A Christmas Carol

(Dialihkan dari Hantu Natal Masa Depan)

A Christmas Carol. In Prose. Being a Ghost Story of Christmas atau yang lebih dikenal dengan A Christmas Carol, merupakan novela yang dikarang oleh Charles Dickens. Edisi pertama novela ini diterbitkan oleh Chapman & Hall di London dan diilustrasikan oleh John Leech. A Christmas Carol mengisahkan cerita mengenai Ebenezer Scrooge, seorang kikir yang dikunjungi oleh hantu dari mantan mitra bisnisnya, Jacob Marley dan roh-roh Hantu Natal Masa Lalu, Hantu Natal Masa Sekarang dan Hantu Natal Akan Datang. Setelah dikunjungi hantu tersebut, Ebenezer berubah menjadi orang yang baik dan lemah lembut.

A Christmas Carol
Sampul novela berwarna cokelat bertuliskan "A Christmas Carol by Charles Dickens" menggunakan tinta emas.
Sampul edisi pertama (1843)
PengarangCharles Dickens
Judul asliA Christmas Carol. In Prose. Being a Ghost Story of Christmas.
IlustratorJohn Leech
NegaraInggris
Diterbitkan19 Desember 1843
PenerbitChapman & Hall
TeksA Christmas Carol di Wikisource

Charles menulis A Christmas Carlos selama periode ketika Inggris mempelajari dan meninjau ulang tradisi Natal masa lalu, termasuk kidung Natal dan kebiasaan baru seperti pohon Natal. Charles terilhami oleh pengalaman masa mudanya dan cerita tentang Natal karya penulis lain termasuk Washington Irving dan Douglas Jerrold. Charles telah menulis tiga cerita Natal sebelum menulis novela ini dan terilhami selepas lawatan ke Field Lane Ragged School, satu di antara beberapa tempat yang dibangun bagi anak-anak jalanan di London. Perlakuan terhadap orang miskin dan kemampuan orang yang egois untuk bertobat dengan berubah menjadi karakter yang lebih bersimpati adalah tema utama cerita ini. Ada beberapa perdebatan terkait apakah karya ini merupakan karya yang sepenuhnya sekuler atau merupakan alegori Kristen.

Novela ini diterbitkan pada 19 Desember 1843. Edisi pertamanya langsung laris manis pada malam Natal, menyebabkan novel ini dicetak ulang sebanyak 13 kali pada akhir tahun berikutnya. Novela ini mendapatkan penilaian positif dari para kritikus. Pada Januari 1844, cerita ini disalin secara ilegal. Charles pun mengambil langkah hukum terhadap penerbit-penerbit yang kemudian mengalami pailit. Ini menyebabkan keuntungan Charles berkurang dari penerbitan novela ini. Charles melanjutkan menulis empat cerita Natal lainnya pada tahun berikutnya. Pada 1849, ia memulai pembacaan publik terhadap cerita tersebut yang membuatnya meraih kesuksesan kala ia mengadakan 127 pertunjukan lanjutan sampai 1870 yang menjadi tahun kematiannya. Novela ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Cerita ini diadaptasi dalam banyak film, sandiwara panggung, opera dan media lainnya.

A Christmas Carol menangkap zeitgeist dari kebangkitan pertengahan era Victoria pada hari raya Natal. Charles menyetujui karyanya mendapatkan pengaruh dari pengamatan Perayaan Natal Barat modern sekaligus inspirasi dari beberapa aspek Natal, seperti pertemuan keluarga, makanan dan minuman musiman, menari, permainan dan semangat kemurahan hati yang besar.

Alur cerita

sunting
 
"Marley's Ghost", ilustrasi asli oleh John Leech dari edisi 1843

Novel ini dibagi menjadi lima bab, yang Charles sebut sebagai "paranada".

Paranada pertama

sunting

A Christmas Carol bermula pada Malam Natal yang suram dan dingin di London, tujuh tahun selepas kematian mitra bisnis Ebenezer Scrooge, Jacob Marley. Ebenezer, seorang kikir yang sudah berumur, tidak menyukai Natal dan menolak jemputan makan malam dari keponakannya Fred, anak dari Fan (saudara perempuan Ebenezer yang sudah meninggal). Dia mengusir dua orang yang meminta sumbangan darinya untuk memberikan makanan dan kehangatan bagi orang miskin . Dia terpaksa membiarkan pegawainya yang terlalu banyak bekerja dan bergaji rendah, Bob Cratchit, libur pada Hari Natal dengan bayaran hanya untuk mengikuti kebiasaan sosial yang sudah ada.

Malam itu juga rumah Ebenezer didatangi oleh hantu Jacob yang mengembara di Bumi. Hantu Jacob dililit rantai yang berat dan kotak uang yang ditempa selama keserakahan dan keegoisan seumur hidupnya. Jacob mengingatkan Ebenezer bahwa dia memiliki sekali peluang untuk menghindari nasib sama, yaitu Ebenezer akan didatangi oleh tiga roh dan harus mendengarkan ucapan ketiga roh itu atau dikutuk harus memanggul banyak rantai yang lebih berat di tubuhnya.

Paranada kedua

sunting

Roh pertama, Hantu Natal Masa Lalu, menunjukkan Ebenezer adegan kehidupan Natal pada masa kecil Ebenezer. Ebenezer teringat dengan sebuah masa ketika dia terlihat lebih lugu. Adegan ini menampilkan kehidupan masa kecil Ebenezer yang kesepian di sekolah asrama, hubungannya dengan saudara perempuannnya, Fan yang ia kasihi, dan sebuah pesta Natal yang diselenggarakan oleh majikan pertamanya Tuan Fezziwig yang memperlakukannya seperti anak kecil. Tunangan Ebenezer, Belle, yang diabaikan olehnya, ditampilkan mengakhiri hubungan mereka karena Belle menyadari Ebenezer tidak akan pernah mencintai dirinya sama halnya dengan mencintai hartanya. Pada akhirnya, Ebenezer dan Hantu Natal Masa Lalu melawat Belle yang kini sudah menikah dan memiliki keluarga besar yang bahagia di Malam Natal ketika Jacob meninggal. Ebenezer yang kesal dengan penjelasan Belle perihal dirinya yang sudah berubah meminta Hantu Natal Masa Lalu untuk meninggalkan rumah itu.

Paranada ketiga

sunting

Roh kedua, Hantu Natal Masa Sekarang, membawa Ebenezer ke pasar yang penuh dengan keceriaan dengan orang-orang di sana yang membeli segala sesuatu untuk makan malam Natal. Mereka juga merayakan Natal di pondok penambang dan mercusuar dan mengunjungi pesta Natal Fred. Sebagian besar paranada ini diisi dengan pesta keluarga Bob Cratchit dan Bob memperkenalkan putra bungsunya, Tiny Tim, seorang anak yang bahagia yang kini terserang penyakit parah. Hantu Natal Masa Sekarang memberi tahu Ebenezer bahwa Tiny Tim akan wafat kecuali jika jalan peristiwa berubah. Sebelum menghilang, Hantu Natal Masa Sekarang menunjukkan dua anak yang menyeramkan dan kurus bernama Ignorance and Want.

