Hariharalaya
Hariharalaya (bahasa Khmer: ហរិហរាល័យ , Hariharalay) adalah sebuah kota kuno yang pernah menjadi ibu kota Kemaharajaan Khmer yang terletak dekat Siem Reap, Kamboja, di kawasan yang kini disebut situs Roluos (Khmer: រលួស). Kini, bangunan yang tersisa dari kota ini adalah reruntuhan beberapa candi kerajaan, yaitu: candi Preah Ko, Bakong, dan Lolei.[1] [2]
ហរិហរាល័យ | |
Nama alternatif | Roluos |
---|---|
Lokasi | Siem Reap, Kamboja |
Wilayah | Southeast Asia |
Koordinat | 13°20′N 103°58′E / 13.333°N 103.967°E |
Jenis | Archaeological site |
Sejarah | |
Pendiri | Jayawarman II |
Bahan | batu pasir, laterit, bata |
Didirikan | Abad ke-9 M |
Periode | Periode Pertengahan |
Catatan situs | |
Kondisi | reruntuhan |
Akses umum | Ya |
Etimologi
suntingNama "Hariharalaya" berasal dari nama Harihara, salah satu dewa Hindu terkemuka di Kamboja pra-Angkor. Nama "Harihara" pada gilirannya merupakan gabungan dari "Hari" (salah satu julukan Wisnu yang tercatat di Wisnu Sahasranama ) dan "Hara" (yang berarti dewa Siwa). Maka Harihara adalah dewa Hindu wujud perpaduan antara dewa Wisnu dan dewa Siwa.
Seni rupa Kamboja menggambarkan dewa Harihara sebagai dewa laki-laki, yang pada satu sisinya mengenakan ciri, laksana, atau atribut Wisnu, sementara sisi lainnya mengenakan laksana Siwa. Misalnya, pada bagian kepala dewa mengenakan mahkota tipe mitra (ciri khas Wisnu) pada satu sisinya, dan di sisi lain menampilkan gelung rambut yang bergelombang (ciri khas Siwa). Istilah "alaya" adalah kosakata Sanskerta yang bermakna "dasar," atau "rumah", jadi Hariharalaya adalah rumah Harihara, atau rumah dewa yang merupakan gabungan Hari (Wisnu) dan Hara (Siwa).
Sejarah
suntingMenjelang akhir abad ke-8 M, seorang raja Kamboja yang bernama Jayawarman II menaklukkan wilayah yang cukup luas di sekitar danau besar Tonle Sap. Setidaknya dalam kurun waktu itu, ia sempat mendirikan ibu kotanya di Hariharalaya.[3][4] Akan tetapi, ketika ia pertama kali memproklamasikan dirinya sebagai chakrawartin; atau raja sejagad, di kerajaan itu pada tahun 802 M, ia tidak melakukan upacaranya di Hariharalaya, tetapi di Mahendraparvata, yang terletak di dataran tinggi Phnom Kulen. Pada waktu kemudian, ia memindahkan ibu kotanya ke Hariharalaya, tempat ia bertakhta sampai akhir hayatnya, wafat pada tahun 835.[5]
Jayawarman II digantikan oleh Jayawarman III, dan kemudian takhta diwariskan kepada Indrawarman I. Indrawarman I berjasa atas rampungnya candi gunung kerajaan yang kini dikenal sebagai candi Bakong, dan pembangunan baray (kolam besar) Indratataka.[4] Pada tahun 881 Indrawarman I menyucikan simbol agama kerajaan, yaitu sebuah linga yang dijuluki Sri Indreswara (nama itu adalah kombinasi dari nama raja dengan nama Siwa). Indrawarman I juga membangun candi yang jauh lebih kecil yang kini dikenal sebagai candi Preah Ko ("Sapi Suci"), yang diresmikan pada tahun 880.
Pada tahun 889, Indrawarman I digantikan oleh putranya, Yasowarman I, yang membangun candi Lolei (nama ini mungkin merupakan korupsi dari nama aslinya "Hariharalaya") di sebuah pulau buatan di tengah kolam besar Indratataka.[6] Yasovarman juga mendirikan kota baru di situs Angkor Thom yang terletak di sebelah utara Siem Reap kini, dan menamai kota baru ini Yasodharapura. Yasowarman menjadikan kota baru ini sebagai ibu kotanya, dan membangun candi gunung bangunan agung kerajaan yang baru, yang dikenal sebagai candi Bakheng. Kota Yasodharapura akan bertahan sebagai ibu kota Kemaharajaan Khmer sampai tahun 1170-an ketika kota ini runtuh diserbu penjajah dari Champa .[7]
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- Freeman, Michael dan Jacques, Claude. Angkor kuno . Buku Sungai. 2006 ISBN 974-8225-27-5 .
- Falser, Michael. Kuil Pra-Angkorian dari Preah Ko. Buku Sumber Sejarah, Konstruksi dan Ornamen Gaya Preah Ko . Publikasi Lotos Putih. Bangkok 2006. (200 halaman, ISBN 974-480-085-2 )
Catatan kaki
sunting- ^ Higham, C., 2001, The Civilization of Angkor, London: Weidenfeld & Nicolson, ISBN 9781842125847
- ^ Higham, C., 2014, Early Mainland Southeast Asia, Bangkok: River Books Co., Ltd., ISBN 9786167339443
- ^ O'Reilly, Dougald J.W. Early Civilizations of Southeast Asia. Rowman & Littlefield Pub Inc. 2006. ISBN 978-0-7591-0279-8. pp.123-124
- ^ a b Coèdes, George (edited by Walter F. Vella; translated by Susan Brown Cowing). The Indianized states of Southeast Asia. University of Hawai`i Press. 1986. ISBN 978-0-8248-0368-1. p.110ff
- ^ Freeman and Jacques, p.9.
- ^ The reason for its offset towards the north seems to be that Indravarman closed off hastily the north side while preparing to move the capital to Angkor site, as in Freeman and Jacques, p.202
- ^ Freeman and Jacques, p.9ff.