Hatzegopteryx

Jenis dari pterosaurus

Hatzegopteryx ("Sayap cekungan Hațeg") adalah anggota kelompok pterosaurus yang dikenal sebagai azhdarchidae. Nama ini berasal dari kata Persia "azhdar" yang secara kasar diterjemahkan menjadi "naga."[1]

Humerus kiri dari spesimen holotipe dalam tampilan ventral (A) dan distal (B).

Pemberian nama Hatzegopteryx pertama kali dilakukan pada tahun 2002 oleh seorang ahli paleontologi berkebangsaan Perancis, Eric Buffetaut[2] bersama kedua rekannya, ahli paleontologi dari Rumania, Grigorescu dan Zoltan Csiki.[3]

Hatzegopteryx
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Hatzegopteryx
Nama binomial
Hatzegopteryx
Buffetaut, 2002

Habitat & Ekologi

sunting

Hidup pada zaman Cretaceous (zaman kapur) akhir, di Pulau Hateg, sebelah Barat Transylvania (saat ini menjadi Rumania). Pulau Hateg pada masa prasejarah merupakan daratan subtropis dan menjadi pulau terpencil yang terisolasi oleh cekungan laut yang dalam, terpisah dari daratan Rumania. Transylvania menjadi rumah induk bagi para dinosaurus dan hewan-hewan raksasa menakjubkan lainnya. Di antara ke semua jenis hewan yang pernah hidup di masa mesozoikum di sana, satu di antara mereka yang paling mengerikan adalah Hatzegopteryx, kelompok pterosaurus dari golongan azhdarchidae yang merupakan hewan karnivora terbesar.[1] Hatzegopteryx menjadi monster predator raksasa yang menguasai tanah dan udara. Mereka mampu memangsa spesies dinosaurus lain. Berdasarkan temuan fosil di cekungan Pulau Hateg, Transylvania, (pulau yang merepresentasikan penamaan Hatzegopteryx pada tahun 2002) kelompok azhdarchidae ini hidup di zaman kapur sekitar 108-66 juta tahun yang lalu.[4]

Sejarah

sunting

Hatzegopteryx merupakan jenis pterosaurus raksasa, kelompok reptil terbang yang secara taksonomi, termasuk dalam keluarga azhdarchidae/ azdharchids (dibaca: az-dar-kid). Penamaan azhdarchidae merupakan modifikasi nama dari mitologi Iran bernama azdhar, memiliki arti seekor kadal besar bersayap di wilayah epos Persia. Hasil penemuan fosil pterosaurus mengindikasikan bahwa mereka adalah kelompok yang berbeda dengan dinosaurus namun hidup dan berevolusi di era yang sama (pernah hidup dan berkembang di bumi selama hampir 170 juta tahun, merupakan bagian dari zaman mesozoikum). Oleh masyarakat awam, seluruh kelompok pterosaurus disebut sebagai "pterodactyl"/pterodactylus antiquus (pterosaurus pertama yang ditemukan sekitar 200 tahun yang lalu di daratan Jerman), padahal spesies dari pterosaurus ada begitu banyak jenisnya, termasuk salah satunya adalah Hatzegopteryx.[4]

Hatzegopterix sejauh ini hanya diketahui dari beberapa fosil keping tengkorak, tulang ekstremitas parsial dan tulang leher.[4] Dari beberapa fragmen fosil yang ditemukan, awalnya, para peneliti menyimpulkan bahwa fosil temuan tersebut milik kelompok dinosaurus theropoda karena ukurannya yang begitu besar. Dari fosil tersebut akhirnya arkeolog dapat memproyeksikan ukuran pterosaurus Hatzegopteryx sebenarnya yang mampu menyaingi pterosaurus terbesar dari Texas, Quatzelcoatlus, dengan rentang sayap sekitar 40 kaki (12 meter) Dan panjang tulang tengkorak mencapai 10 kaki (3 meter).[1] Dilihat dari bentuk rahang serta ukuran raksasa Hatzegopteryx, mereka adalah hewan pemangsa darat. Pterosaurus ini lebih suka memangsa dinosaurus di permukaan tanah dengan ukuran yang lebih kecil dari ukuran mereka.[1] Spesies dari Hatzegopteryx yang sudah ditemukan adalah Hatzegopteryx thambana. Penamaan Hatzegopteryx diambil dari lokasi tempat fosil tulang-tulang spesies ini ditemukan dan dikumpulkan, yaitu di cekungan Hateg/Hateg Basin (Hat, eg), Transylvania. Kemudian ptyrex, berasal dari bahasa yunani (ἡ πτέρυξ, -υγος) memiliki arti sayap/bersayap/memiliki sayap. Nama khusus thambema juga berasal dari bahasa yunani (τό θάμβημα, -ήματος) yang berarti monster, hal ini merujuk pada ukuran raksasa dari spesies tersebut.[3] Uraian spesies Hatzegopteryx thembama ini dijelaskan atas dasar temuan fragmen palatal, tengkorak eksipital, dan humerus (tulang lengan atas) artikular proksimal. Humerus Hatzegopteryx menyerupai milik spesies Quetzalcoatlus, yang ditandai dengan deltopectoral melengkung yang panjang dan lembut. Ujung distal puncak deltopectoral tidak menunjukkan bentuk yang relatif bulat seperti pada Quetzalcoatlus.[5]