Paranada keempat

sunting
 
Scrooge dan Bob Cratchit merayakan Natal dalam sebuah ilustrasi dari paranada kelima edisi 1843.

Roh ketiga, Hantu Natal yang Belum Datang, memaparkan Hari Natal pada masa depan kepada Ebenezer. Hantu yang bisu itu mengungkapkan adegan yang melibatkan seorang pria yang tidak disukai yang pemakamannya dihadiri oleh pebisnis setempat hanya jika disediakan makan siang. Pelayan tokonya, pencuci baju, dan pengelola pemakaman mencuri harta bendanya untuk dijual kepada penadah. Ketika Ebenezer meminta hantu tersebut untuk menampilkan seseorang yang merasakan emosi atas kematiannya, dia hanya diberi kesenangan dari sebuah pasangan miskin yang bersuka cita bahwa kematiannya memberi mereka lebih banyak waktu untuk mengatur keuangan mereka. Ketika Ebenezer meminta untuk melihat kelembutan yang terhubung dengan kematian apapun, hantu itu menampilkan kepada dirinya Bob Cratchit dan keluarganya yang berduka atas kematian Tiny Tim. Hantu itu kemudian memperbolehkan Ebenezer untuk melihat sebuah kuburan yang terabaikan, dengan batu nisan bertuliskan nama Ebenezer. Seraya menangis, Ebenezer berjanji untuk bertobat.

Paranada kelima

sunting

Ebenezer terbangun pada pagi hari Natal sebagai seseorang yang sudah bertobat. Dia menyumbangkan banyak hartanya sebagai amal yang dia tolak sehari sebelumnya, mengirim kalkun besar ke rumah Bob untuk makan malam Natal tanpa memberitahukan dirinya dan menghabiskan sore itu bersama keluarga Fred. Hari berikutnya dia memberi kenaikan gaji kepada Bob dan mulai menjadi ayah bagi Tiny Tim. Sejak saat itu, Ebenezer memperlakukan setiap orang dengan kebaikan, kemurahan hati dan kasih sayang, sebagai wujud dari semangat Natal.

Latar belakang

sunting
 
Charles di gudang, seperti yang dibayangkan oleh Fred Barnard

Charles Dickens lahir dari keluarga kelas menengah yang memiliki masalah keuangan karena sifat boros ayahnya, John. Pada 1824, John dijebloskan ke Marshalsea, sebuah penjara pengutang di Southwark, London. Charles yang pada saat itu berusia 12 tahun dipaksa untuk menggadaikan kumpulan bukunya, putus sekolah, dan bekerja di pabrik semir sepatu yang kotor dan penuh dengan tikus. Perubahan keadaan ini disebut oleh penulis biografinya, Michael Slater, sebagai penghinaan pribadi dan sosial yang mendalam, yang sangat berpengaruh terhadap tulisan dan pandangannya.[1][2]

Pada akhir 1842, Charles adalah penulis terkenal yang menulis enam karya utamanya,[n 1] serta beberapa cerita pendek, novela, dan karya lainnya.[3] Pada 31 Desember tahun yang sama, dia mulai menerbitkan novel berjudul Martin Chuzzlewit sebagai penerbitan bulanan;[n 2] novel ini adalah karya yang paling ia favoritkan, tetapi penjualan novel ini mengecewakan dan dia menghadapi masalah keuangan.[4]

Perayaan musim Natal semakin populer di Zaman Victoria.[5] Pohon Natal telah diperkenalkan di Inggris selama abad ke-18 dan penggunaannya dipopulerkan oleh Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Praktik ini lalu diterapkan di banyak rumah di seluruh negeri.[6][7] Pada awal abad ke-19, terjadi peningkatan minat pada kidung Natal, menyusul penurunan minat terhadap ini pada ratusan tahun sebelumnya. Penerbitan karya Davies Gilbert berjudul Some Ancient Christmas Carols, With the Tunes to Which They Were Formerly Sung in the West of England pada 1823 dan karya William Sandys berjudul Christmas Carols, Ancient and Modern pada 1833 menyebabkan pertumbuhan kepopuleran kidung Natal di Inggris.[8][9][10]

Charles memiliki minat pada Nata dan cerita karyanya bertemakan Natal adalah "Christmas Festivities" yang diterbitkan Bell's Weekly Messenger pada 1835; cerita ini kemudian diterbitkan dengan judul "A Christmas Dinner" di Sketches by Boz (1836).[11] "The Story of the Goblins Who Stole a Sexton", cerita Natal lainnya, ditampilkan dalam novel The Pickwick Papers yang diterbitkan tahun 1836. Di episode ini, Tuan Wardle menceritakan kisah Gabriel Grub, seorang pengurus gereja yang kesepian lagi kejam, menjalani pertobatan Natal setelah dilawati oleh para goblin yang menunjukkan masa lalu dan masa depan kepadanya.[12][13] Michael menganggap bahwa unsur-unsur utama dari A Christmas Carol ditampilkan dalam cerita ini, tetapi belum ditampilkan dengan tegas.[13] Kisah ini diikuti oleh sebuah fragmen mengenai Natal di sastra editorial Charles berjudul Master Humphrey's Clock.[13] Profesor sastra Inggris Paul Davis menulis bahwa sekalipun kisah "Goblin" tampaknya merupakan purwarupa dari A Christmas Story, semua tulisan Charles sebelumnya mengenai Natal memengaruhi cerita tersebut.[14]

Pengaruh sastra

sunting
 
Washington Irving pada 1820

Charles bukanlah penulis pertama yang mengangkat tema seputar perayaan musim Natal dalam sastra.[15] Di antara penulis yang berpengaruh terhadap karya-karya Charles adalah Washington Irving yang menulis kumpulan dari 34 esai dan cerita pendek tahun 1819–1820 berjudul The Sketch Book of Geoffrey Crayon, Gent., termasuk empat esai mengenai tradisi Natal di Inggris kuno (yang dia alami sendiri ketika duduk di Aston Hall dekat Birmingham).[16] Kisah-kisah dan esai-esai ini menarik perhatian Charles dan kedua penulis tersebut sama-sama yakin bahwa pementasan Natal di Inggris yang nostalgik dapat membantu memulihkan harmoni sosial yang dirasa telah hilang di dunia modern.[17]

Beberapa karya mungkin telah berpengaruh dalam penulisan A Christmas Carol, termasuk dua esai karya Douglas Jerrold, yaitu "How Mr. Chokepear Keeps a Merry Christmas" yang diterbitkan di Punch tahun 1841 dan "The Beauties of the Police" tahun 1843.[18][19] Lebih besar lagi, Charles terpengaruh oleh dongeng dan cerita peri, yang ia kaitkan dengan Natal karena ia melihatnya sebagai kisah pertobatan dan hijrah.[20]

