluku tenggara pada saat itu berperan penting dalam operasi pembebasan Irian Barat pada waktu itu.

Kotoe Maluku 1967

sunting

Kotoe Maluku adalah singkatan dari Komando Operasi Tertinggi Ekonomi Maluku. Pada waktu itu Hermanus Jacob Pooroe merupakan salah satu tokoh Kotoe yang berperan penting mendatangkan empat buah kapal, yaitu Ampera 1, Ampera 2, Ampera 3 dan Ampera 4 dan 2 buah Tug Boat. Ampera 1 didatangkan dari Jepang, Ampera 2, 3 dan 4 beserta 2 Tug boat dan sebuah galangan kapal besar yang dikenal dengan nama Dok Wayame didatangkan dari negeri Belanda. Itu adalah hasil kerja keras beliau mengumpulkan hasil bumi yaitu kopra mulai dari Maluku Utara waktu itu masih satu provinsi dengan provinsi Maluku sampai dengan hasil kopra di pulau-pulau Terselatan.

Dari kerja kerasnya, proyek Kotoe berhasil mendatangkan kapal-kapal yang melayani masyarakat Maluku di pulau-pulau terpencil dan sekaligus menghubungkan Maluku dengan Jawa dan profinsi² lainnya. Dok Wayame adalah kebanggaan Maluku karena putra-putri terbaik Maluku bisa berkarya membangun kapal-kapal di galangan kapal kebanggaan Maluku yaitu dok wayame. Tapi ketika beliau harus pindah ke Jakarta tahun 1972 mewakili gereja protestan Maluku di dewan gereja Indonesia, kapal-kapal tersebut di bawah bendera PT berdikari berangsur-angsur redup karena Miss management. Bahkan dok wayame yang merupakan kebanggaan masyarakat Maluku akhirnya diboyong ke Surabaya. Menurut doktor George Aditjondro salah seorang aktivis yang vokal di zaman Soeharto menyatakan bahwa cikal bakal dari PT PAL yang merupakan industri perkapalan terbesar saat ini di Indonesia adalah dok wayame.

Hermanus Jacob Pooroe di tahun 1970 pernah menjabat sebagai wakil ketua sinode gereja protestan Maluku. Pada saat itu ketua sinode adalah bapak Pdt.Tom Pattiasina dan sekretaris umum adalah bapak pendeta Pit Tanamal. Drs. Hermanus Jacob Pooroe meninggalkan buah tangan yaitu proyek Uraur yang merupakan proyek strategis dalam bidang pangan. Direktur dari proyek ini didatangkan dari negeri Belanda dan sempat tinggal cukup lama di seram yaitu di Uraur.

Hermanus Jacob Pooroe pernah menjabat sebagai Dekan fakultas sosial politik Universitas Pattimura di Ambon.

Herman Pooroe, paman dari Karen Pooroe, adalah tokoh pemekaran kabupaten Maluku Barat Daya. Robert Peter Pooroe ayah dari Karen Pooroe, pada tahun 2017 datang bersama-sama dengan dirjen perikanan dan kelautan, dan team JICA dari Jepang ke Moa Maluku Barat Daya. Dari hasil kunjungan itu berhasil ditandatangani bantuan berupa Grand sebesar 350 miliar rupiah untuk pembangunan kawasan perikanan terpadu di Moa. Di Kaiwatu, Moa sedang dibangun cold storage dan pabrik es oleh Roy Pooroe dan partner untuk memfasilitasi hasil tangkapan nelayan di Maluku Barat Daya.

Referensi

sunting