Hanbal bin Ishaq
Hanbal bin Ishaq bin Hanbal bin Hilal Asy Syaibani Al Baghdadi ( Bahasa Arab : حنبل بن إسحاق بن حنبل ) merupakan seorang ulama hadis (muhaddis), alim-ulama Hanabilah dan merupakan murid sekaligus sepupu dari pendiri Mazhab Hambali, Imam Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani. Ayahnya, Ishaq bin Hanbal merupakan paman dari Imam Ahmad dari jalur ayah ( Ishaq bin Hanbal merupakan adik dari ayah Imam Ahmad, Muhammad bin Hanbal ) dan juga merupakan seorang ulama dari kalangan keluarga Asy-Syaibani. Ia wafat pada usia sekitar 80 tahun pada bulan Jumadil Awwal di Wasith, Kekhalifahan Abbasiyah (sekarang diwakili oleh Irak)-(ia lahir pada sekitaran sebelum tahun 200 H)[1]
Al Imam Hanbal bin Ishaq Asy-Syaibani | |
---|---|
Gelar | Al Imam |
Kun-yah | Abu Ali |
Nama | Hanbal bin Ishaq bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin 'Abdillah bin Hayyan bin 'Abdillah bin Anas bin 'Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Ukanah bin Sha'b bin 'Ali bin Bakr bin Wa'il bin Qasith bin Hanab bin 'Aqsha bin Da'mi bin Jadilah bin Asad bin Rabi'ah bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan ( حنبل بن إسحاق بن حنبل بن هلال ) |
Nisbah | Asy-Syaibani, Al Baghdadi |
Lahir | 806 M / 193 H Baghdad, Irak |
Meninggal | 886 M / 273 H Kegubernuran Wasith, Irak |
Zaman | Zaman Keemasan Islam, sekitar Abad 2 Hijriah |
Wilayah aktif | Baghdad, Kekhalifahan Abbasiyah ( sekarang Irak ), lalu ke daerah Wasith yang jaraknya sekitar 180 km dari Baghdad |
Firkah | Ahlus Sunnah wal Jama'ah ( Al Jama'ah ) |
Mazhab Fikih | Hambali |
Mazhab Akidah | As-Salaf (Salafi) - (Atsari) |
Minat utama | Fiqih · Hadits · Aqidah |
Gagasan yang terkenal |
|
Dipengaruhi oleh
| |
Mempengaruhi
| |
Keturunan |
|
Orang tua |
|
Keluarga |
|
Nasab
suntingIa merupakan keturunan dari Bani Syaiban bin Dzuhl, sehingga mendapatkan laqab Asy-Syaibani Adz-Dzuhili. Nasab lengkapnya sampai kepada Syaibani bin Dzuhl, lalu lanjut sampai kepada Adnan ialah:[butuh rujukan]
Hanbal bin Ishaq bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin 'Abdillah bin Hayyan bin 'Abdillah bin Anas bin 'Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Ukanah bin Sha'b bin 'Ali bin Bakr bin Wa'il bin Qasith bin Hanab bin 'Aqsha bin Da'mi bin Jadilah bin Asad bin Rabi'ah bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.