Pengaruh sosial

sunting
 
Charles Dickens pada 1842, setahun sebelum penerbitan A Christmas Carol

Charles tersentuh dengan ramainya anak-anak yang miskin di pertengahan abad ke-19.[2] Pada awal 1843, dia melawat ke pertambangan timah Cornwall dan dia merasa marah melihat anak-anak yang bekerja di sana dalam keadaan yang mengerikan.[21] Penderitaan yang ia saksikan di sana diperkuat oleh lawatan ke Field Lane Ragged School, satu di antara beberapa sekolah di London yang didirikan untuk mendidik anak-anak jalanan yang mengalami kelaparan dan buta huruf di ibu kota.[22]

Pada Februari 1843, Laporan Kedua Komisi Ketenagakerjaan Anak (Second Report of the Children's Employment Commission) telah diterbitkan. Laporan tersebut adalah laporan parlemen yang mengangkat dampak dari Revolusi Industri terhadap anak-anak buruh. Merasa ngeri dengan apa yang dibacanya, Charles berencana menerbitkan pamflet politik yang murah yang sementara itu berjudul An Appeal to the People of England, on behalf of the Poor Man's Child [Sebuah Permohonan kepada Rakyat Inggris Atas Nama Anak dari Orang Miskin]. Charles berubah pikiran sehingga penerbitan pamflet ini ditunda hingga akhir tahun.[23] Pada bulan Maret, ia menulis kepada Dr. Thomas Southwood Smith (satu di antara empat komisioner yang bertanggung jawab atas Laporan Kedua Komisi Ketenagakerjaan Anak) tentang perubahan rencananya: "Anda tentu saja akan merasa bahwa palu godam telah diketuk sebanyak dua puluh kali gaya—dua puluh ribu kali gaya—saya bisa mengerahkan semua itu dengan mengikuti gagasan pertama saya."[n 3][24]

Dalam sebuah pidato penggalangan dana pada 5 Oktober 1843 di Manchester Athenaeum, Charles mendesak buruh dan pekerja untuk bergabung bersama memberantas kebodohan dengan reformasi pendidikan.[25][7] Pada hari-hari selanjutnya, Charles menyadari cara paling efektif untuk menjangkau segmen populasi yang lebih luas atas keprihatinan sosialnya dengan kemiskinan dan ketidakadilan ialah dengan menulis cerita naratif natal yang menyentuh dibandingkan esai dan selebaran polemik.[25][26]

Sejarah kepenulisan

sunting
 
John Leech, ilustrator edisi pertama

Pada pertengahan 1843, Charles mulai mengalami masalah keuangan. Penjualan Martin Chuzzlewit menurun dan istrinya Catherine mengandung anak kelima mereka. Masalah semakin memburuk tatkala Chapman & Hall, penerbit karya-karyanya, mengancam akan mengurangi pendapatan bulanannya sebesar £50 jika penjualan terus menurun.[26][23] Karenanya, dia mulai menulis A Christmas Carol pada Oktober 1843.[8] Michael Slater, penulis biografi Charles, mendeskripsikan novela ini ditulis di bara putih. Novela ini dituntaskan dalam masa enam minggu, dengan rincian halaman terakhir ditulis pada awal Desember.[27][2] Sembari menulis novel ini, ia juga berjalan kaki di malam hari sekitar 15 hingga 20 mil (24 hingga 32 km) di sekitar London.[28] Ipar perempuan Charles menulis bagaimana Charles menyeka air matanya, tertawa, dan menangis lagi, dan membuat dirinya bersemangat dengan cara yang paling luar biasa.[29] Michael memberikan pendapatnya terhadap novela ini: "... dimaksudkan untuk membuka hari para pembacanya terhadap mereka yang berjuang untuk bertahan hidup di anak tangga ekonomi yang paling rendah dan mendorong kebajikan dalam praktik. Namun, novela ini juga memperingatkan bahaya mengerikan bagi masyarakat yang diciptakan oleh pembiaran atas ketidaktahuan yang meluas dan keinginan yang sebenarnya di antara fakir miskin."[n 4][2] George Cruikshank, ilustrator yang awalnya bekerja dengan Charles dalam Sketches by Boz (1836) dan Oliver Twist (1838), memperkenalkannya dengan pembuat karikatur John Leech. Pada 24 October, Charles menjemput John untuk bekerja dalam A Christmas Carol. Empat sketsa berwarna dan empat ukiran kayu berwarna hitam putih yang digambar seniman itu menyertai teks tersebut.[27][30] Naskah cerita itu yang ditulis sendiri Charles tidak termasuk kalimat dalam paragraf kedua dari belakang "... dan Tiny Tim, yang tidak meninggal"; kalimat ini baru ditambahkan kemudian selama proses pencetakan.[31][n 5]

Penokohan

sunting
 
John Elwes, juga dijuluki John si Kikir, satu di antara model dari Scrooge

Tokoh utama A Christmas Carol adalah Ebenezer Scrooge, seorang lintah darat asal London yang kikir,[32] yang dideskripsikan di dalam cerita sebagai "seorang pendosa tua peremas, perenggut, perebut, pencakar, peremat, tamak!"[33] Richard Michael Kelly menulis bahwa Scrooge mungkin telah dipengaruhi oleh perasaan Charles yang berkonflik dengan ayahnya, yang ia sukai sekaligus benci. Konflik psikologi ini mungkin turut andil atas dua Scrooges yang secara radikal berbeda dalam cerita itu, yang satu pria yang agak penyendiri yang dingin, pelit, dan serakah, sementara yang lainnya adalah pria yang baik hati dan suka bergaul.[34] Profesor sastra Inggris Robert Douglas-Fairhurst menganggap bahwa dalam bagian pembuka buku ini ditampilkan Scrooge muda yang memiliki masa kecil yang kesepian dan tak bahagia dan cita-citanya akan uang untuk menghindari kemiskinan adalah semacam parodi dari ketakutan Dickens tentang dirinya sendiri; bagian pascahijrah buku ini adalah bagaimana Dickens optimis melihat dirinya sendiri.[27]

Scrooge juga dapat ditelusuri dari dua orang yang kikir, yaitu John Elwes (anggota parlemen) atau Jemmy Wood (pemilik Gloucester Old Bank, juga dikenal dengan "Si Kikir dari Gloucester")[35][36][37][38] Menurut sosiolog Frank W. Elwell, pandangan Scrooge terhadap kemiskinan adalah cerminan dari pandangan ahli demografi dan ekonom politik Thomas Malthus,[39][40] sementara pertanyaan si kikir "Tiadakah penjara? ... Dan serikat pekerja? ... pengisar langkah dan Undang-undang Kemiskinan itu dalam kekuatan penuh, bukankah begitu?" adalah cerminan dari pertanyaan sarkastik yang diangkat oleh filsuf Thomas Carlyle, "Tiadakah pengisar langkah, kurungan tiang gantungan; bahkan rumah sakit, tingkat kemiskinan, Undang-undang Kemiskinan yang Baru?"[41][n 6]

