Haryono Suyono
Prof. Haryono Suyono, M.A., Ph.D. (lahir 6 Mei 1938) adalah Menko Kesra Kabinet Reformasi Pembangunan. Selain itu ia dikenal sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang terkenal dengan program Keluarga Berencana pada era Presiden Soeharto.
Haryono Suyono | |
---|---|
Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan Indonesia ke-9 | |
Masa jabatan 16 Maret 1998 – 20 Oktober 1999 | |
Presiden | Soeharto B. J. Habibie |
Ketua Umum Persatuan Wredatama Republik Indonesia | |
Masa jabatan 30 Januari 2011 – 21 Oktober 2021 | |
Pendahulu Ruchadi | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 6 Mei 1938 Pacitan, Jawa Timur, Hindia Belanda |
Suami/istri | Astuti Hasinah |
Anak | 4 |
Almamater | |
Pekerjaan |
|
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal
suntingHaryono dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 6 Mei 1938. Ia adalah putra dari Alimoeso dan istrinya Padmirah Alimoeso. Ayahnya bekerja sebagai guru SD yang berpindah-pindah dari satu desa pegunungan ke desa pegunungan lainnya di kawasan kabupaten Pacitan. Karena itu, Haryono semasa kecilnya banyak diasuh oleh ibunya dengan membuka warung kecil keperluan sehari-hari bagi keluarga sekitarnya dirumahnya di Pucang Sewu.
Selama revolusi 1945, Haryono yang masih kecil sekolah SD di desanya. Haryono kecil ikut mengungsi berpindah dari SD di desanya ke SD di desa pengungsian. Namun dia tetap bersekolah dan bergaul dengan anak-anak desa perjuangan tersebut. Selama masa itu Haryono sempat naik kelas dua kali dalam satu tahun pelajaran karena dianggap menonjol dikalangan teman- temannya. Haryono menamatkan SD di Pacitan itu pada tahun 1951.
Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tingkat SD, Haryono melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Yogyakarta, yaitu pada SMP Negeri IV dan SMA IV B Negeri. Selama sekolah SMA Negeri IV B di Yogyakarta Haryono sangat aktif dalam lingkungan penerbitan majalah sekolah dan selama tiga tahun berturut-turut menjadi pimpinan redaksi dari majalah Gelora sekolah tersebut. Pengalaman itulah yang membuat Haryono mumpuni di bidang jurnalistik.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1954, dan SMA IVB Negeri pada tahun 1957, selama dua tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Ia merupakan rekan dekat mantan Gubernur Kalimantan Selatan Gusti Hasan Aman, yang waktu itu adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Gajah Mada. Karena ada sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidak sanggup meneruskan pendidikannya di Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan kuliah sebagai mahasiswa ikatan dinas pada Akademi llmu Statistik (AIS) Jakarta, suatu Akademi Kedinasan di bawah naungan Biro Pusat Statistik di Jakarta. Pada pendidikannya kali ini ia bekerja sampingan sebagai sopir oplet. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dengan baik dalam waktu tiga tahun.
Karier
suntingSetelah tamat AIS pada tahun 1963 Haryono ditunjuk menjadi Asisten dari Direktur AlS. Segera setelah itu (1965) maka Haryono bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) sebagai Wakil Kanwil Kantor Sensus dan Statistik Provinsi DKI Jakarta, suatu jabatan yang sebenarnya masih sangat jauh dari golongan pangkat yang dimilikinya. Pada tahun berikutnya Haryono dipercaya sebagai Pjs. Kanwil Kantor Sensus dan Statistik DKI tersebut. Haryono tidak lama menjabat pada posisi itu karena segera ditarik untuk memimpin suatu bagian baru, Bagian Konsultasi dan Humas Kantor Biro Pusat Statistik di kantor pusat.
