Herman Hendrawan atau kadang dikenal juga dengan nama samaran Sadli, lahir 27 Mei 1971, adalah aktivis mahasiswa yang hilang dalam era reformasi 1998[1]. Ia mahasiswa jurusan Ilmu Politik, Fakultas FISIP, Universitas Airlangga. Ia Hendrawan aktif di PRD, Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), dan SMID.[2]

Aktivisme

sunting

Herman Hendrawan, bersama rekannya yang kini masih hidup, Dandik, aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa. Ia lalu bergabung dengan PRD. Figurnya mulai menonjol saat mengikuti aksi bersama para aktivis mendukung PDI dan Megawati, merespon kejadian Kudatuli. pada 28 Juli 1996. Ia lalu ditarik menjadi pengurus pusat PRD. Setelahnya, Soeharto mencap PRD penjelmaan PKI dan dalang di balik Kudatuli. Akibatnya mereka terpaksa bersembunyi dan menyamarkan identitas untuk menghindari penculikan. Herman menggunakan nama samaran Sadli.[2][3]

Setelah terpilihnya kembali Soeharto pada bulan Maret 1998, Herman mengadakan konferensi pers pada tanggal 12 Maret 1998 di kantor YLBHI, di bawah nama Komite Nasional Perjuangan Demokrasi (KNPD). Setelah itu ia menghilang begitu saja, dengan semua kontak terputus.[4]

Dalam film

sunting

Profilnya, bersama Bima Petrus Anugerah, menjadi sosok yang dibahas dalam film "Yang Tak Pernah Hilang", yang dibuat oleh rekan-rekan seperjuangannya sebagai pengingat nasib orang-orang hilang pada era reformas 1998 yang hingga kini tidak pernah diselesaikan.[5][6]

Referensi

sunting