Terdapat karya sastra terdahulu mengenai Scrooge dalam karya Charles. Peter Ackroyd, penulis biografi Charles, melihat kemiripan antara Scrooge dan tokoh Martinn Chuzzlewit tua, meskipun orang kikir lebih digambarkan dengan fantastik daripada patriarki Chuzzlewit; Ackroyd mengamati bahwa hijrahnya Chuzzlewit menjadi orang yang suka bederma berparalel dengan hijrahnya orang kikir.[43] Douglas-Fairhurst melihat bahwa pemeran kecil Gabriel Grub dari The Pickwick Papers juga berpengaruh dalam penciptaan Scrooge.[44][45][n 7] Nama Scrooge berasal dari batu Nisan yang Charles pernah lihat dalam sebuah lawatan ke Edinburgh. Kuburan tersebut adalah kuburan Ebenezer Lennox Scroggie yang pekerjaannya ditulis di batu nisan sebagai tukang makan—pedagang jagung (a meal man—a corn merchant), tetapi Charles salah membaca tulisan tersebut sebagai orang jahat (mean man).[46][n 8]

Ketika Charles masih muda, dia tinggal di dekat tempat pedagang bertandakan "Goodge and Marney", yang mungkin menjadi asal-muasal nama mantan mitra bisnis Ebeneazer.[48] Untuk Marley yang dirantai, Charles menggunakan ingatannya tentang lawatan ke Lembaga Pemasyarakatan Barat di Pittsburgh, Pennsylvania, pada Maret 1942, ketika dan melihat—dan terpengaruh ketika melihat—tahanan yang terbelenggu.[41] Untuk tokoh Tiny Tim, Charles menggunakan keponakannya Henry, anak yang berkebutuhan khusus yang saat itu berusia lima tahun ketika A Christmas Carol ditulis.[49][n 9] Dua tokoh yaitu Keinginan dan Ketidakinginan yang berlindung di balik jubah Hantu Natal Masa Sekarang terilhami dari anak-anak yang dilihat Charles dalam lawatannya ke sebuah sekolah di East End.[22]

 
Ketidakinginan dan Keinginan dari edisi asli, 1843

Hijrahnya Scrooge adalah tema utama dari A Christmas Carol.[51][52] Paul menganggap Scrooge sebagai "seorang tokoh yang mirip dengan Proteus yang selalu berada dalam proses hijrah";[53] Richard menulis bahwa peristiwa hijrah ini tecermin dalam penggambaran Scrooge, yang dimulai sebagai karakter dua dimensi, tetapi kemudian tumbuh menjadi orang yang memiliki kedalaman emosional [dan] penyesalan atas peluang yang hilang.[54] Beberapa penulis, termasuk Grace Moore, cendekiawan yang berfokus pada karya-karya Charles, menganggap bahwa ada tema kekristenan yang ada di sepanjang cerita A Christmas Carol dan bahwa novela ini sebaiknya dipandang sebagai alegori Kristen dari konsep penebusan dalam Kristen.[55][n 10] Penulis biografi Charles, Claire Tomalin melihat pertobatan Scrooge bersifat membawa pesan Kristen bahwa orang yang paling berdosa pun bahkan dapat bertobat menjadi orang yang baik.[58] Sikap Charles terhadap agama yang terorganisasi amatlah kompleks;[n 11] dia menyandarkan keyakinan dan prinsipnya terhadap Perjanjian Baru.[57] Pernyataan Charles bahwa Marley tidak memiliki isi perut merujuk kepada isi perut belas kasihan yang disebutkan dalam Surat Yohanes yang Pertama yang menjadi alasan kutukannya yang abadi.[61][n 12]

Penulis lain, termasuk Kelly, menganggap bahwa Dickens mengedepankan "visi sekuler dari liburan suci ini".[15] Sarjana Dickens John O. Jordan berargumen bahwa A Christmas Carol menunjukkan apa yang disebut Dickens dalam sepucuk surat kepada temannya John Forster sebagai "filsafat Carol, pandangannya yang ceria, anatomi yang tajam dari humbug, temperamen periang yang baik ... dan nada bercahaya, hangat, murah hati, ajaib, referensi berseri-seri dalam segala hal untuk Rumah dan Fireside ".[62] Dari sudut pandang sekuler, sejarawan budaya Penne Restad menyarankan bahwa penebusan Gober menggarisbawahi "aspek konservatif, individualistis dan patriarki" dari "filsafat Carol" Dickens tentang amal dan altruisme.[63]

Dickens menulis A Christmas Carol sebagai tanggapan atas sikap sosial Inggris terhadap kemiskinan, khususnya kemiskinan anak dan ingin menggunakan novela sebagai sarana untuk mengemukakan argumennya menentangnya.[26][7] Cerita ini menunjukkan Scrooge sebagai paradigma untuk kepentingan diri sendiri dan kemungkinan akibat dari mengabaikan orang miskin, terutama anak-anak dalam kemiskinan - dipersonifikasikan oleh tokoh-tokoh alegoris Keinginan dan Ketidakinginan.[64] Kedua tokoh itu diciptakan untuk membangkitkan simpati kepada pembaca — seperti Tiny Tim.[65] Douglas-Fairhurst mengamati bahwa penggunaan angka-angka seperti itu memungkinkan Dickens untuk menyampaikan pesannya tentang perlunya amal, tanpa mengasingkan sebagian besar pembaca kelas menengahnya.[26]

Penerbitan

sunting
 
Gambar muka dan halaman judul edisi pertama, 1843

Sebagai akibat dari ketidaksepakatan dengan Chapman and Hall atas penjualan Martin Chuzzlewit yang gagal,[66] Charles mengatur pembiayaan penerbitannya sendiri, dengan imbalan persentase dari keuntungan.[27] Pencetakan A Christmas Carol bukannya berjalan tanpa masalah. Cetakan pertama menggunakan kertas sampul yang terbuat dari zaitun yang dirasa Charles tidak dapat diterima dan penerbit Chapman and Hall dengan cepat menggantinya dengan kertas sampul bewarna kuning. Namun, ketika diganti, kertas tersebut berbenturan dengan halaman judul, yang kemudian diperbaiki.[67][68] Hasil akhir diikat dengan kain merah dengan halaman-halaman dengan tepi warna emas yang diselesaikan hanya dua hari sebelum tanggal penerbitan yaitu 19 Desember 1843.[27][68][7] Setelah diterbitkan, Charles mengatur agar naskah itu diikat dengan kulit Maroko bewarna merah dan dihadiahkan kepada pengacaranya, Thomas Mitton.[69][n 13]