Nasabnya bertemu dengan Rasulullah di Rabi'ah bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan. Ia merupakan seorang keturunan Rabi'i, sedangkan Rasul merupakan keturunan Mudhari.[2]
Keluarga
suntingIa terlahir dari keluarga Syaibani, salah satu keluarga yang tinggal di kota Baghdad. Kakeknya bernama Hanbal bin Hilal, dan pamannya bernama Muhammad bin Hanbal. Muhammad bin Hanbal diketahui merupakan ayah dari Imam Ahmad dan merupakan seorang prajurit atau tentara Kekhalifahan yang wafat dalam suatu ekspedisi saat umur sepupunya, imam Ahmad, masih kecil.[3]
Biografi & Kisahnya
suntingSepupunya Sang Imamnya Baghdad
suntingIa lahir di kota Baghdad pada sekitaran sebelum tahun 200 H. Ia lahir ketika sepupunya sudah dikenal di kota Baghdad sebagai salah satu alim ulama fiqih dan hadis serta aqidah yang banyak belajar dari ulama terkemuka dan mahsyur akan keilmuannya di Baghdad maupun luar Baghdad. Ia berasal dari keluarga Syaibani (keturunan Syaiban bin Dzuhl Adz Dzuhili), dengan ayahnya, Ishaq bin Hanbal Asy-Syaibani yang merupakan paman dari Imam Ahmad bin Hanbal yang usianya ayahnya berbeda sekitar 3 tahun dari Imam Ahmad. Ini yang menjelaskan mengapa usia Hanbal bin Ishaq berbeda jauh dengan Imam Ahmad.[4]
Bersama keluarga melawan Mu'tazilah
suntingSelayaknya keluarga Syaibani lainnya, Hanbal bin Ishaq juga memerangi mu'tazilah bersama dengan Imam Ahmad dan Imam Shalih serta ayahnya, Ishaq bin Hanbal. Mereka bersepakat bersama mengatakan bahwa pemikiran mu'tazilah telah merusak dan meracuni umat Islam dikarenakan syubhat yang membuat umat Islam menjadi kebingungan tentang mana yang benar dan mana yang batil dan sesat lagi menyesatkan. Hanbal bin Ishaq bersama keluarga Syaibani lainnya berkeyakinan bahwa Al Qur'an bukan mahluk, Allah memiliki tangan dan wajah, dan manusia dapat melihat wajah Allah di akhirat nanti dan berbagai macam isu syubhat lainnya yang dilontarkan oleh orang-orang mu'tazilah di khalayak umum saat itu. Semua aqidah yang diyakini oleh Hanbal bin Ishaq bersandar kepada apa-apa yang telah para salaf tetapkan, sehingga Hanbal bin Ishaq teguh akan pendiriannya berdiri di atas aqidah dan manhaj Rasul, sahabat Nabi dan para Tabi'in serta Tabi'ut Tabi'in.[5]
Perwakilan keluarga di Wasith
suntingSetelah wafatnya Imam Ahmad pada sekitaran tahun 855 M, Hanbal tinggal di Baghdad untuk beberapa saat, sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi ke Wasith. Sebuah daerah yang berjarak sekitar 160-180 km dari Baghdad ke arah tenggara. Para alim-ulama mendengar kabar kematian Abu Ali alias Al Imam Hanbal dari Wasith saat itu, dan kabar wafatnya diterima pad sekitaran bulan Jumadil Awwal tahun 273 Hijriah (sekitar tahun 886 M) di usianya yang menginjak sekitar 80 tahun-an.[6]
Karya tulis
suntingIa diketahui menyusun beberapa kitab yang berkaitan dengan Biografi. Sebut saja kitab Al-Mihnah yang berisi tentang perjuangan Imam Ahmad dan juga penjelasan mengenai ujian yang dihadapi Imam Ahmad dan juga perihal bantahan terhadap aqidah mu'tazil, aqidah jahmiyyah dan aqidah sesat lainnya yang merupakan sempalan dari aqidah Salaf.[7]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ [1]"حنبل بن إسحاق"
- ^ [2]"حنبل بن إسحاق بن حنبل بن هلال بن أسد بن إدريس بن عبد الله بن حيان بن عبد الله بن أنس"
- ^ [3]"حنبل بن إسحاق بن حنبل بن هلال بن أسد الشيباني"
- ^ [4]"حنبل بن إسحاق"
- ^ [5]"معلومات عن الراوي"
- ^ [6]"حنبل بن إسحاق بن حنبل بن هلال بن أسد أبي علي الشيباني"
- ^ [7]"كتاب المحنة - محنة الإمام أحمد - رواية حنبل بن إسحاق - تحقيق أبي جنة الحنبلي"