 
ilustrasi bentuk Hatzegopteryx

Karakteristik

sunting

Seperti pada kelompok pterosaurus lainnya, ciri-ciri yang dimiliki oleh pterosaurus dibanding hewan bersayap lainnya yang pernah hidup di bumi adalah terletak pada sayap mereka. Sayap burung dibentuk oleh modifikasi dari kaki depan yang merupakan tangan depan yang mengalami reduksi, sementara sayap pterosaurus dibentuk oleh jari-jarinya yang memanjang dengan ukuran jari kelingking lebih panjang dibanding lengan mereka). ini menjadikan mereka hewan dengan sayap terpanjang yang pernah ada. selain itu, sayap burung diisi oleh daging dan tertutup dengan bulu-bulunya, sedangkan sayap pterosaurus dibentuk oleh membran yang membentang di antara ujung jari yang memanjang hingga ke ujung kaki (seperti membran pada sayap kelelawar). dan juga, pada umumnya burung tidak memiliki gigi, sementara pterosaurus memiliki gigi-gigi yang tajam.[4] Keunikan lainnya yang dimiliki oleh Hatzegopteryx adalah dari cara mereka lepas landas untuk mengambil posisi mode terbang. Burung modern lepas landas dengan menggunakan kaki mereka yang melompat ke udara atau berlari. Anatomi pterosaurus mungkin telah menyebabkan mereka mengembangkan metode unik mereka sendiri. Sebagian arkeolog berpendapat bahwa mereka menggunakan kedua lengan bersayap yang kuat untuk meluncurkan diri ke udara sebelum mengepakkannya, penemuan metode penerbangan ini diistilahkan dengan 'peluncuran quadrupedal'. Ini berarti mereka tidak membawa beban tambahan di kaki mereka, seperti yang dialami oleh para spesies burung pada umumnya yang membatasi ukuran maksimum beban mereka.[4] Ciri-ciri lain yang dimiliki Hatzegopteryx adalah kepala memanjang yang menyerupai bangau, bentuk tubuh relatif kecil namun secara keseluruhan memiliki ukuran raksasa serta memiliki kemampuan untuk dapat terbang. Analisis tulang leher tunggal pada Hatzegopteryx oleh arkeolog Darren Naish dan Mark Witton, melalui identifikasi panjang leher berdasarkan ukuran tulang menyebutkan bahwa Hatzegopteryx memiliki ukuran leher yang lebih pendek. Analisis tersebut juga menyebutkan bahwa Hatzegopteryx memiliki otot kepala dan leher yang kuat yang mampu menikam dan menghantam mangsanya dalam satu kali serangan.[1]

Hingga saat ini, sejarah mencatat terdapat dua pterosaurus yang dikenal memiliki ukuran terbesar, yaitu spesies dari Quatzelcoatlus (ditemukan di Texas pada tahun 1970-an) dan spesies dari Hatzegopteryx, azharchid yang lebih besar serta leher lebih pendek yang diketahui keduanya mempunyai rentang sayap sekitar 32-36 kaki (9,74-10,98 meter) dan tinggi 18 kaki (5,49 meter) atau setara dengan tinggi jerapah besar. Meskipun baru-baru ini peneliti mengungkapkan temuan pterosaurus raksasa lainnya di kawasan gurun gobi, Mongolia yang ukurannya mampu menyaingi Hatzegopteryx.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Hatzegopteryx, Transylvania's dinosaur hunter". Earth Archives. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-14. Diakses tanggal 2020-02-06. 
  2. ^ "Hatzegopteryx - Facts and Pictures". Dinosaurs - Pictures and Facts (dalam bahasa Inggris). 2016-10-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-05. Diakses tanggal 2020-02-19. 
  3. ^ a b "Hatzegopteryx thambema". Carnivora (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-19. Diakses tanggal 2020-02-19. 
  4. ^ a b c d e Panciroli, Elsa (2017-02-08). "Giant winged Transylvanian predators could have eaten dinosaurs | Elsa Panciroli". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal 2020-02-13. 
  5. ^ Eric, Grigorescu, C. Sava, Buffetaut, Dan, Zoltan (April 2002). "A new giant pterosaur with a robust skull from the Latest Cretaceous of Romania" (PDF). Naturwissenschaften (89): 180–184. doi:10.1007/s00114-002-0307-1. 
  6. ^ "Ancient Winged Terror Was One of the Largest Animals to Fly". National Geographic News (dalam bahasa Inggris). 2017-10-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-14. Diakses tanggal 2020-02-16.