Cetakan pertama sebanyak 6.000 buku senilai lima shilling (sama dengan £2.411 pada 2024)[70] habis terjual di Malam Natal. Chapman and Hall menerbitkan edisi kedua dan ketiga sebelum tahun baru dan buku tersebut terus laku hingga 1844.[72][73] Pada akhir 1844, sebelas edisi telah diterbitkan.[74] Sejak awal penerbitannya, novela ini telah diterbitkan dalam berbagai edisi bersampul tebal dan bersampul tipis, diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan persedian novela ini sudah habis.[18][75] Novela ini adalah buku karya Charles yang paling populer di Amerika Serikat dan sudah terjual lebih dari dua juta novela dalam seabad selepas penerbitan pertamanya di sana.[56]

Biaya percetakan novela yang tinggi menyebabkan berkurangnya keuntungan sehingga keuntungan dari penjualan edisi pertama yang ia dapatkan hanya £230 (setara dengan £22.000 pound pada 2024)[70] alih-alih £1.000 (setara dengan £96.000 pound pada 2024) seperti dia harapkan.[66][76] Setahun kemudian, keuntungannya hanya £744 (setara dengan £98.000 pound pada 2024), dan Dickens merasa sangat kecewa.[66][n 14]

Penerimaan

sunting
 
William pada 1864. Dia menulis bahwa A Christmas Carol adalah keuntungan nasional dan kebaikan pribadi bagi tiap-tiap pria atau wanita yang membacanya.

Menurut Robert, tinjauan kontemporer atas A Christmas Carol hampir sama baiknya.[77] The Illustrated London News menggambarkan penulisan novela ini yang mengesankan, dibuktikan dari hati yang tulus, humor yang menyenangkan dan berkilau serta lembutnya semangat kemanusiaan yang terkandung. Novela ini membuat pembaca memiliki humor yang baik dengan diri sendiri, dengan satu sama lain, dengan musim dan dengan penulis.[78] Pengkritik dari majalah sastra The Athenaeum menganggap novela ini membuat pembaca tertawa dan menangis, yang membuat pembaca membuka tangannya dan hatinya untuk beramal bahkan ke arah yang tak bisa ditebus, sembari menyebut novela ini adalah "hidangan mungil" untuk diletakkan di hadapan seorang raja.[79] Berdasarkan ulasannya, Fraser's Magazine, William Makepeace Thackeray menyebut novela ini adalah keuntungan nasional dan kebaikan pribadi bagi tiap-tiap pria atau wanita yang membacanya dan menambahkan bahwa dua orang terakhir yang ia dengar berbicara tentang novela ini adalah wanita yang keduanya tidak mengetahui satu sama lain atau si penulis dan keduanya berkata lewat kritik, "Tuhan merahmatinya!"[80]

Sastrawan Thomas Hood dalam jurnal pribadinya, menulis: "Jika Natal berikut kebiasannya yang kuno dan ramah, ketaatan sosial dan kederwanannya, selalu dalam bahaya pembusukan, maka ini adalah novela yang akan memberikan kesempatan baru kepada mereka."[81] Peninjau Theodore Martin (yang biasanya mengkritik karya Charles)[77] yang menulis tinjauan untuk Tait's Edinburgh Magazine, menyebut novela ini adalah novela yang mulia, yang terasa halus, dan diperhitungkan untuk bekerja dalam banyak kebaikan sosial.[82] Selepas wafatnya Charles, Margaret Oliphant menyayangkan aspek daging kalkun dan puding prem dari novela itu, tetapi mengakui bahwa pada hari-hari penerbitan pertama novela ini, novela ini dianggap sebagai "Alkitab baru" dan menulis bahwa novela ini unik karena membuat orang berperilaku lebih baik.[77] Media yang berhaluan agama pada umumnya mengabaikan novela ini, tetapi pada Januari 1884, Christian Remembrancer mengira subjek yang lama dan basi dari novela ini diperlakukan dengan cara yang orisinal dan memuji selera humor dan kesedihan penulis.[83][84] Penulis dan pemikir sosial John Ruskin mengatakan kepada seorang kawannya bahwa dia kira Charles telah mengambil agama dari Natal, dan membayangkannya sebagai mistletoe dan puding, yang bukanlah kebangkitan dari kematian, atau kebangkitan bintang-bintang baru, atau pengajaran orang-orang bijak, atau gembala.[85]

Namun, novela ini juga tak terlepas dari kritik. The New Monthly Magazine memuji novela ini, tetapi mengira ekses fisik novela ini yaitu tepi buku bewarna emas dan ikatan yang mahal membuat harganya tetap tinggi sehingga tidak terjangkau bagi kalangan fakir miskin. Tinjauan ini menyarankan novela ini dicetak dengan kertas yang murah dan diberi harga yang pantas.[86] Penulis tanpa nama yang menulis tinjauan untuk The Westminster Review mengejek pemahaman ekonomi Charles dan bertanya: "siapa yang pergi tanpa kalkun dan punch agar Bob Cratchitt bisa mendapatkannya, karena, kecuali jika ada kalkun dan punch berlimpah, seseorang harus pergi tanpa kalkun."[87]

Menyusul kritik dari Amerika Serikat di American Notes dan Martin Chuzzlewit, para pembaca dari Amerika Serikat awalnya kurang antusias, tetapi pada akhir Perang Saudara Amerika Serikat, salinan novela ini beredar luas.[88] Pada 1863, The New York Times menerbitkan tinjauan yang antusias, yang menulis penulis novela ini membawa Natal yang lama dari berabad-abad yang lalu dam rumah bangsawan yang terpencil ke ruang tamu kaum fakir miskin saat ini.[89]

Peristiwa setelahnya

sunting
 
"Hantu Natal Masa Sekarang" dari edisi asli 1843

Pada Januari 1844, Parley's Illuminated Library menerbitkan versi tidak resmi dari novela ini dalam bentuk ringkas yang mereka jual dengan harga dua pence.[n 15] Charles menulis surat kepada peguamnya:

Saya tidak ragu bahwa jika para gelandangan ini bisa dihentikan, mereka harus berhenti. ... Mari kita menjadi palu godam dalam hal ini, atau saya akan dihantam oleh ratusan kru yang sama ketika saya keluar dengan cerita panjang.[91]

Dua hari setelah versi Parley terbit, Charles menggugat versi ini atas dasar pelanggaran hak cipta dan berhasil menang. Penerbit versi ini menyatakan diri mereka bangkrut dan dan membayar biaya sebesar £700 kepada Charles.[92][56] Keuntungan kecil yang diperoleh Charles dari A Christmas Carol semakin merenggangkan hubungannya dengan penerbitnya dan ia memutuskan hubungan dengan mereka demi Bradbury and Evans, yang telah mencetak karya-karya Charles hingga saat itu.[2]

Charles kembali mengurusi novela ini selama hidupnya untuk mengubah ungkapan dan tanda baca. Dia memanfaatkan keberhasilan novela ini dengan menerbitkan cerita Natal lainnya The Chimes (1844), The Cricket on the Hearth (1845), The Battle of Life (1846), dan The Haunted Man and the Ghost's Bargain (1848); cerita-cerita ini adalah cerita perubahan duniawi yang mengajui perubahan sosial yang progresif pada tahun sebelumnya dan menyoroti masalah-masalah sosial yang masih perlu ditangani. Meskipun masyarakat berkerubung membeli buku-buku ini, peninjau amat kritis terhadap cerita-cerita ini.[93]