Pada jabatan inilah Haryono menyebarluaskan kesadaran statistik di berbagai departemen dan Instansi pemerintah dan menggerakkan para wartawan untuk mengulas hasil-hasil survei termasuk survei sembilan bahan pokok yang dilakukan setiap minggu oleh BPS. Pada saat itu pula Indonesia sedang giat-giatnya berusaha menurunkan angka inflasi yang sangat tinggi sehingga Haryono setiap minggu mondar-mandir ke Jalan Medan Merdeka Barat 15 untuk mengirimkan laporan kepada Mensekneg Sudharmono pada waktu itu untuk keperluan Sidang Kabinet. Pernah terjadi pada suatu ketika, sewaktu Menteri Sekretaris Negara masih dipegang oleh Alamsyah Ratu Perwiranegara, perubahan inflasi cukup ruwet, sehingga Haryono ditahan untuk duduk di pojok selama ia menerangkan angka-angka tersebut, jaga-jaga kalau ada kemacetan dalam penjelasannya.
Setelah bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1963-1969 mulai bulan Mei 1969 Haryono mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di Amerika Serikat. Di negara Amerika di mana banyak yang kesulitan mengucapkan nama Haryono, ia lalu lebih akrab dipanggil dengan nama Mr. Hary
Setelah kembali ke tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan merangkap juga pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akhirnya Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Presiden Soeharto (waktu itu) untuk menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983. Sepuluh tahun berikutnya pada tahun 1993 Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan V. Pada kabinet terakhir Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan VII, dia masih dipercaya oleh pemerintrah dan diangkat sebagai Menko Kesra dan Taskin selakigus merangkap Kepala BKKBN. Dalam alam reformasi yang mana terjadi pergantian pucuk pimpinan pemerintahan yaitu dari Presiden Soeharto kepada Presiden BJ Habibie, Haryono masih dipercaya oleh pemerintah dan bahkan diberi kepercayaan yang sangat tinggi oleh Presiden BJ Babibie untuk menduduki jabatan strategis yaitu Menko Kesra dan Taskin pada Kabinet Reformasi Pembangunan.
Ia juga dikenal sebagai konseptor posyandu yang awalnya merupakan tempat konsultasi KB (Pos KB).[1]
Pernikahan
suntingSegera setelah menyelesaikan pendidikan pada Akademi llmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal 30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis Betawi Astuti Hasinah dan kemudian dikaruniai empat orang anak, yakni:
- Ria Indrastuti (lahir 1964)
- Dewi Pujiastuti(lahir 1965)
- Fajar Wiryono (lahir 1967)
- Rina Mardiana (lahir 1968)
Dengan empat orang anak tersebut kadang-kadang Haryono disangka tidak melaksanakan program KB, padahal anaknya yang terkecil dilahirkan dua tahun sebeIum program KB resmi dimulai pada tahun 1970.
Penghargaan
sunting- Indonesia :
- Bintang Republik Indonesia Utama (6 Agustus 1998)[2]
- Bintang Mahaputera Adipradana (30 Juli 1996)[3]
- Bintang Mahaputera Utama (27 Juli 1982)[4]
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Situs resmi Haryono Suyono Diarsipkan 2023-06-10 di Wayback Machine.
- (Indonesia) "Tokoh Kependudukan Dunia" Bio Haryono Suyono di Ensiklopedi Tokoh Indonesia Diarsipkan 2013-10-24 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Biografi @ Tokoh-Indonesia.com Diarsipkan 2008-03-01 di Wayback Machine.
- ^ Tirta, Tyson. "Haryono Suyono, Si Pengawal Keluarga Berencana & Pencetus Posyandu". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-23. Diakses tanggal 2021-09-30.
- ^ "Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Tahun 1959–sekarang" (PDF). Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 7 Januari 2020. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-07-29. Diakses tanggal 12 Agustus 2021.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-08-05. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Azwar Anas |
Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan 1998—1999 |
Diteruskan oleh: Hamzah Haz |