Penampilan dan adaptasi

sunting

Pada 1849, Charles sibuk menulis David Copperfield sehingga tidak memiliki barang waktu yang kosong sedikitpun untuk menulis cerita Natal lagi.[94] Dia memutuskan cara terbaik yaitu menemui penggemarnya lewat "falsafah Carol" yaitu dengan cara membaca A Christmas Carol di muka umum.[95] Selama Natal 1852, Charles membacakan novela itu di Aula Kota Birmingham hingga sampai di Institut Industri dan Sastra. Dia bersikeras bahwa tiket yang dipesan oleh hadirin dari kelas pekerja seharga seperempat harga nomola dan pertunjukan ini menuai kesuksesan.[96][24] Selepas itu, dia membaca versi singkat dari novela itu sebanyak 127 kali hingga menjemput ajal pada 1870; termasuk pada pertunjukan perpisahannya.[97][95][24]

Film pertama yang diadaptasi dari novela, Scrooge, or, Marley's Ghost, 1901

Pada tahun-tahun selepas penerbitan novela, tanggapan terhadap cerita tersebut diterbitkan oleh W. M. Swepstone (Christmas Shadows, 1850), Horatio Alger (Job Warner's Christmas, 1863), Louisa May Alcott (A Christmas Dream, and How It Came True, 1882) dan lainnya yang mengikuti kehidupan Ebenezer sebagai orang yang berhijrah, atau beberapa orang yang berpikir Charles salah dan perlu diperbaiki.[98]

Novela ini segera diadaptasi menjadi sandiwara panggung. Tiga produksi dimulai pada 5 Februari 1844, dengan satu di antaranya adalah adaptasi oleh Edward Stirling berjudul A Christmas Carol; or, Past, Present, and Future yang telah mendapat sokongan dari Charles dan berlangsung selama lebih dari 40 malam.[99] Pada akhir Februari 1844, delapan produksi teater saingan A Christmas Carol dipentaskan di London.[77] Cerita ini telah diadaptasi ke dalam film dan televisi lebih dari kesemua karya Charles lainnya.[7] Pada 1901, sebuah film hitam putih bisu berjudul Scrooge, or, Marley's Ghost diproduksi. Film ini termasuk satu di antara adaptasi pertama dari karya Charles ke film yang dikenal, tetapi sebagian besar dari film ini dinyatakan hilang.[100] Cerita ini diadaptasi pada 1923 untuk BBC Radio.[101] Cerita ini telah diadaptasi ke media lain, termasuk opera, balet, pertunjukan musikal Broadway, animasi, dan sebuah pantomim yang dibintangi Marcel Marceau dan ditayangkan di BBC.[18]

Paul menganggap adaptasi cerita ini menjadi lebih diingat alih-alih cerita aslinya. Beberapa adegan Charles seperti mengunjungi para penambang dan penjaga mercusuar telah dilupakan banyak orang, sementara adegan lain seperti Ebenezer yang mengunjungi Bob pada Hari Natal sering ditambahkan; adegan tersebut kini dianggap sebagai bagian dari cerita aslinya oleh ramai orang. Karenanya, Paul membedakan antara teks asli dan "versi yang diingat".[102]

Tinggalan

sunting

Sekalipun istilah "Merry Christmas" telah digunakan selama bertahun-tahun (penggunaan tertulis paling awal yang diketahui adalah dalam sebuah surat pada 1534), tetapi penggunaan istilah ini dalam A Christmas Carol semakin membuatnya populer di kalangan masyarakat Victoria.[103][104] Seruan "Bah! Humbug!" menjadi populer dalam bahasa Inggris sebagai balasan untuk apapun yang sentimental atau terlalu meriah;[105] nama "Scrooge" menjadi digunakan sebagai sebutan untuk orang yang kikir dan ditambahkan ke dalam Oxford English Dictionary pada 1982.[106]

 
Ebenezer memadamkan roh pertama

Pada awal abad ke-19, di Inggris, perayaan Natal dikaitkan dengan pedesaan dan petani yang bersuka cita dan tidak terjadi urbanisasi dan industrialisasi yang terjadi sebagaimana tempat lainnya. Paul menganggap bahwa dalam A Christmas Carol, Charles menunjukkan bahwa Natal dapat dirayakan baik di kota besar maupun kecil, meskipun pemodernan semakin memuncak.[107] Peringatan Natal yang modern sebagian besar merupakan hasil dari berseminya kembali liburan ala pertengahan zaman Victoria. Gerakan Oxford tahun 1830-an dan 1840-an telah menghasilkan kebangkitan ritual tradisional dan perayaan keagamaan yang terkait dengan Christmastide dan, bersama dengan A Christmas Carol, Charles menciptakan zeitgeist sembari merefleksikan dan memperkuat pandangannya tentang Natal.[8][108][109]

Charles mengadvokasi fokus kemanusiaan dari liburan,[110] yang memengaruhi beberapa aspek dari Natal yang masih dirayakan dalam budaya Barat, seperti silaturahim antarkeluarga, makanan dan minuman musiman, menari, permainan dan kemeriahan kedermawanan[111][n 16] Sejarawan Ronald Hutton menulis bahwa Charles mengaitkan pemujaan dan persantapan dalam konteks rekonsialisasi sosial.[108]

Novelis William Dean Howells yang menganalisis beberapa cerita Natal karya Charles termasuk A Christmas Carol menganggap bahwa pada 1891, rasa kesedihan yang muncul tampak palsu dan terpaksa, humor dalam novela ini sebagian besar merupakan permainan kasar, karakter teater, kegembiraan yang dipompa, psikologi sehari-hari, yang secara sosiologis lucu.[112][113] Penulis James Joyce menganggap bahwa Dickens mengambil pendekatan kekanak-kanakan dengan A Christmas Carol, untuk menghasilkan kesenjangan antara optimisme naif dari cerita itu dan kenyataan hidup pada saat itu.[113]

 
Beberapa edisi dari A Christmas Carol

Profesor sastra Inggris Ruth Glancy menyatakan bahwa dampak terbesar dari A Christmas Carol adalah pengaruh yang dirasakan oleh masing-masing pembaca.[114] Pada awal 1844, The Gentleman's magazine mengaitkan peningkatan sumbangan amal di Inggris dengan novela ini.[115] Pada 1874, Robert Louis Stevenson bersumpah untuk memberi kepada mereka yang membutuhkan dengan murah hati selepas membaca cerita-cerita Natal karya Charles,[116] sementara Thomas Carlyle mengungkapkan keramahan yang luar biasa dengan menjadi tuan rumah dari dua makan malam setelah membaca novela ini.[117] Pada 1867, seorang pengusaha Amerika Serikat sangat tersentuh dengan menghadiri pertunjukan pembacaan cerita ini sehingga menutup pabriknya pada Haru Natal dan mengirim daging kalkun kepada setiap karyawan.[77] Pada tahun-tahun awal abad ke-20, Maud dari Wales (Ratu Norwegia) menghantar hadiah kepada anak-anak lumpuh di London yang bertandatangankan "With Tiny Tim's Love" ["Dengan Kasih Tiny Tim"].[118] Di novela karyanya, penulis G. K. Chesterton menulis: "Keindahan dan berkah dari cerita ini ... terletak di tungku besar kebahagiaan nyata yang bersinar melalui Ebenezer dan segala sesuatu di sekitarnya. ... Apakah pandangan Natal akan atau tidak akan mengubah Ebenezer, mereka membuat kita bertobat."[119]

Menganalisis perubahan yang dilakukan terhadap adaptasi dari masa ke masa, Paul melihat perubahan pada fokus cerita dan tokohnya untuk mencerminkan pemikiran arus utama dari zaman tersebut. Para pembaca novela ini dari zaman Victoria akan menganggap cerita ini sebagai perumpamaan spiritual yang bersifat duniawi. Pada awal ke-20, cerita ini menjadi cerita anak-anak dan dibaca oleh orang tua yang ingat saat orang tua mereka membacakan cerita itu kepada mereka ketika masih muda. Pada masa-masa menjelang Depresi Hebat dan masa-masa berlangsungnya Depresi Hebat, Paul mengidentifikasi bahwa sementara beberapa orang melihat cerita ini sebagai kecaman terhadap kapitalisme, kebanyakan orang membacanya sebagai cara untuk melarikan diri dari kenyataan ekonomi yang menindas.[120] Versi adaptasi film tahun 1930-an berbeda di Inggris dan Amerika Serikat. Film buatan Inggris menunjukkan penuturan cerita ini secara tradisional, sementara film buatan Amerika Serikat menampilkan Bob dalam peran yang lebih utama, melepaskan diri dari depresi yang disebabkan oleh para bankir Eropa dan merayakan apa yang disebut Paul sebagai "Natal bagi rakyat biasa".[121] Pada 1960-an, Ebenezer kadang kala digambarkan sebagai sosok yang sangat Freud yang bergulat dengan masa lalunya. Pada 1980-an, ia kembali berada di dunia depresi dan ketidakpastian ekonomi.[121]

Catatan

sunting
  1. ^ Keenam karyanya adalah Sketches by Boz (1836), The Pickwick Papers (1836), Nicholas Nickleby (1837), Oliver Twist (1838), The Old Curiosity Shop (1841), dan Barnaby Rudge (1841).[3]
  2. ^ Serialisasi dibagi menjadi 20 bagian yang dituntaskan pada 30 Juni 1844.[4]
  3. ^ Aslinya: "you will certainly feel that a Sledge hammer has come down with twenty times the force—twenty thousand times the force—I could exert by following out my first idea".
  4. ^ Aslinya: "... intended to open its readers' hearts towards those struggling to survive on the lower rungs of the economic ladder and to encourage practical benevolence, but also to warn of the terrible danger to society created by the toleration of widespread ignorance and actual want among the poor.
  5. ^ Penambahan kalimat itu telah terbukti menciptakan perselisihan bagi sebagian pembaca.[31] Seorang penulis di The Dickensian (jurnal yang dibuat Dickens Fellowship) menulis pada 1933 bahwa "nasib Tiny Tim haruslah menjadi masalah sifat bungkam yang bermartabat... Charles terbawa kegembiraanm, dan sejenak melupakan selera yang baik."[31]
  6. ^ Pertanyaan asli Thomas ditulis dalam karyanya tahun 1840 Chartism.[42]
  7. ^ Nama Grub berasal dari orang kikir asal Belanda abad ke-19, Gabriel de Graaf, penggali kubur yang murung.[45]
  8. ^ Sifat Scroggie amatlah berlainan dengan Scrooge, dan digambarkan sebagai hedonis terkenal yang menyukai minuman anggur, wanita, dan pesta... tukang perayu yang suka bersolek dan buruk yang memiliki beberapa penghubung seksual yang membuatnya dirinya sebagai perbincangan di kota ... seorang periang dan baik hati.[47]
  9. ^ Henry juga digunakan sebagai dasar untuk Paul Dombey Jr. di Dombey and Son[50]
  10. ^ Pengulas lainnya yang juga menyebut karya ini memiliki tema Kristiani termasuk Geoffrey Rowell,[8] Claire Tomalin[56] dan Martin Sable.[57]
  11. ^ Penulis Gilbert Keith Chesterton menulis pandangan agama Charles bahwa "Nada Dickens terhadap agama, meskipun seperti kebanyakan orang sezamannya, secara filosofis terganggu dan agak tidak tahu apa-apa, memiliki unsur yang sangat khas bagi dirinya sendiri. Dia memiliki semua prasangka pada zamannya. Dia memiliki, misalnya, bahwa tidak menyukai dogma-dogma yang didefinisikan, yang benar-benar berarti preferensi untuk dogma-dogma yang tidak diuji."[59] Dickens menyatakan bahwa" Saya selalu berusaha keras dalam tulisan-tulisan saya untuk mengungkapkan penghormatan atas kehidupan dan pelajaran dari Juruselamat kita."[60]
  12. ^ Ayat lengkap I Yohanes 3:17 adalah "Tetapi barangsiapa yang memiliki dunia yang baik ini, dan melihat saudaranya memerlukan, dan membereskan isi perutnya yang penuh belas kasihan, bagaimanakah tinggal kasih Allah dalam dirinya?"[61]
  13. ^ Pada 1875, Thomas menjual naskah itu kepada penual buku Francis Harvey. Dilaporkan bahwa naskah itu dijual dengan harga £4.600 pound pada 2019).[70] Pada 1882, Francis lalu menjualnya ke pengumpul tanda tangan, Henry Adrian Churchill. Henry menjual naskah itu kepada Bennett, penjual buku di Birmingham. Bennett kemudian menjualnya seharga £200 kepada Robson dan Kerslake dari London. Robson dan Kerslake menjual naskah itu kepada pengumpul karya Charles bernama Stuart M. Samuel seharga £300. Naskah itu akhirnya dibeli oleh John Pierpont Morgan dengan jumlah yang dirahasiakan dan kini tersimpan di Perpustakaan Pierpont Morgan, New York.[71][69]
  14. ^ Penulis biografi Charles, Claire Tomalin, menyebut laba edisi pertama adalah £137, dan laba pada akhir 1844 adalah £726.[56]
  15. ^ Versi Parley berjudul A Christmas Ghost Story reoriginated from the original by Charles Dickens Esquire and analytically condensed for this work [Sebuah Cerita Hantu Natal yang disusun ulang dari novela aslinya oleh Charles Dickens Esquire dan diringkas secara analitik untuk karya ini].[90]
  16. ^ Salah satu contohnya adalah pengenalan kalkun sebagai daging utama dalam makanan Natal. Di Inggris, tradisi Natal adalah menyantap angsa panggang, tetapi perubahan dari angsa ke kalkun terjadi setelah sebuah buku diterbitkan. Pada 1868, Puan Beaton dalam buku karyanya berjudul Book of Household Management menganjurkan pembacanya bahwa makan malam Natal, dengan kelas menengah kekaisaran, hampir tidak akan menjadi makan malam Natal tanpa kalkunnya.[105]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Ackroyd 1990, hlm. 67–68.
  2. ^ a b c d e Slater 2011.
  3. ^ a b Diedrick 1987, hlm. 80.
  4. ^ a b Ackroyd 1990, hlm. 392.
  5. ^ Callow 2009, hlm. 27.
  6. ^ Lalumia 2001.
  7. ^ a b c d e Sutherland, British Library.
  8. ^ a b c d Rowell 1993.
  9. ^ Studwell & Jones 1998, hlm. 8, 10.
  10. ^ Callow 2009, hlm. 128.
  11. ^ Callow 2009, hlm. 30.
  12. ^ Kelly 2003, hlm. 19–20.
  13. ^ a b c Slater 2003, hlm. xvi.
  14. ^ Davis 1990a, hlm. 25.
  15. ^ a b Kelly 2003, hlm. 12.
  16. ^ Kelly 2003, hlm. 20.
  17. ^ Restad 1996, hlm. 137.
  18. ^ a b c Douglas-Fairhurst 2006, hlm. viii.
  19. ^ Ledger 2007, hlm. 117.
  20. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxiv.
  21. ^ Childs & Tredell 2006, hlm. 92.
  22. ^ a b Lee, British Library.
  23. ^ a b Callow 2009, hlm. 38.
  24. ^ a b c Ledger 2007, hlm. 119.
  25. ^ a b Kelly 2003, hlm. 15.
  26. ^ a b c d Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xvi.
  27. ^ a b c d e Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xix.
  28. ^ Tomalin 2011, hlm. 148–149.
  29. ^ Davis 1990a, hlm. 7.
  30. ^ Tomalin 2011, hlm. 148.
  31. ^ a b c Davis 1990a, hlm. 133.
  32. ^ DeVito 2014, 522.
  33. ^ Dickens 1843, hlm. 3.
  34. ^ Kelly 2003, hlm. 14.
  35. ^ Gordon 2008.
  36. ^ DeVito 2014, 424.
  37. ^ Jordan 2015, Chapter 5.
  38. ^ Sillence 2015, hlm. 40.
  39. ^ Elwell 2001.
  40. ^ DeVito 2014, 645.
  41. ^ a b Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xiii.
  42. ^ Carlyle 1840, hlm. 32.
  43. ^ Ackroyd 1990, hlm. 409.
  44. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xviii.
  45. ^ a b Alleyne 2007.
  46. ^ DeVito 2014, 392.
  47. ^ DeVito 2014, 412.
  48. ^ DeVito 2014, 548.
  49. ^ Ackroyd 1990, hlm. 519–520.
  50. ^ Ackroyd 1990, hlm. 519.
  51. ^ Kelly 2003, hlm. 25.
  52. ^ Garry & El Shamy 2005.
  53. ^ Davis 1990b, hlm. 111.
  54. ^ Kelly 2003, hlm. 25–26.
  55. ^ Moore 2011, hlm. 57.
  56. ^ a b c d Tomalin 2011, hlm. 150.
  57. ^ a b Sable 1986, hlm. 67.
  58. ^ Tomalin 2011, hlm. 149–150.
  59. ^ Chesterton 1989, hlm. 163.
  60. ^ Hammond 1871, hlm. 308.
  61. ^ a b Douglas-Fairhurst 2006, hlm. 421.
  62. ^ Jordan 2001, hlm. 121.
  63. ^ Restad 1996, hlm. 139.
  64. ^ Moore 2011, hlm. 18.
  65. ^ Jaffe 1994, hlm. 262.
  66. ^ a b c Kelly 2003, hlm. 17.
  67. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxxi.
  68. ^ a b Varese 2009.
  69. ^ a b Provenance, The Morgan Library & Museum.
  70. ^ a b c UK CPI inflation.
  71. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxx.
  72. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xix–xx.
  73. ^ Standiford.
  74. ^ Jackson 1999, hlm. 6.
  75. ^ A Christmas Carol, WorldCat.
  76. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xx, xvii.
  77. ^ a b c d e Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xx.
  78. ^ Literature, The Illustrated London News.
  79. ^ Chorley 1843, hlm. 1127.
  80. ^ Thackeray 1844, hlm. 169.
  81. ^ Hood 1844, hlm. 68.
  82. ^ Martin 1844, hlm. 129.
  83. ^ Welch 2015, hlm. 169.
  84. ^ Notice of Books, The Christian Remembrancer, hlm. 119.
  85. ^ Davis 1990a, hlm. 59.
  86. ^ Christmas Carol, New Monthly Magazine.
  87. ^ Senior 1844, hlm. 186.
  88. ^ Restad 1996, hlm. 136.
  89. ^ Charles Dickens, New York Times.
  90. ^ Kelly 2003, hlm. 18.
  91. ^ Kelly 2003, hlm. 18–19.
  92. ^ Ackroyd 1990, hlm. 416.
  93. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxi–xxiii.
  94. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxvii.
  95. ^ a b Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxviii.
  96. ^ Slater 2009, hlm. 353.
  97. ^ Billen 2005, hlm. 8–10.
  98. ^ Douglas-Fairhurst 2006, hlm. xxi.
  99. ^ Standiford 2008, hlm. 168.
  100. ^ Scrooge, or, Marley's Ghost, BFI Screenonline.
  101. ^ A Christmas Carol, BBC Genome.
  102. ^ Davis 1990a, hlm. 3–4.
  103. ^ Cochrane 1996, hlm. 126.
  104. ^ Martin 2011.
  105. ^ a b Standiford 2008, hlm. 183.
  106. ^ Scrooge, n. OED.
  107. ^ Davis 1990a, hlm. 13.
  108. ^ a b Hutton 1996, hlm. 113.
  109. ^ Kelly 2003, hlm. 9.
  110. ^ Forbes 2008, hlm. 62.
  111. ^ Kelly 2003, hlm. 9, 12.
  112. ^ Howells 1910, hlm. 276–277.
  113. ^ a b Davis 1990a, hlm. 98.
  114. ^ Glancy 1985, hlm. xii.
  115. ^ Harrison 2008, hlm. 28.
  116. ^ Deacy 2016, hlm. 44.
  117. ^ Slater 2003, hlm. xx.
  118. ^ Glancy 1985, hlm. xiii.
  119. ^ Chesterton 1989, hlm. 137.
  120. ^ Davis 1990a, hlm. 13–14.
  121. ^ a b Davis 1990a, hlm. 14.

Sumber

sunting

Sumber daring

sunting

Surat kabar, jurnal, dan majalah

sunting

Pranala luar

sunting